Share

BAB 2-BAPAK

Namaku Amat Darsa, seseorang yang tinggal di suatu kampung yang terpencil di daerah Selatan Jawa Barat. Namun semua orang yang mengenal ku memanggilku dengan nama Amat.

Kali ini aku sedang duduk di salah satu ruangan sekolah yang letaknya lumayan jauh dari tempatku tinggal. Dan hari ini pada tanggal 16 Juli 1980 aku baru saja lulus sekolah menengah atas, dan hari ini adalah hari dimana aku diberikan surat kelulusanku.

Di kampung tempat ku tinggal, hanya ada satu sekolah. Yaitu sekolah dasar, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Aku harus berjalan sekitar beberapa kilometer ke kampung sebelah untuk sekolah, melewati persawahan luas dan sungai yang menjadi perbatasan kampung hanya untuk sekolah setiap paginya.

Terlihat, dari total 20 kursi yang ada di kelas tersebut, hanya setengahnya terisi, karena kebanyakan orang-orang yang sepantaranku. Hanya bisa melanjutkan sekolah hingga Sekolah Menengah Pertama.

Mereka lebih memilih untuk membantu orang tuanya bekerja di ladang atau di sawah, dibandingkan harus melanjutkan sekolah hingga ke tingkat atas. Mengingat biaya yang dikeluarkan sangat besar, dan mereka tidak mampu untuk melanjutkan anaknya sekolah ke jenjang selanjutnya.

Namun, aku diberkahi oleh orang tua yang sanggup menyekolahkanku hingga saat ini. Dan hari ini adalah hari terakhirku duduk di kelas ini, bersamaan dengan sembilan belas orang lainnya yang berasal dari berbagai kampung di sekitar sekolah.

“Amat Darsa!” Ibu Guru memanggilku.

Aku yang sedang duduk di kursi kemudian berdiri dan berjalan mendekati meja guru yang ada di depan, lalu menerima raport sekaligus surat keterangan kelulusan yang diketik oleh mesin tik pada saat itu.

Tidak ada hura-hura atau piknik bersama seperti di sekolah-sekolah lain yang berada di kota, tidak ada pentas seni kelulusan juga yang membuat semua siswa menikmati hari-hari terakhirnya di sekolah. Kita semua hanya menerima raport dan surat keterangan kelulusan. Dan setelah semua terbagi, kita semua membubarkan diri ke rumah masing-masing.

Di kelas itu ada empat orang yang satu kampung denganku, yaitu. Rusdi dan Darman. Juga salah satu adik kelas yang selalu ikut ketika aku pulang, yaitu Parman.

Kita berempat selalu berangkat dan pulang bersama, menyusuri setiap jengkal persawahan yang menghubungkan kedua kampung tempat aku bersekolah dan aku tinggal.

“Eh Mat, setelah lulus mau ke mana?” Kata Rusdi.

“Pengen mah kuliah Rus, tapi ya gimana ya, masih bingung,” Kata ku sembari menyusuri jalanan kecil di pesawahan.

“Iya jangan kan kuliah Mat, kita mah mentok-mentok juga bekerja jadi buruh tani ama orang lain,” Kata Darman.

“Yeuh, tapi gak boleh gitu. Kita ini sudah lulus SMA, minimal kita harus bangga. Tidak seperti anak-anak lain di sekitaran kampung yang sekolahnya nyampe SMP aja,” Kataku mencoba menyemangati mereka berdua.

“Tuh liat si Parman, setelah kita lulus. Hanya dia sendiri yang nantinya sekolah, menyusuri jalanan ini sendirian, gak ada teman-teman seumurannya yang melanjutkan sekolah. Hanya ada dia doang. ” Kataku sembari menepuk-nepuk pundak Parman.

Jalanan yang kulalui sangatlah sulit, tidak ada kendaraan yang bisa ku naiki ketika aku bersekolah. Karena, hanya ada satu angkutan kota yang berjalan dari Kampung Ciwidey menuju Cidaun yang letaknya di ujung Selatan Pulau Jawa melalui jalan provinsi yang masih berbatu. Dan itu juga hanya ada dua kali dalam satu hari, yaitu pagi hari dan sore hari.

Namun karena kampungku harus melalui jalanan yang lebih kecil, sehingga kendaraan tersebut tidak melewati Kampung tempat aku tinggal.

