LOGIN"Boss Preman berniat melawan tuan dengan seluruh kekuatannya. Perlu diingatkan, boss preman itu adalah seorang pejuang dengan ranah kekuatan puncak prajurit perunggu. Sistem memberikan dua opsi menghadapi situasi ini. "
{Opsi 1: Kalahkan boss preman dengan jujur disertai etika bela diri} {Hadiah: Gelar Pendekar Baik dan Teknik Kasim Surgawi} {Opsi 2: Abaikan kebaikan dan etika bela diri. Hajar boss preman sampai kedua telurnya pecah} {Hadiah: Metode Kekuatan Batin dan Halo Jahat} {Halo Jahat: Setelah mendapatnya, orang-orang yang memusuhi tuan secara berlebihan akan menjadi takut dan tertekan. Ketika berhadapan dengan musuh, Halo Jahat akan membuat musuh lengah karena terlalu banyak berpikir} (Note: Halo Jahat hanya akan efektif pada orang yang kekuatannya di bawah tuan) Melihat dua opsi baru yang diberikan sistem, Arjuna tertegun sejenak. Ketika di opsi pertama, ia tidak bisa tidak mengutuk. Sialan! Teknik Kasim Surgawi?! Teknik macam apa ini?! Ilmu yang mempelajari bagimana jadi laki-laki impoten yang hanya tahu melayani harem?! Mustahil! Dia tidak menginginkan teknik ini! "Boss, jangan salahkan aku karena kejam, "dengan wajah muram, Arjuna terlihat seolah-olah telah telah membuat keputusan. Zekro merasa aura Arjuna tiba-tiba menjadi berbeda, tekanan yang seharusnya tidak dimiliki oleh bocah sma keluar dari tubuh Arjuna. Meski begitu, Zekro tidak takut, dia langsung bergegas ke Arjuna dengan wajah sangar. "Nak, matilah! Jurus Tinju Harimau!" raung Zekro, suaranya menggelegar. Tinju menakutkan melesat menuju Arjuna. "Mari kita lihat, teknik tinjumu lebih kuat, atau tinjuku, " kata Arjuna dingin sambil mengepalkan tangan kanannya. "Tinju Kaisar Naga!" Bang! Kedua tinju saling bertabrakan! Suara keras dan dampak angin yang kuat menghempaskan beberapa barang kecil di dalam gang. Zekro merasakan kekuatan menakutkan menghantam tinjunya, rasa sakit yang tajam muncul dan membuat ekspresinya berubah drastis. Tanpa sadar dia lengah, dan Arjuna mengambil kesempatan ini untuk meraih kedua bahu Zekro, lalu menggunakan lutut kanan kuatnya untuk menyerang perut boss preman di depannya. Buk! Engah! Mata Zekro melotot dan ia memuntahkan seteguk air liur. "Sakit bukan? Ini lah akibatnya karena mencari masalah denganku," mengejek di dekat telinga Zekro, Arjuna menjatuhkan orang itu ke tanah basah, lalu dengan kejam menginjak selangkangannya. Crack! "Ahh!!! " Jeritan keras kesakitan Zekro bergema di dalam gang, dan Arjuna mengambil kesempatan ini untuk kembali ke Ariana. Mengambil barang belanjaannya, lalu dia memegang tangan gadis itu sambil berkata," Ayo pergi, jeritan orang ini pasti akan mengundang banyak orang, terlalu merepotkan berurusan dengan mereka. " Ariana hanya mengangguk linglung, lalu berlari mengikuti Arjuna. "Ting! Tuan memilih opsi kedua! " "Metode Kekuatan Batin dan Halo Jahat mulai diberikan ke tuan..." Berjalan menuju rumah, Arjuna merasa kepalanya sedikit berdengung, pengetahuan tentang metode kekuatan batin muncul di benaknya. 