Share

216. Rama Cemburu

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 18:00:42

Rama yang sedang berbincang dengan Dion, tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah pintu masuk. Matanya menyipit saat mengenali sosok Priambodo. Detak jantungnya seolah mempercepat irama. Ia bisa merasakan atmosfer ruangan berubah seketika. Ada yang tidak beres.

Dengan langkah mantap dan percaya diri, Priambodo mendekat ke arah mereka. Tatapannya tidak lepas dari Cinta, bukan seperti seorang pengagum atau kolega lama, melainkan seperti seorang pria yang menginginkan sesuatu.

Cinta yang semula tertawa bersama Evita, kini menjadi kikuk. Ia bisa merasakan sorot mata tajam itu menembus ke dalam dirinya. Dingin. Tak biasa. Seolah dia sedang dipelajari, ditakar, atau bahkan... diklaim.

Rama segera menyadari ketidaknyamanan istrinya. Ia meletakkan tangan di pinggang Cinta dengan posesif, dan menyambut Priambodo dengan senyum tipis namun penuh kewaspadaan.

Priambodo semakin mendekat, jarak pun semakin terpangkas. Di tengah keramaian dan keglamoran gala dinner, Priambodo menyapa dua pria muda di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Luly Chan
ayah mertua kamu loh itu Rama
goodnovel comment avatar
Al Ghazali
lanjut terus kk Thor .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    220. Chiara Mengadu

    Di ruang kerja yang megah dan dipenuhi aroma kayu tua, Priambodo duduk di balik meja besar berukir. Wajahnya murung, matanya kosong menatap lembar-lembar laporan yang sebenarnya tidak dia baca. Theo, orang kepercayaannya, duduk di seberang, menunggu tuannya bicara lebih dulu.“Aku rasa Rama benar-benar telah menguasai hati putriku, Theo,” gumam Priambodo pelan, seolah mengadu. “Cinta terlihat takut dekat dengan pria lain, mungkin Rama mengancamnya sehingga Cinta takut.”Theo yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara dengan sopan, “Maaf, Pak. Kalau boleh saya tahu… Bagaimana Bapak mendekati Cinta waktu itu?”Priambodo mengangkat alis, seperti pertanyaan itu aneh baginya. “Ya… saya menghampirinya, mengajak bicara. Saya tawarkan bantuan, saya coba ramah. Saya bahkan ingin membayar belanjaannya, membantu membawakan barangnya.”Nada bicara Priambodo terdengar santai, seolah tidak merasa ada yang salah.Theo tersenyum kecil, lalu dengan hati-hati berkata, “Mungkin bukan karena takut pada

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    219. PDKT

    Suasana supermarket siang itu cukup ramai, tapi di antara kerumunan, Cinta dan Chiara tampak seperti berada dalam dunia mereka sendiri. Ibu dan anak itu begitu menikmati waktu bersama, menelusuri lorong demi lorong sambil sesekali tertawa kecil. Chiara yang mendorong keranjang belanja dengan semangat, tampak sangat antusias memilih barang-barang kebutuhan rumah.“Jangan lupa beli sabun papanya, Ma. Papa kan sukanya yang wangi lemon,” ucap Chiara sambil mengambil dua botol sabun mandi dan memasukkannya ke dalam keranjang.Cinta tersenyum lembut, “Iya, Mama hampir lupa.”Chiara berlari kecil ke rak sebelah, mengambil kopi hitam merek favorit Rama, lalu mengambil beberapa bungkus camilan yang sering Rama makan di sela pekerjaan.“Ini kopi papa, terus ini… keripik pedas kesukaan papa! Oh, sama cokelat mint, papa suka itu kan, Ma?”Cinta mengangguk, hatinya hangat melihat betapa Chiara mengenal Rama begitu baik.“Kamu ini, kayaknya lebih hafal belanjaan papa dibanding mama,” goda Cinta sam