Sehingga, mau tidak mau kita harus berjalan kaki. Melalui pematang sawah yang masih berlumpur. Dan juga jembatan dari bambu yang menjadi satu-satunya jembatan yang menghubungkan dua kampung. Yaitu Kampung Parigi tempat aku bersekolah, dan Kampung Sepuh tempat aku tinggal.

Perjalanan menyusuri persawahan itu memakan waktu kurang lebih satu jam hingga satu jam setengah, menyusuri tiap-tiap jalanan setapak yang becek karena lumpur dan berbatu. Hingga akhirnya masuk ke gang kecil dengan rumah-rumah panggung yang menandakan bahwa kita sudah sampai di Kampung Sepuh.

“Mat saya duluan ya,” Kata Rusdi yang melambaikan tangan kepada kita berempat, karena rumahnya paling dekat dengan persawahan.

Kita bertiga melanjutkan perjalanan dan terus berjalan ke jalanan besar, jalanan yang belum merata dan hanya berisi batu-batu besar dan sangat jarang dilalui oleh kendaraan.

Aku kemudian berbelok ke arah kanan, ke tempat aku tinggal. Yang mana, rumahku terletak paling ujung di Kampung Sepuh ini.

Dan teman-teman yang lain pun perlahan-lahan berpisah dan pulang ke rumahnya masing-masing.

Tampak dari kejauhan terlihat sebuah warung, warung yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluargaku saat ini. Namun berkat warung itu pula lah, keluargaku sanggup menyekolahkan aku hingga SMA.

Dan disebelahnya ada rumah tempat aku tinggal, dan rumah tersebut adalah peninggalan keluargaku secara turun-temurun dari leluhurku dulu.

“Mat, sini sebenar! ” Teriak Ibu ketika aku terlihat berjalan ke arah rumah.

Aku sedikit berlari menghampiri Ibu yang sedang berjaga, dan akhirnya aku duduk di kursi depan warung sambil menunggu Ibu yang keluar dari dalam warung. Dia tersenyum melihat anak semata wayangnya kini telah lulus sekolah, karena menurutnya itu adalah salah satu pencapaian yang baik dibandingkan anak-anak sebayanya.

“Sini, Ibu mau liat rapormu Mat! ” Kata ibu.

Aku duduk depan Ibu, dan menyerahkan rapor dan surat kelulusan yang baru aku terima. Rasa kini senang terlihat ketika Ibu membaca surat kelulusan yang sudah aku berikan. Karena dia merasa, bahwa kini dia berhasil menyekolahkan anaknya hingga lulus SMA.

Aku bukanlah anak yang pintar, nilai raportku juga seperti layaknya anak-anak biasa. Nilai 70 dan 60 lebih banyak tertulis di raport daripada nilai 80 hingga 100.

Namun, Ibu masih tetap bangga, anaknya sudah bisa menyelesaikan sekolah dan bisa lulus pada hari ini.

Dari kejauhan, terlihat Bapak berjalan dari dalam rumah. Dan menghampiriku yang sedang bersama Ibu di depan warung.

“Kamu hari ini sudah lulus Mat? ” Kata bapak bertanya kepadaku.

Aku hanya mengangguk mendengar ucapan Bapak pada saat itu.

Bapak memang terkenal cuek dan pendiam dibandingkan dengan Ibu, sehingga aku tidak terlalu dekat dengan Bapak, apalagi Bapak seringkali berbicara seperlunya kepadaku. Sehingga aku yang sudah terbiasa dengan sikap Bapak, hanya mengangguk dan menjawab seperlunya saja.

“Mat, Bapak bersyukur kamu sudah bisa menyelesaikan sekolahmu hingga saat ini,” Kata bapak yang memegang pundakku pada saat itu.

“Namun kita berdua sudah berjanji di depan Ibu ketika kamu mulai masuk SMA, setelah kamu lulus. Kamu akan belajar sesuatu dariku, sesuatu yang mungkin saja di luar perkiraanmu, karena itu menyangkut hidup para warga di Kampung Sepuh ini yang hidupnya di bebankan kepada kita,” Kata bapak.

“Aku tidak akan memberitahukan mu apa-apa, yang pasti sekarang mandi, makan dan datang ke warung ketika sore hari. ”

Aku masih belum mengerti apa yang dikatakan Bapak, namun aku tidak pernah sekalipun menentang atau menanyakan lebih lanjut apabila Bapak dan Ibu sudah berkata seperti itu.

