LOGIN"Eh, benarkah?!" Kecemasan Ariana menghilang, dia menghela napas lega sekaligus bersemangat.
"Ayo, kita beli kebutuhan dapur, nanti kita kejutkan Bibi dan Pamanku," Arjuna menepuk pipi Ariana dengan lembaran uang di tangannya sambil tertawa kecil. Adegan ini terlihat cukup aneh, tapi Ariana yang pipinya ditepuk dengan uang sama sekali tidak menyadarinya. Setelah merasa lega, gadis itu juga senang melihat Arjuna berhasil mendapatkan uang. Selanjutnya, Arjuna dan Ariana pergi berbelanja di supermarket. Mereka membeli kebutuhan dapur dan beberapa bungkus makanan ringan. Terlahir sebagai seorang wanita, Ariana tentu saja senang berbelanja. Namun, latar belakang keluarga sederhana membuat Ariana rendah hati dan dewasa. Ia selalu berpikir untuk hemat dan efisien. Melihat gadis itu sedang berdiri di depan rak makanan ringan yang harganya paling terjangkau, Arjuna mengepalkan tinjunya, matanya bersinar tajam. Ia bersumpah akan membuat gadis ini berdiri di atas kekayaan dan memandang rendah orang yang pernah merendahkannya! Dua puluh menit kemudian. "Ini uang sakumu, jangan bilang bibi sama paman, oke? Nanti diambil pula, " Arjuna terkekeh, dan memasukkan selembar uang ke kantong depan seragam Ariana. Samar-samar, Arjuna merasakan kekenyalan dan pertumbuhan gadis muda di tangannya, membuatnya sedikit kaku. Ariana menatap Arjuna dengan wajah memerah, jelas dia merasakan bagian 'itu' nya tersentuh. "Ehem, " melihat tatapan tajam Ariana, Arjuna berdeham, menarik tangannya dengan enggan, dia membuang muka untuk menghilangkan rasa bersalah dan malunya. "Hmm, " gadis itu bersenandung. Memegang dua plastik berisi beberapa kebutuhan dapur dan makanan ringan, dia berjalan melewati Arjuna, keluar dari supermarket. Arjuna juga mengikutinya sambil memegang karung berisi beras 10 kg di tangan kanannya dan plastik kebutuhan dapur seperti daging dan sayuran. Menuju rumah, Arjuna dan Ariana diam tanpa mengobrol sedikitpun. Gadis itu membuang muka, pipinya masih merah. Akhirnya dia tidak tahan, dan berbisik, " Terima kasih. " Arjuna tertegun sejenak, lalu sudut mulutnya terangkat. "Aku hanya membalas kebaikan keluarga kalian, terima kasih telah baik padaku selama 6 tahun ini," ucap Arjuna tulus, membuat Ariana terdiam dan menoleh untuk menatap wajah pahit Arjuna. Melihat reaksi laki-laki itu, Ariana entah kenapa ingin menghiburnya, tapi kata-kata penghiburan itu tidak keluar dari mulutnya. "Boss! Itu bocahnya!" "Dialah yang membuat kita babak belur sebelumnya! " Arjuna dan Ariana berjalan menuju rumah, ketika tiba-tiba mereka berhadapan dengan sebuah lorong sepi. Di ujung lorong, sekelompok pria dengan penampilan preman, berambut botak dan wajah sangar berjumlah 6 orang, mulai menghadang langkah mereka. Salah satu preman yang postur tubuhnya lebih pendek dan kurus, menunjuk Arjuna sambil bercerita pada bosnya yang badannya kekar bak petinju. Bos preman itu, sambil menghisap puntung rokok, menatap Arjuna dengan pandangan tajam, menilai ketangguhannya. Namun, Arjuna tampak tak terpengaruh, bahkan ia bersikap santai, sambil memegang plastik berisi beras yang dibawanya. Ariana, yang melihat pemandangan ini, waspada dengan kedatangan para preman. Dia dengan sigap mundur selangkah, berlindung di belakang Arjuna. Meskipun ia memiliki keterampilan bela diri yang cukup baik, menghadapi para pria beringas yang berkumpul di depan mereka ini membuatnya merasa gelisah dan