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    218. Busung Lapar

    Keesokan paginya, langit baru saja mulai berubah warna saat mobil mereka perlahan memasuki halaman rumah keluarga Narendra. Suasana masih senyap. Burung belum sempat berkicau, dan matahari bahkan belum sempat menyembul penuh.Rama langsung melangkah ke kamarnya yang berada di sisi timur rumah, tahu persis Chiara pasti sudah tertidur pulas di sana. Benar saja, bocah kecil itu terlihat nyaman meringkuk di bawah selimut, memeluk boneka kelincinya.Tanpa banyak suara, Rama menyusul dan berbaring di samping putri sambungnya, membelai rambut halusnya dengan lembut, lalu menutup mata.Sementara Cinta, yang masih dalam balutan gaun santai tipis setelah mengganti bajunya di hotel, berdiri di ambang pintu kamar, menatap pemandangan itu dengan rasa campur aduk. Ia terharu melihat sisi kebapakan Rama yang begitu kuat, tapi juga bingung sendiri.“Rama... ini hari pertama aku bangun pagi di rumah ini...” ucap Cinta dengan suara pelan, “Aku belum tahu kebiasaan orang tuamu. Jangan-jangan mama kamu s

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    217. Istirahat Sejenak

    Di perjalanan pulang dari gala dinner, suasana di dalam mobil terasa sunyi dan berat. Lampu-lampu jalan berpendar redup di balik kaca, menemani keheningan yang menyelimuti pasangan muda itu. Cinta duduk memandangi jendela, meski tak benar-benar melihat ke luar. Tatapannya kosong, pikirannya sibuk menelusuri kenangan pahit yang perlahan muncul kembali ke permukaan.Bayangan wajah Priambodo yang menatapnya dengan cara aneh saat gala dinner masih lekat di benaknya. Entah kenapa, tatapan itu menimbulkan perasaan waspada dan tidak nyaman, seolah dia tahu sesuatu yang seharusnya terkubur dalam.Cinta menggigit bibirnya pelan. Dalam hatinya muncul ketakutan yang lama dikubur. Dia teringat salah satu rekan bisnis Rama, sebelum mereka menikah, pernah menawarinya uang dengan jumlah besar agar bersedia ‘melayani’ untuk satu malam. Tawaran yang menjijikkan itu menghantamnya seperti tamparan. Padahal saat itu ia sedang mencoba keras melepaskan diri dari dunia kelam yang pernah dia jejaki.Masa lal

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    216. Rama Cemburu

    Rama yang sedang berbincang dengan Dion, tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah pintu masuk. Matanya menyipit saat mengenali sosok Priambodo. Detak jantungnya seolah mempercepat irama. Ia bisa merasakan atmosfer ruangan berubah seketika. Ada yang tidak beres.Dengan langkah mantap dan percaya diri, Priambodo mendekat ke arah mereka. Tatapannya tidak lepas dari Cinta, bukan seperti seorang pengagum atau kolega lama, melainkan seperti seorang pria yang menginginkan sesuatu.Cinta yang semula tertawa bersama Evita, kini menjadi kikuk. Ia bisa merasakan sorot mata tajam itu menembus ke dalam dirinya. Dingin. Tak biasa. Seolah dia sedang dipelajari, ditakar, atau bahkan... diklaim.Rama segera menyadari ketidaknyamanan istrinya. Ia meletakkan tangan di pinggang Cinta dengan posesif, dan menyambut Priambodo dengan senyum tipis namun penuh kewaspadaan.Priambodo semakin mendekat, jarak pun semakin terpangkas. Di tengah keramaian dan keglamoran gala dinner, Priambodo menyapa dua pria muda di

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    215. Tatap Mata yang Mengklaim

    Di rumah keluarga Narendra yang megah dan hangat, suasana malam itu terasa berbeda. Tawa riang terdengar menggema dari salah satu ruang keluarga, di mana Arman sedang menikmati peran barunya sebagai seorang kakek.Chiara memang bukan darah dagingnya secara langsung, tapi rasa sayang dan kedekatan tumbuh dengan alami dan begitu cepat. Anggap saja ini sebagai Latihan, saat nanti anak-anak Rama telah lahir.Arman duduk di karpet empuk, membangun menara balok bersama Chiara, yang tertawa riang tiap kali menaranya roboh. Kadang mereka bermain tebak-tebakan gambar, kadang Arman bercerita dongeng lucu yang membuat Chiara tak bisa menahantawa.Tatap mata Arman penuh kelembutan, bahkan sesekali mencuri pandang ke arah pintu, seolah membayangkan kelak rumah itu akan semakin ramai jika Rama dan Cinta benar-benar memberinya cucu lagi.“Chiara sayang opa?” tanya Arman sambil mencubit gemas pipi mungil cucu sambungnya itu.“Sayang banget!” jawab Chiara lantang, lalu memeluk Arman dengan spontan.Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status