'Metode Kekuatan Batin hanya dapat dimiliki ketika seorang siswa memasuki universitas, aku bisa mendapatkannya sekarang, itu sangat hebat! " Arjuna berseru senang dalam hati. Pada saat yang sama, aura di tubuh Arjuna samar-samar berubah menjadi lebih halus dan kuat. Dunia ini adalah dunia seni bela diri modern. Setelah lulus SMA, siswa-siswa yang berhasil memasuki universitas, selain mempelajari kurikulum atau pelajaran umum yang dipilih, mereka juga akan diajari tentang seni bela diri dan kekuatan batin untuk menjadi seorang pejuang atau ahli seni bela diri. Setiap universitas memiliki metode kekuatan batin tersendiri, Arjuna tidak tahu tingkat apa metode kekuatan batin yang sistem berikan padanya, setelah sampai di rumah, dia akan mempelajarinya. "Kakak, kamu cukup kejam, aku gak yakin dia bisa punya keturunan di masa depan," Ariana menoleh ke Arjuna yang berjalan di sebelahnya, dia berkata dengan mata aneh. Ngomong-ngomong, keduanya masih berpegangan tangan, ini bukanlah drama atau novel Jepang, baik Arjuna dan Ariana sama-sama menyadari kalau mereka sangat dekat, tapi mereka memilih diam, menikmati masing-masing keintiman dari hubungan keduanya sekarang. Ariana berpikir serangan akhir Arjuna sebelumnya pasti akan memutus tali silaturahim keturunan si preman. Bagaimanapun, ia mendengar sesuatu seperti telur yang pecah. Agak menakutkan. Ia masih terngiang-ngiang dengan pemandangan tadi. "Kamu membenci kakakmu karena kejam, Nana? " Arjuna berpura-pura memasang ekspresi sedih. Menurutnya, di dunia seni bela diri modern ini, menjadi terlalu baik hanya akan membawa seseorang ke dalam kesengsaraan. Masalah barusan belum tuntas, dia harus menunggu malam untuk langkah selanjutnya. Tentu saja Ariana melihat Arjuna sedang berpura-pura sedih, tapi dia tetap berkata dengan lembut, " Kapan aku mengatakan aku membencimu? Aku cuman penasaran aja, kok bisa kamu sampai mengabaikan etika bela diri dengan menyerang titik lemah paling memalukan. " "Omong kosong!" mendengar tentang etika bela diri, Arjuna membalas dengan malas, lalu melanjutkan dengan acuh tak acuh. " Ariana, ingatlah baik-baik, etika bela diri digunakan hanya untuk di ring pertarungan, dalam pertarungan atau pertempuran kegelapan yang mempertaruhkan nyawa seseorang, etika bela diri tidak diperlukan sama sekali. "Jika orang itu ingin membunuh, dia akan menggunakan cara apapun, melemparkan racun, menyuruh sahabatnya sendiri menusuknya dari belakang, atau memaksanya mati karena keluarganya tertangkap. " Perkataan Arjuna membuat Ariana sedikit terkejut, ia seketika menatapnya dengan tatapan terdiam. Dari wajah acuh tak acuh Arjuna seolah-olah mengatakan kalau dia sudah pernah mengalami semua itu. Ariana sendiri tidak tahu, kalau Arjuna sekarang sedang memikirkan hal lain. 'Gadis ini masih berpikiran lembut, setelah lulus SMA nanti, aku harus mendidiknya untuk menjadi kejam' pikir Arjuna. 'Tapi ngomong-ngomong, siapa Calista? ' pikir Arjuna lagi penasaran. "Apa kamu marah?" tanya Ariana melihat Arjuna yang diam. "Kamu khawatir aku marah?" tanya Arjuna balik sambil tersenyum. "Ya, kamu kakakku, tentu saja aku khawatir kamu marah, balas Ariana tidak malu sedikitpun. "Jujur, aku marah dengan pikiran naifmu itu, bagaimana nasibmu di masa depan jika kamu masih memikirkan tentang etika bela diri ketika kamu punya musuh yang kejam, " kata Arjuna menghela napas. "Oke, aku tidak akan naif lagi, andai aku punya musuh di masa depan, aku akan kejam pada mereka, " hibur Ariana lembut. "Itu bagus, " Arjuna lega, dan melepaskan tangan Ariana. Rumah kecil sederhana muncul di ujung gang yang agak lebar. Terlihat, rumah itu adalah tembok, namun penuh dengan coretan-coretan kotor. Atap rumah itu adalah seng yang sudah usang, dan kelihatan ada beberapa bolongan di sana. Meski di