Jejak Kecil di Tengah Magrib

Jejak Kecil di Tengah Magrib

last updateLast Updated : 2025-01-17
By:  EzaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
257views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Uri, gadis kecil berusia 8 tahun, terkejut kala menemukan mayat sahabatnya tergeletak di balik semak dan bebatuan. Desa yang awalnya tenang, bahkan langsung terguncang. Namun, penyelidikan justru mengarah pada misteri yang lebih besar dari yang dibayangkan...!

View More

Chapter 1

Sunyi di Balik Daun

Senja itu terasa berbeda.

Tempat yang seharusnya ramai--entah mengapa sore ini justru terasa sunyi.

Padahal biasanya, banyak orang yang melewati jalan ini, menuju pasar raya di ujung sana.

Meski demikian, Uri, gadis kecil berusia delapan tahun berjalan begitu ceria di jalanan hutan yang sepi.

Ia baru kembali dari pasar raya menuju rumahnya. Ia melangkah di jalan setapak yang membelah hutan di pinggir desa.

Sayangnya, semakin dalam Uri melangkah, ketenangan yang semula menenangkan itu mulai terasa berbeda.

Angin yang tadinya menyejukkan kini malah berbisik dengan cara yang tak biasa, dan bayang-bayang di balik pohon-pohon tampak bergerak lebih cepat, seolah mengikuti setiap langkahnya.

Tas penuh sayuran ia peluk erat, seolah benda itu bisa mengusir rasa takut yang tiba-tiba datang tanpa alasan.

Uri berhenti.

Ia sadar ada bau aneh, campuran tanah basah, besi, dan sesuatu yang... tidak enak, membuat perutnya bergejolak.

Jantungnya berdebar lebih cepat. Pandangannya tertarik pada sesuatu di balik semak-semak di dekat batu besar pinggir jalan.

Uri memberanikan diri untuk maju selangkah, lalu berhenti lagi. Muncul rasa ragu, tapi rasa penasaran yang tak ia mengerti membuatnya mendekat. Tangannya yang kecil gemetar ketika ia menyibakkan daun-daun semak itu.

Lalu ia melihatnya.

Di sana, tergeletak dalam posisi yang tak wajar, tubuh Ana, sahabatnya!

Itu adalah pemandangan yang begitu mengerikan, seolah-olah waktu berhenti sejenak, terhenti oleh kengerian yang begitu nyata dan tak dapat dipahami.

....

"Ana?" lirihUri merasakan kegelisahan yang semakin membelit dadanya.

Ia ingin menangis namun sesuatu yang ada didalam dadanya seakan menahan semua emosi yang ingin ia keluarkan.

Tubuh gadis kecil yang tergeletak tak bernyawa seakan menghantui setiap tarikan napasnya. Awalnya ia tak mengenali wajah itu, namun setelah beberapa detik matanya terperangkap dalam suasana mencekam, akhirnya ia tersadar bahwa itu sahabat kecilnya, Ana.

Napas Uri terasa sesak, dan seketika, rasa takut yang telah menguasai tubuhnya membuat ia tidak bisa lagi berpikir jernih.

Srak!

Tanpa sengaja, kakinya bergerak, dan dalam sekejap ia berlari.

Langkah dari kaki kecilnya semakin cepat, semakin panik, seolah ada sesuatu yang mengejarnya. Di dalam kepalanya, bayangan Ana yang tergeletak tak bernyawa terus mengganggu, seolah wajah itu muncul di setiap sudut jalan yang ia lewati.

Hutan yang biasa sunyi kini terasa penuh dengan bisikan—seperti suara langkah kaki yang mengikuti, semakin mendekat. Uri menoleh ke belakang, namun hanya ada kegelapan yang semakin meluas, menyelimuti jalan setapak yang biasa ia lalui.

Jantungnya berdegup kencang. Suara napasnya yang terengah-engah terdengar bersamaan dengan ketakutannya yang semakin memuncak, menciptakan irama yang tak terkendali. "Ana..." bisiknya dalam hati, dan suara itu seolah memberi dorongan untuk berlari lebih cepat.

Yang ia inginkan hanya satu: kembali ke rumah, berlindung dalam pelukan ibu dan ayahnya, dan melupakan semua yang baru saja ia lihat.

Namun, semakin ia berlari, semakin ia merasa ada yang mengejarnya. Apakah itu hanya perasaan? Ataukah ada sesuatu yang nyata, yang mengintai di belakangnya? Uri tidak tahu. Setiap langkah terasa semakin berat, seperti ada tangan tak terlihat yang menahannya.