khawatir. Tetapi, dia yakin akan perlindungan dan keberanian Arjuna dalam melindungi dirinya. Sebaliknya, Arjuna yang telah terbiasa berkelahi, memandang enam preman di depannya dengan senyum jahat. "Nak, katakan dengan jujur, apakah kamu yang mengganggu pekerjaan kami sebelumnya?" tanya boss preman itu sambil menghisap rokoknya. Suaranya acuh tak acuh namun seram. "Pekerjaan? Memalak seorang kakek dan nenek penjual gorengan, kau sebut itu pekerjaan?" tanya Arjuna sinis. "Kami meminta biaya perlindungan, kau tidak mengerti apa-apa, nak. Kalau kau masih ingin hidup, berlutut lah padaku dan serahkan semua barang bawaanmu itu, " balas dingin Boss preman itu menatap Arjuna dengan tatapan menyipit. Senyum Arjuna menghilang. Dia meletakkan barang bawaannya ke meja rusak di dekatnya. Kemudian, dia menekan lehernya, mengeluarkan bunyi derak yang lemah. "Ting!" "Boss preman ingin membalas dendam pada tuan dan sistem memberikan dua opsi sebagai pilihan situasi saat ini. " {Opsi 1: Berlutut dan serahkan seluruh belanjaan tuan ke boss preman} {Hadiah: Gelar Penjilat, Rasa puas boss preman, kesukaan Ariana -5} {Opsi 2: Kalahkan semua preman sekarang dan porak-porandakan markas mereka pada malam hari} {Hadiah: Kemampuan Supernatural, uang tunai 10 juta,,kesukaan Ariana 5+, kesukaan Calista 50+} "Aku memilih, " Arjuna menyeringai. "Menghajar kalian sampai babak belur! " Swoosh! Arjuna bergerak cepat ke arah para preman. "Keparat! Berani sekali kau melawan kami! " "Saudara-saudaraku, hajar anak ini! " kata preman pendek itu marah, dan empat temannya mengeluarkan pisau pendek, bergegas ke Arjuna dengan ganas. Slash! "Kakak! " Ariana berseru cemas melihat salah satu preman mengayunkan pisau ke arah Arjuna. Arjuna yang melihat serangan pisau menuju ke arahnya mencibir jijik, kepalanya miring ke samping, dan serangan pisau preman itu melewatinya. "Lamban! " ejeknya. "Tinju Kaisar Naga!" tangan kanan Arjuna mengepal, ia meraung dan pukulan menakutkan menghantam wajah preman di depannya. Preman itu tiba-tiba menatap kaku, dia seakan-akan sedang melihat pemandangan horor di depannya, ada bayangan naga menakutkan di belakang pemuda di depannya ini! Buk! Pufft! Tinju Arjuna tenggelam di wajah preman di depannya, dan segera sosok di depannya terhempas jauh ke belakang. Darah keluar dari hidung dan mulut preman tersebut, wajahnya penuh kengerian dan langsung pingsan di tempat. Melihat teman mereka dijatuhkan, tiga preman lainnya sangat marah dan sedikit takut. "Serang anak ini sama-sama! " teriak marah salah satu preman. Tiga preman itu bergegas ke Arjuna bersama-sama dengan pisau di tangan mereka. Arjuna melihat sekeliling dengan cepat, tiba-tiba, dia menemukan kursi panjang yang terbuat dari alumunium di dekatnya. Tanpa pikir panjang, Arjuna mengambil kursi tersebut dengan kedua tangan, dan melemparkannya dengan kekuatan penuh di bawah tatapan tak terduga tiga preman. "Rasakan ini! " teriak Arjuna dengan nada menggelegar. Tiga preman itu kaget, mereka hendak menghindari, tapi tubuh ketiganya tidak sempat mengelak, mereka terkena hantaman kursi tersebut! Bang! "Ahh!" Salah satu preman menjerit kesakitan setelah dahinya wajahnya terkena kaki kursi, Arjuna mengambil kesempatan, dia berlari ke depan seperti harimau ganas. Meraih salah satu lengan preman, Arjuna menariknya, lalu meninju wajah preman tersebut sampai tulang hidungnya patah. Buk! Buk! Bang! Tiga preman terhempas ke sudut