dalam gang, rumah itu sebenarnya cukup besar, hanya penampilan luar saja yang tidak sedap di pandang. Ariana melihat Arjuna yang melepas tangannya, entah kenapa, hatinya sedikit kecewa entah kenapa tanpa alasan. "Yaya, Bibi, kami pulang! Arjuna membuka pintu dan berkata dengan nada keras terlihat bersemangat. "Kak Juna! " Ketika Arjuna berteriak, sosok gadis kuncir dua mengenakan seragam sekolah muncul dari salah satu ruang, wajah gadis itu imut dan cantik, 11 12 sama dengan Ariana. Dia adalah Yaya, 14 tahun, mau tamat SMP. Gadis SMP itu keluar dari kamarnya dan bergegas ke Arjuna dengan wajah riang gembira. "Yaya, kenapa kamu belum ganti baju? " Ariana yang melihat adik perempuannya masih mengenakan seragam sekolah langsung menegurnya. "ihh.... Kan besok gak dipake, ya kan, kak Juna? " Yaya mengedipkan mata besarnya ke Arjuna sambil mengeluh. "Kakakmu benar, Yaya. Ayo ganti bajumu dulu, kak Juna bawa banyak makanan nih, nanti kamu gak kebagian kalau masih pake seragam, " balas Arjuna serius. "Apa hubungannya seragam dengan gak kebagian makanan? " keluh gadis itu dengan nada rendah. "Yaya, cepat ganti bajumu! " tegur Ariana lagi dengan keras. "Ya ya ya! Dasar cerewet! " Yaya berbalik dan berlari ke kamarnya dengan marah. "Apa katamu?! Yaya, pantatmu sepertinya gatal ya, berani menyebut kakakmu cerewet!"Setengah jam kemudian. "Belajar yang rajin ya, adikku yang cantik!" Arjuna melambaikan tangan kepada Yaya yang berjalan menuju sekolah. Senyum lebarnya terpatri di wajah. Melihat lambaian Arjuna, wajah Yaya memerah, pipinya panas, dan langkahnya semakin cepat. Pikirannya dipenuhi rasa malu dan gugup mengenai percakapan yang terjadi di dapur tadi pagi. 'Aku, akan jadi istri kak Arjuna?' Yaya merasa malu. Dia terkejut mengetahui bahwa ayahnya mendapat modal usaha dari kakak angkatnya itu, dan sebagai gantinya, di masa depan, dia harus menjadi istrinya. Saat ini, perasaannya bercampur baur. Dia sangat menyukai Arjuna, namun mustahil baginya untuk membenci kakak angkatnya itu. Meskipun Arjuna sering menjahilinya, Yaya tidak benar-benar membencinya. Ketika ada yang mengganggunya di sekolah, Arjuna selalu menjadi orang pertama yang datang untuk melindunginya. Sebagai se
Pukul 14:00. "Dari mana aja? " Baru saja pulang dari rumah Lisa, Arjuna langsung dihadang oleh Ariana yang sudah menunggunya di kamar. Gadis itu mengenakan seragam olahraga, pelipisnya berkeringat. Dia memeluk dadanya sambil menatap Arjuna dengan tatapan tajam. Suaranya datar namun sarat dengan aura interogasi. Tadi malam, kakak angkatnya itu tidak ada di kamarnya, dan Ibunya menyebut bahwa dia akan menginap di rumah temannya. Namun, Ariana tidak pernah percaya alasan yang diberikan Arjuna. Dia yakin kakak laki-lakinya itu pasti menghabiskan malam dengan wanita kaya tersebut! "Emm... Nana, kenapa kamu ada di kamarku?" Arjuna bertanya dengan ekspresi keheranan, tanpa rasa panik. "Jangan coba mengalihkan topik, kakak durjana. Dari mana kamu baru saja datang? Apa kamu bersama wanita itu?" Ariana mendekat ke Arjuna sambil mengendus dengan hidung kecilnya. Memang benar, dia mencium a