Karena, meskipun Bapak terlihat cuek dan pendiam, namun aku menghormatinya. Karena setiap kali dia melakukan sesuatu kepadaku, pasti ada tindakan baik yang berguna untuku di kemudian hari.

***

Aku baru saja keluar dari MCK (Mandi Cuci kakus) sebuah tempat mandi umum yang ada di kampungku, kampungku tidak seperti di kota, yang mempunyai kamar mandi sendiri tiap rumah, yang ada hanya MCK. Dengan beberapa kamar yang digunakan oleh semua warga kampung secara bergantian.

Awalnya para warga hanya mandi di sungai, namun baru-baru ini ada bantuan dari pemerintah untuk membuat MCK yang bisa dipakai oleh para warga. Para warga bahu membahu membuat aliran air dari bambu yang membentang hingga ke sumber air yang ada di Gunung Sepuh.

Aku pun berjalan menyusuri jalanan setapak menuju rumah, dengan handuk yang masih aku pakai. Dan baju kotor yang aku masukan ke dalam keranjang.

Hari nampaknya sudah mulai sore. Karena, terlihat cahaya matahari yang kemerah-merahan menghiasi Kampung Sepuh dan segala aktivitas para warga di dalamnya. Aku yang sudah bersih hanya duduk di luar warung sambil melihat para warga yang sudah pulang dari sawah dan ladang tempat mereka bekerja.

“Mat! ” Kata Ibuku yang kini sedang sibuk melayani para pembeli untuk membeli sesuatu di warung tiba-tiba memanggilku.

“Coba bantu bukain dus sabun mandi di belakang, sama dus rokok keretek ya. Soalnya di depan habis. ” Kata Ibuku sambil menunjuk ke arah belakang warung.

Aku yang duduk di depan seketika mengangguk dan berlari kecil ke belakang warung, aku membuka beberapa dus sabun mandi dan dus rokok. Dan berlari kecil lagi ke depan warung untuk diserahkan ke Ibu.

Aku sudah terbiasa membantu Ibu ketika sore tiba, dan ketika Bapak yang menggantikan untuk menjaga warung di malam harinya. Aku pulang kerumah bersama Ibu, dan akan kembali keluar rumah pada pagi di hari berikutnya.

Waktu kini semakin sore, cahaya matahari tampaknya sudah tidak bisa mempertahankan cahayanya lagi. Bahkan kini sudah mulai terlihat banyaknya kelelawar yang muncul di langit. Yang menandakan bahwa waktu sebentar lagi akan berganti.

Akhirnya Bapak datang secara tiba-tiba dari arah kebun depan warung. Bapak yang aku kenal memang seringkali keluar rumah dan entah pergi ke mana ketika siang hari. Dan ketika sore tiba, Bapak pasti langsung pulang dan muncul di depan warung, untuk menggantikan Ibu berjaga.

Bapak berjalan secara perlahan, dan duduk tepat di sebelahku. Diapun menoleh ke arahku, dan tanpa basa-basi, dia langsung berkata kepadaku yang pada saat itu masih duduk di depan warung.

“Sudah siap Mat? ” Kata Bapak.

Aku yang masih belum mengerti ucapan Bapak tadi siang hanya mengangguk saja, Bapak kini terlihat sedikit tersenyum ketika aku mengangguk. Dan ketika Ibuku sudah melihat Bapak sudah duduk di depan warung, akhirnya bersiap-siap untuk pulang ke rumah berkata kepada Bapak yang sedang berdiri sambil merokok di dekatku.

“Ja... Jaga Amat malam ini ya Pak! ” Kata Ibuku sambil berjalan keluar.

Namun aku melihat ada hal yang aneh pada Ibuku kali ini, seperti ada sesuatu kesedihan yang dia coba tahan agar tidak terlihat olehku. Ibu berkata dengan nada yang terbata-bata kepada Bapak, sehingga aku mengetahui keanehan itu darinya.

Bapak hanya menepuk pundak Ibu dan mengangguk, tanpa sekalipun menjawab atas apa yang dia katakan. Dan akhirnya, ketika malam tiba, sudah menjadi jadwal Bapak yang menjaga warung hingga pagi tiba.

Warung yang tidak pernah sekalipun tertutup dari semenjak aku kecil hingga saat ini, warung yang menjadi sumber kehidupan bagi keluargaku, dan warung yang memenuhi kebutuhan kampung hingga hari ini.