Ia ingin berteriak, tetapi suara itu terkunci di tenggorokan.

Hah....

Hanya napasnya yang keluar, terengah-engah, semakin cepat. Semakin dekat, semakin dekat—sesuatu itu mengikutinya.

Setelah berlari sejauh yang ia bisa, Uri akhirnya melihat rumahnya di kejauhan, tampak seperti sebuah pelabuhan yang jauh dari badai, meski suasana yang ia rasakan begitu mencekam. Rumah itu, meski sederhana, kini terasa berbeda, lebih besar, lebih mengintimidasi di bawah langit senja yang mulai gelap.

Dinding kayu yang dulu tampak biasa, kini tampak megah di antara rumah-rumah lain yang lebih kecil dan lusuh. Cahaya hangat dari jendela yang besar memancar ke luar, menyinari jalan setapak yang membelah pekarangan menuju pintu depan.

Tetapi, cahaya yang biasanya membawa rasa nyaman itu kini terasa lain, seperti sebuah ilusi yang mengingatkan Uri pada apa yang baru saja ia lihat di hutan. Sinar matahari yang hampir terbenam memberi nuansa oranye yang memerah, seolah melukis rumah itu dengan warna yang tidak wajar, membingkai setiap sudut dengan kesan dramatis.

Dari kejauhan, rumah itu seolah menonjol di tengah desa yang tenang, tampak mewah meskipun tak begitu besar, satu-satunya yang memiliki pagar kayu yang terjaga rapi, dan atap yang masih tegak meski usianya sudah tua.

Namun, di balik kenyamanan yang pernah diberikan rumah itu, Uri merasa ada sesuatu yang berubah. Bayang-bayang dari pepohonan yang semakin memanjang mengaburkan jalan setapak, menciptakan gambaran yang lebih menyeramkan daripada biasanya. Semakin ia mendekat, semakin ia merasa ada yang ganjil—sesuatu yang mengintai di balik cahaya hangat itu.

Dalam setiap langkah, rumah itu semakin terasa asing, dan bayangan mayat temannya, Ana, yang masih terperangkap dalam benaknya, semakin membebani pikirannya. Meskipun itu adalah tempat yang selalu dia anggap aman, Uri tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang tumbuh dalam dirinya.

Dengan sisa tenaga yang ada, dengan kaki mungil itu ia berlari secepat mungkin, hampir tersandung di tanah yang licin.

Setelah akhirnya sampai di depan rumah, Uri berdiri terengah-engah, tubuhnya masih gemetar dari ketakutan yang begitu mendalam. Wajahnya tampak pucat, hampir tak bernyawa, dengan mata yang membelalak lebar seolah menatap sesuatu yang tak kasatmata.

Bola matanya, yang biasanya penuh keceriaan, kini tampak kosong, berkilau dengan kecemasan yang tak tertahankan.

Bulu matanya yang panjang tampak basah, beberapa tetes air mata masih membasahi pipinya, bercampur dengan keringat yang mengalir deras.

Mulutnya terbuka sedikit, seakan hendak berkata sesuatu, namun kata-kata itu terhenti, tertahan di tenggorokan.

Bibirnya bergetar, sulit untuk menahan isakan yang hampir keluar. Ekspresinya begitu bingung, seperti tak bisa memproses apa yang baru saja ia alami. Raut wajahnya memperlihatkan kebingungan yang mendalam, kebingungan antara rasa takut yang menguasainya dan kenyataan yang begitu sulit untuk ia terima.

Tangan kecilnya masih memegang erat tas penuh sayuran yang kini terasa begitu berat. Setiap gerakan tubuhnya lambat dan terkesan canggung, seolah ia sedang berada dalam keadaan terperangkap antara dunia nyata dan mimpi buruk.

Wajahnya yang dulunya penuh dengan keceriaan kini tampak rapuh, seolah dibebani oleh rasa takut yang begitu besar, yang datang begitu tiba-tiba dan tak bisa dijelaskan.

Tanpa pikir panjang, ia menarik pintu dengan kedua tangan yang bergetar. "Ibu! Ayah!" suaranya bergetar, tercekat, serak, dan terputus-putus.

Begitu pintu terbuka, ibunya langsung berlari mendekat, dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Uri! Ada apa? Kenapa berlarian?" tanya ibunya dengan cemas, menarik tubuh Uri ke dalam pelukannya.

Uri menggenggam erat pakaian ibunya, merasa sedikit tenang meskipun tubuhnya masih gemetar. "Ana... Ana..." suaranya hampir hilang di antara isakan tangisnya. "Ana di hutan... dia... dia... mati!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status