"Baguslah kalau kamu suka," ucap Firly.Firly memperhatikan dandanan Naomi dan pakaiannya cukup formal. dia pun bertanya dengan nada penasaran, "Kamu habis ikut wawancara kerja, ya?""Kok kamu tahu?" seru Naomi sedikit terkejut."Tadi sempat dengar dari Tante Helen, katanya kamu lulus tahun lalu dan mulai cari pekerjaan tahun ini," jawab Firly.Firly tersenyum lembut, lalu bertanya seperti seorang kakak yang perhatian, "Gimana wawancaranya? Lancar?""Ya. Aku sudah diterima dan akan mulai kerja akhir bulan nanti," jawab Naomi."Oh?" seru Firly dengan mata berbinar. Dia lanjut bertanya, "Perusahaan mana yang cukup beruntung bisa dapat karyawan secerdas kamu?""..."Naomi diam.Dia tidak berniat mengungkap bahwa dirinya diterima di studio "Atmara". Jika sampai Tuan Besar Agam tahu, bisa-bisa dia langsung dikurung di rumah dan dilarang keluar lagi.Firly mengira Naomi hanya ingin menyimpan rahasia layaknya anak muda. Dia pun tidak banyak bertanya. "Ya sudah, kamu kerja di mana pun, aku yak
"Kata orang, cara terbaik untuk menghapus pesona seseorang di hati adalah dengan memilikinya. Jadi aku datang untuk melamar," ucap Naomi.Naomi menatap Alyana tanpa berkedip. Tatapannya penuh keteguhan.Sejak tahu bahwa Begonia adalah Alyana, Naomi mengurung diri di kamar, memandangi satu per satu karya koleksinya, lalu mulai meragukan dirinya.Dia sangat menyukai Begonia, tetapi dia benci Alyana.Kenyataannya, dua rasa itu bersarang pada orang yang sama.Berhari-hari Naomi gelisah hingga secara kebetulan dia melihat lowongan dari studio 'Atmara'. Setelah berpikir matang, dia memutuskan mengirimkan lamaran.Sebelum datang, Naomi sempat berpikir mungkin tidak lama kemudian dia akan menyadari bahwa Begonia pun tidak sehebat yang dia bayangkan. Pada saat itu nanti, dia akan bisa melepas semuanya dengan tenang.Namun sekarang, keyakinan itu mulai goyah saat berhadapan langsung dengan Alyana.Sikap Naomi begitu sembrono, tetapi Alyana justru masih sabar menanggapinya. Hal ini jauh dari soso
"Baik," balas Alyana.Alyana menerima berkas itu dari tangan asistennya, lalu berjalan menuju tengah meja panjang dan duduk. Dia mulai membalik lembar demi lembar secara singkat, hingga jemarinya terhenti pada satu nama.Naomi Moran?Orang yang bernama Naomi tidak banyak di Kota Anjelo, apalagi yang bernama belakang Moran. Ditambah lagi, riwayat pendidikannya terlalu cemerlang untuk seseorang dari keluarga biasa. Alyana yakin dia adalah Naomi Moran yang dia kenal.Apakah ini semacam kunjungan diam-diam putri Keluarga Moran? Atau dia punya maksud tersembunyi?Kenapa bisa-bisanya melamar ke tempat ini?"Bu Alyana, boleh kita mulai?" tanya asisten.Suara sang asisten membuyarkan lamunan Alyana.Alyana segera sadar, lalu menjawab pelan. Dia merapikan kembali dokumen di tangannya, menanti peserta pertama memasuki ruangan.Waktu berlalu, lembar-lembar resume berpindah dari satu ke lainnya.Sayangnya, kemampuan para kandidat pagi itu masih jauh dari ekspektasi.Studio ini baru berdiri. Alyan
Di dalam mobil Maybach, Firly duduk di kursi penumpang depan. Dari kursi belakang masih terdengar suara nyaring Evin yang penuh semangat.Firly menoleh ke arah ponsel milik Nathan, lalu berkata, "Kupikir Pak Evin sudah benar-benar lupa padaku. Sudah telepon lama-lama, tapi nggak sekalipun menanyakan kabarku."Firly, Nathan dan Evin saling mengenal sejak kecil. Karakter Firly cenderung tomboi, dia selalu mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Sampai akhirnya, para tetua Keluarga Haron tidak tahan lagi melihat kelakuannya. Setelah berdiskusi panjang, mereka memutuskan untuk mengirim Firly ke luar negeri demi melanjutkan studi. Waktu berlalu, gadis tomboi itu pun tumbuh menjadi wanita anggun nan dewasa.Setelah lulus kuliah, Firly tidak pulang dan malah memilih menjelajahi dunia. Kini usianya sudah memasuki masa-masa menikah, Keluarga Haron pun khawatir dia tidak kunjung menetap. Oleh karena itu, mereka mendesaknya untuk pulang, mencari pekerjaan, dan tinggal sementara demi menemani
"Hmm."Alyana hanya menggumam pelan tanpa nada sama sekali.Cecilia bisa merasakan sikap dingin Alyana. Raut wajahnya tetap tersenyum dengan paksa meski hatinya agak kesal. "Kalau ada waktu, aku traktir kopi, ya? Sekalian biar Abel bisa minta maaf langsung padamu.""Nggak perlu."Alyana langsung menolak. "Nona Abel masih muda, gampang dipengaruhi dan cenderung impulsif. Aku nggak akan mempermasalahkan kejadian malam ini. Kalian juga nggak usah repot-repot minta maaf.""Nona Cecilia, lebih baik kamu urus hidupmu sendiri. Itu jauh lebih penting daripada memikirkan aku."Suaminya sendiri sudah punya anak dari wanita lain, tetapi masih sibuk mengadu domba temannya untuk menyerang orang.Alyana tak punya banyak hal untuk dikatakan pada Cecilia yang terlalu dikuasai cinta.Bagaimanapun, setiap orang harus bertanggung jawab akibat dari pilihannya sendiri.Pada akhirnya, Alyana menolak kepura-puraan itu. Dia berpamitan pada Nanik dan yang lain, lalu pergi dari vila Keluarga Hyonda.Nanik menat
Tak lama kemudian, si pelayan menyerahkan bros itu ke tangan Nanik.Mungkin karena raut wajah Nanik tampak terlalu serius, semua orang di ruangan itu tak berani bersuara."Nona Alyana."Nanik tampak sangat tersentuh. Tangannya yang memegang bros itu pun bergetar. "Ini bros milik putri kerajaan dari Negara Yero?""Ya."Alyana mengangguk. "Tahun lalu, aku diundang untuk memotret keluarga kerajaan. Putri sangat menyukai hasilnya, jadi selain membayarku, beliau juga menghadiahkan bros ini.""Menurutku, cuma orang yang benar-benar terhormat yang pantas memilikinya. Makanya selama ini kusimpan baik-baik. Hari ini aku khusus bawakan untukmu, sebagai bentuk penghormatanku.""Aku cuma nggak menyangka ...."Tatapan Alyana melirik ke arah Abel. "Nona Abel sepertinya nggak terlalu menghargai hadiah ini."Pemberian dari putri kerajaan ... Siapa yang berani meremehkannya?Para tamu langsung saling berbisik, "Nona Abel itu nggak tahu diri ya, ngomong sembarangan begitu.""Itu hadiah yang nggak bisa d