gang dengan keras, sementara kursi panjang yang digunakan sebagai senjata menerjang tubuh mereka tanpa ampun. Ariana menutupi matanya dengan jari-jari halusnya, tak sanggup menyaksikan adegan brutal di hadapannya. Preman kurus yang sebelumnya mengatur strategi bagi ketiga kawannya kini berdiri pucat pasi, ketakutan menyelimuti seluruh wajahnya. Dia sama sekali tak menyangka bahwa ketiga anggota gengnya yang terkuat bakal kalah telak oleh seorang anak SMA. Tubuhnya gemetar seperti daun kering, ia berbalik secepat kilat dan bersembunyi di balik bos preman yang berdiri gagah di belakangnya. "Pengecut!" bentak sang bos dengan penuh kemarahan, sambil menampar wajah preman kurus yang menggigil ketakutan tersebut. Mata bos preman itu menyala-nyala, menandakan kekesalannya terhadap anggotanya yang tak bisa diandalkan. Plak! Preman kurus itu tersungkur dan rasa pusing langsung melanda kepalanya. "B-Boss! " preman itu menyentuh pipinya yang baru ditampar dan menatap bossnya itu dengan tatapan ketakutan. "Nak! Kau mengejutkanku, tapi apa kau pikir, aku, Boss Zekro, takut denganmu? " Zekro mencibir dingin. Membuang puntung rokok itu ke samping, Zekro mengepalkan kedua tinjunya ke depan, dan kakinya membentuk postur bertarung. "Boss preman ini tidak sederhana, dia pasti seorang ahli bela diri, " Arjuna mengerutkan kening dan wajahnya seketika berubah serius. "Ting! "Setengah jam kemudian. "Belajar yang rajin ya, adikku yang cantik!" Arjuna melambaikan tangan kepada Yaya yang berjalan menuju sekolah. Senyum lebarnya terpatri di wajah. Melihat lambaian Arjuna, wajah Yaya memerah, pipinya panas, dan langkahnya semakin cepat. Pikirannya dipenuhi rasa malu dan gugup mengenai percakapan yang terjadi di dapur tadi pagi. 'Aku, akan jadi istri kak Arjuna?' Yaya merasa malu. Dia terkejut mengetahui bahwa ayahnya mendapat modal usaha dari kakak angkatnya itu, dan sebagai gantinya, di masa depan, dia harus menjadi istrinya. Saat ini, perasaannya bercampur baur. Dia sangat menyukai Arjuna, namun mustahil baginya untuk membenci kakak angkatnya itu. Meskipun Arjuna sering menjahilinya, Yaya tidak benar-benar membencinya. Ketika ada yang mengganggunya di sekolah, Arjuna selalu menjadi orang pertama yang datang untuk melindunginya. Sebagai se
Pukul 14:00. "Dari mana aja? " Baru saja pulang dari rumah Lisa, Arjuna langsung dihadang oleh Ariana yang sudah menunggunya di kamar. Gadis itu mengenakan seragam olahraga, pelipisnya berkeringat. Dia memeluk dadanya sambil menatap Arjuna dengan tatapan tajam. Suaranya datar namun sarat dengan aura interogasi. Tadi malam, kakak angkatnya itu tidak ada di kamarnya, dan Ibunya menyebut bahwa dia akan menginap di rumah temannya. Namun, Ariana tidak pernah percaya alasan yang diberikan Arjuna. Dia yakin kakak laki-lakinya itu pasti menghabiskan malam dengan wanita kaya tersebut! "Emm... Nana, kenapa kamu ada di kamarku?" Arjuna bertanya dengan ekspresi keheranan, tanpa rasa panik. "Jangan coba mengalihkan topik, kakak durjana. Dari mana kamu baru saja datang? Apa kamu bersama wanita itu?" Ariana mendekat ke Arjuna sambil mengendus dengan hidung kecilnya. Memang benar, dia mencium a