Lisa baru saja menuruni tangga dari lantai dua ketika ia melihat putri angkatnya, Risa, berlari ke arahnya sambil menangis terisak-isak. Ekspresi Lisa segera berubah, wajahnya dipenuhi kecemasan."Risa, kenapa kamu menangis?" tanyanya dengan suara terkejut, menghampiri Risa dengan langkah cepat. "Ibu angkat!" Risa berlari ke arah Lisa dan memeluknya erat, air matanya mengalir tanpa henti, yang padahal hanyalah drama."Uuu! Brengsek itu menyakitiku!" Sambil memeluk Lisa, Risa menunjuk ke arah Arjuna yang baru saja memasuki Villa dengan langkah santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ekspresi Risa penuh dengan amarah dan rasa malu."Arjuna, apa yang kamu lakukan pada Risa? Kamu membuatnya menangis?" Lisa menatap Arjuna dengan heran dan kecurigaan.Sejak kapan lelaki kecilnya ini terlibat dalam konflik dengan putri angkatnya?"Tante, jangan percaya omong kosongnya. Itu fitnah! Dia yang memulai," jawab Arjuna dengan santai sambil
Malam pukul 19:00.Arjuna, yang memakai kaos hitam berlengan pendek dengan gambar naga megah di punggung dan celana training putih, tegak di depan gerbang villa mewah milik Lisa.Kedatangannya yang penuh tekad itu nyaris terganggu ketika alisnya berkerut tiba-tiba-instingnya memperingatkan tentang bahaya yang mengintai.Swoosh!Sebuah serangan kilat dalam bentuk kaki panjang dan putih berkilat, meluncur deras hendak membelah angin menuju pipi Arjuna.Buk!Dengan gerakan yang lincah dan penuh kejelian, Arjuna berhasil meraih pergelangan kaki sang penyerang. Matanya membulat ketika dia mengenali siapa sosok tersebut saat melirik. "Bukankah kamu Risa? Mengapa kamu menyerangku? " tanya Arjuna, nadanya campuran antara kejutan dan acuh tak acuh.Dengan ekspresi dingin yang membingkai wajahnya, Risa hanya menjawab singkat namun tegas, "Ayo bertarung."Atmosfer menjadi tegang, udara di sekitar mereka seolah me
Satu jam kemudian.Arjuna memegang black card di antara jari-jarinya, dan memutarnya dari waktu ke waktu dengan sudut mulut terangkat.Ini adalah kartu rekening bank. Direktur Halen memberikannya padanya untuk berinvestasi.Isinya ada sekitar 300 juta."Dengan dana ini, aku bisa memulai perusahaan, namun sebelum itu aku butuh seseorang untuk membantuku, "Arjuna membuang black card itu dan seketika kartu itu menghilang, tertelan oleh penyimpanan sistem.Dia tidak punya pengalaman tentang bisnis, tapi dia punya beberapa pengetahuan. Untuk memulai perusahaan, dia harus mendaftarkan ini itu ke pemerintah, dan untuk mempermudahkannya, sebaiknya dia menyuruh atau mencari seseorang.Adapaun orang itu, dia akan mencarinya nanti, tergantung keberuntungan.Sampai di rumah, Arjuna menyapa bibinya Ranti yang sedang menyapu lantai, lalu pergi ke kamarnya.Dia ingin tidur sekarang.Persiapan untuk nanti mal
Halen tertegun sejenak mendengar ucapan Arjuna. Tapi segera, dia tersenyum. "Nah... Kamu memang benar pejuang perunggu level 9, bibi yakin sekarang kamu memang jenius bela diri," ucap Halen penuh pujian. Sebagai Direktur sebuah Divisi, kekuatan Halen tentu bukan main-main. Meskipun telah berada di usia paruh baya, kekuatannya telah mencapai level 9 pejuang emas. Dengan kekuatan yang dimilikinya, dia dengan mudah bisa mengenali tingkatan Arjuna. Elena dan Risa terkejut mendengar ucapan Halen, terutama Risa. Dia menatap Arjuna dengan tatapan tak percaya. Pemuda ini tampaknya tidak jauh lebih tua darinya, namun sudah mencapai level 9 pejuang perunggu?! Padahal, dia yang baru saja masuk universitas hanya baru menembus level 8 pejuang perunggu, dan itu pun sudah dianggap jenius di kalangan teman-temannya! "Arjuna, apa kamu sudah mengetahui bakat bela diri dan kemampuan supernatural yang kamu miliki