“Mat! ” Tiba-tiba aku dipanggil oleh Bapak.

“Coba tutup matamu sebentar, ada yang harus bapak lakukan dan kamu tidak perlu tahu akan hal itu. ”

Aku lagi-lagi tidak mengerti apa yang Bapak lakukan, karena bapak menurutku adalah orang yang aneh.

Dia sering melakukan hal yang menurutku tidak wajar, namun di mata Ibu dan warga kampung, Bapak adalah orang yang sangat dihormati, sehingga aku pun mau tidak mau harus menuruti apa yang dia perintahkan, karena aku tahu, ada sesuatu hal yang baik dibalik itu semua.

Aku pun akhirnya memejamkan mata, tidak ada pikiran apa-apa tentang apa yang bapak lakukan pada malam itu.

Suasana menjadi hening ketika aku memejamkan mata. Dengan suara langkah kaki Bapak yang terdengar olehku seperti mondar-mandir di depanku pada saat itu. Entah apa yang dia lakukan kali ini, namun aku hanya menurutinya saja karena itu adalah perintah.

Waktu terus berlalu. Tak terasa, sudah hampir tiga puluh menit aku memejamkan mata. Namun,  tidak ada perintah dari Bapak untuk membuka mata. Bahkan kini, suara langkah kaki Bapak kini seperti tidak terdengar lagi.

Aku bingung, aku yang masih terpejam karena Bapak belum memerintahkanku untuk membuka mata hanya bisa terdiam. Malah, aku mulai merasakan banyaknya hal aneh yang berubah yang terasa oleh tubuhku pada saat ini.

Empat puluh menit berlalu, aku kini merasakan hembusan angin dingin yang luar biasa dari arah kiri, juga suara-suara daun yang terdengar olehku pada saat itu.

Karena situasinya semakin aneh, aku akhirnya membuka mataku secara perlahan. Dan ketika aku membuka mataku....

Aku benar-benar kaget dan panik dengan apa yang aku lihat pada malam itu, bagaimana tidak. Apa yang ada di depanku bukanlah warung tempat aku duduk tadi, melainkan aku berada di antara pepohonan besar yang menjulang tinggi dan kondisi gelap gulita.

Hanya sinar dari cahaya bulan pada saat itu yang menjadi penerang satu-satunya ditempat aku duduk sekarang, meskipun cahayanya tidak menembus semua pepohonan yang ada di tempat itu.

Suasana malam yang awalnya tenang karena berada di depan warung, secara tiba-tiba berubah menjadi suasana yang mencekam, apalagi aku tidak dibekali oleh penerangan apa pun pada malam itu.

“Di mana ini? ” Pikirku sambil aku melihat sekelilingku.

Rasa panik, takut, khawatir tiba-tiba muncul begitu saja. Aku tidak tahu apa yang bapak lakukan, namun aku kini berada di tengah-tengah hutan yang gelap dengan banyaknya pohon yang menjulang tinggi di semua tempat.

Aku pun sedikit menunduk, dan melihat secarik kertas sobekan dari buku kas yang ada di warung. Dengan tulisan pulpen yang sering Ibu pakai ketika dia mencatat utang dari para warga yang mengambil dagangan di warung.

Di secarik kertas itu tertulis sebuah kalimat, sebuah kalimat yang sengaja ditulis oleh Bapak untukku pada malam itu.

PULANGLAH KE KAMPUNG SECEPAT MUNGKIN, ATAU BERTAHANLAH HINGGA PAGI TIBA DI HUTAN INI.

KARENA KAMU TIDAK AKAN TAU, APA YANG AKAN TERJADI APABILA KAMU TERLALU LAMA BERDIAM DIRI DI TEMPAT INI.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yani Putrisari Msi
Thor ne ceritanya Bpk nya Ujang yg d novel warung tengah malam ya,seru jg tp hrs nya sy baca dlo ne sampai habis baru lanjut warung tengah malam ya,tp sy sudah dlo'n baca yg warung tengah malam dari pada yg kutukan leluhur ne tp the best cerita nya Thor yg ne baru bab 2 yg warung tengah malam bnyak
goodnovel comment avatar
Hunny Rizma A'Husb
......petualangan dimulai
goodnovel comment avatar
Zulkifli Ade
sip ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status