Lisa baru saja menuruni tangga dari lantai dua ketika ia melihat putri angkatnya, Risa, berlari ke arahnya sambil menangis terisak-isak. Ekspresi Lisa segera berubah, wajahnya dipenuhi kecemasan."Risa, kenapa kamu menangis?" tanyanya dengan suara terkejut, menghampiri Risa dengan langkah cepat. "Ibu angkat!" Risa berlari ke arah Lisa dan memeluknya erat, air matanya mengalir tanpa henti, yang padahal hanyalah drama."Uuu! Brengsek itu menyakitiku!" Sambil memeluk Lisa, Risa menunjuk ke arah Arjuna yang baru saja memasuki Villa dengan langkah santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ekspresi Risa penuh dengan amarah dan rasa malu."Arjuna, apa yang kamu lakukan pada Risa? Kamu membuatnya menangis?" Lisa menatap Arjuna dengan heran dan kecurigaan.Sejak kapan lelaki kecilnya ini terlibat dalam konflik dengan putri angkatnya?"Tante, jangan percaya omong kosongnya. Itu fitnah! Dia yang memulai," jawab Arjuna dengan santai sambil
Malam pukul 19:00.Arjuna, yang memakai kaos hitam berlengan pendek dengan gambar naga megah di punggung dan celana training putih, tegak di depan gerbang villa mewah milik Lisa.Kedatangannya yang penuh tekad itu nyaris terganggu ketika alisnya berkerut tiba-tiba-instingnya memperingatkan tentang bahaya yang mengintai.Swoosh!Sebuah serangan kilat dalam bentuk kaki panjang dan putih berkilat, meluncur deras hendak membelah angin menuju pipi Arjuna.Buk!Dengan gerakan yang lincah dan penuh kejelian, Arjuna berhasil meraih pergelangan kaki sang penyerang. Matanya membulat ketika dia mengenali siapa sosok tersebut saat melirik. "Bukankah kamu Risa? Mengapa kamu menyerangku? " tanya Arjuna, nadanya campuran antara kejutan dan acuh tak acuh.Dengan ekspresi dingin yang membingkai wajahnya, Risa hanya menjawab singkat namun tegas, "Ayo bertarung."Atmosfer menjadi tegang, udara di sekitar mereka seolah me
Satu jam kemudian.Arjuna memegang black card di antara jari-jarinya, dan memutarnya dari waktu ke waktu dengan sudut mulut terangkat.Ini adalah kartu rekening bank. Direktur Halen memberikannya padanya untuk berinvestasi.Isinya ada sekitar 300 juta."Dengan dana ini, aku bisa memulai perusahaan, namun sebelum itu aku butuh seseorang untuk membantuku, "Arjuna membuang black card itu dan seketika kartu itu menghilang, tertelan oleh penyimpanan sistem.Dia tidak punya pengalaman tentang bisnis, tapi dia punya beberapa pengetahuan. Untuk memulai perusahaan, dia harus mendaftarkan ini itu ke pemerintah, dan untuk mempermudahkannya, sebaiknya dia menyuruh atau mencari seseorang.Adapaun orang itu, dia akan mencarinya nanti, tergantung keberuntungan.Sampai di rumah, Arjuna menyapa bibinya Ranti yang sedang menyapu lantai, lalu pergi ke kamarnya.Dia ingin tidur sekarang.Persiapan untuk nanti mal
Halen tertegun sejenak mendengar ucapan Arjuna. Tapi segera, dia tersenyum. "Nah... Kamu memang benar pejuang perunggu level 9, bibi yakin sekarang kamu memang jenius bela diri," ucap Halen penuh pujian. Sebagai Direktur sebuah Divisi, kekuatan Halen tentu bukan main-main. Meskipun telah berada di usia paruh baya, kekuatannya telah mencapai level 9 pejuang emas. Dengan kekuatan yang dimilikinya, dia dengan mudah bisa mengenali tingkatan Arjuna. Elena dan Risa terkejut mendengar ucapan Halen, terutama Risa. Dia menatap Arjuna dengan tatapan tak percaya. Pemuda ini tampaknya tidak jauh lebih tua darinya, namun sudah mencapai level 9 pejuang perunggu?! Padahal, dia yang baru saja masuk universitas hanya baru menembus level 8 pejuang perunggu, dan itu pun sudah dianggap jenius di kalangan teman-temannya! "Arjuna, apa kamu sudah mengetahui bakat bela diri dan kemampuan supernatural yang kamu miliki







