Home / Romansa / Karena Utang, Dinikahi Sultan / Makan Malam Yang Membawa Bencana

Share

Makan Malam Yang Membawa Bencana

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-04-14 23:41:01

Aroma makanan yang baru saja diantar memenuhi ruang makan rumah Arga. Di atas meja makan, empat kotak makanan dari restoran seafood terkenal tersusun rapi. Amara membuka satu persatu kotaknya. Udang saus padang, cumi goreng tepung, capcay kuah, dan seporsi nasi putih hangat dengan telur dadar.

Arga datang dengan langkah ringan dari lantai dua, rambutnya basah karena habis mandi, kaos polos berwarna navy membungkus tubuhnya begitu sempurna ia. Pandangannya tertuju pada makanan.

“Wangi banget … kamu yang pesan?” tanya Amara basa-basi begitu dia menangkap sosok Arga.

“Memangnya kelihatan aku yang masak?” Arga menjawab ketus tanpa menoleh.

Amara hanya tersenyum kecil, lalu mengambil sendok. Perutnya sudah keroncongan sejak siang tadi.

Namun saat membuka kotak berisi udang saus padang, Amara mendadak ragu.

“Aku… alergi udang sebenarnya,” katanya pelan, hampir seperti berbicara dengan dirinya sendiri.

Arga yang duduk di seberang langsung berhenti mengunyah. “Lalu kenapa dipegang?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
dah la terbucin2 dah,,,
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Author jangan lama²ya update Novel nya. Semangat Author...
goodnovel comment avatar
Adfazha
Arga ketus2 tp tulus... otw Bucin ya Arga sm Amara
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Ruang Hampa

    Ruang rapat di lantai executive Wibisono Group sore itu terasa dingin meski matahari Jakarta masih menyinari langit kota.Arga duduk di ujung meja, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Pintu terbuka pelan dan Alena masuk dengan anggun, mengenakan blus putih satin dan rok pensil navy. Bibirnya tersenyum, tapi matanya menyimpan kewaspadaan.“Aku kira kamu enggak akan datang,” ucap Alena pelan, duduk di seberang Arga.“Aku datang untuk menyampaikan jawabanku,” balas Arga datar.Alena mengangguk perlahan. Ia menarik napas dalam, seolah sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini akan berlabuh.Chandelier menggantung di atas meja panjang yang mengilap, tapi suasana pertemuan dua orang itu tak sehangat kilau cahaya di sekitarnya.“Aku setuju dengan idemu,” Arga membuka suara. “Kita menikah untuk kebutuhan bisnis, untuk memenuhi keinginan orang tua kita dan perusahaan mendapat keuntungan yang besar,—tapi hanya sampai di situ.”Mata Alena membelalak sedikit, tapi tak ada kejutan besar

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Harus Terima Dimadu

    Suasana rumah keluarga Wibisono yang megah dan mewah biasanya sunyi dan tenang, tapi malam itu, udara dipenuhi ketegangan.Suara langkah sepatu berhak tinggi menghentak-hentak dari arah pintu depan, menggetarkan marmer halus di bawahnya.“Di mana ibu? Di mana ayah?!” teriak Cassandra lantang sambil melempar tas tangannya ke sofa ruang tamu.Margaret yang tengah menyesap teh bersama Alena di ruang duduk langsung menoleh dengan dahi berkerut. “Cassandra, apa-apaan ini?”Cassandra menghampiri mereka dengan langkah cepat dan sorot mata menyala. “Kalian serius menjodohkan Arga sama Alena?! Kalian tahu Arga mantan aku! Kenapa kalian malah sodorin adik aku ke dia?!”Margaret berdiri perlahan, mencoba menjaga wibawa. “Jaga bicaramu, Cassie.”“Enggak, Bu! Aku enggak akan diem. Kemarin Alena datang ke Penthouse aku dan dengan sombongnya juga bangganya memberitahu hal itu.” Suara Cassandra meninggi, penuh amarah. Dia tidak terima. Matanya menatap nyalang Alena yang duduk anggun dengan eksp

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Menerima Perjodohan Dengan Alena

    Pagi itu, Arga tiba di kantor lebih siang dari biasanya. Wajahnya tetap tenang, namun sorot matanya menyiratkan kelelahan yang tidak biasa. Clara-sekretarisnya segera menghampiri dengan setumpuk dokumen. “Pak Arga, ini laporan keuangan minggu ini dan—”“Nanti saja, Clara. Saya ingin bertemu Zeno sekarang.”“Baik, Pak.” Clara undur diri dari ruangan itu untuk menjemput Zeno di ruangannya.Tak lama kemudian, Zeno masuk ke ruangan Arga dengan ekspresi serius. Ia membawa sebuah folder berisi dokumen dan beberapa foto.“Ga, gue dapet informasi terbaru tentang Cassandra dan Rendy yang harus lo tahu.”Arga mengangguk lalu mempersilakan Zeno duduk dan membuka folder tersebut.“Ini bukti bahwa Cassandra dan Rendy memang saling mengenal. Ada rekaman pengakuan dari salah satu nasabah kalau dia dan beberapa orang lain termasuk Rendy disuruh untuk meminjam uang dalam jumlah besar ke CitraKredit ….”“Lo dapet dari mana?” Arga sampai takjub.“Gue telusuri semua data di perusahaan dan ada s

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Seharusnya Berita Bahagia

    Langit mendung menggantung rendah ketika Amara pulang dari sekolah sore itu. Udara terasa lembap, dan gerimis tipis mulai membasahi dedaunan di halaman rumah. Langkah Amara berat, tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Kepalanya berdenyut, dan perutnya mual, tapi ia menahan semuanya—seperti biasa.Ia menaruh tasnya di sofa ruang televisi, lalu melangkah ke dapur, hendak merebus air untuk teh. Namun baru beberapa langkah, pandangannya mulai berputar. Suara detak jam dinding terdengar aneh di telinganya, seperti gema di terowongan kosong.“Ah … pusing banget …,” gumamnya, tubuhnya limbung, tangannya berusaha memegang meja dapur—namun gagal.Bruk!Tubuh Amara jatuh ke lantai. Gelas yang ia pegang pecah, air tumpah mengenai lantai dingin. Matanya terpejam, wajahnya pucat seperti kertas.***Arga baru saja membuka pintu rumah ketika matanya langsung menangkap bayangan tubuh Amara tergeletak di lantai dapur.Seperti De javu, dia pernah mengalami ini dulu ketika awal pernikahan me

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Sebuah Tawaran

    Sore itu, langit Jakarta sedang murung. Di balik jendela tinggi ruang kerja Arga di lantai 20 kantor pusat CitraKredit, matahari terhalang awan tebal.Arga berdiri membelakangi pintu, menatap jauh ke arah lalu lintas kota yang padat dan tak kenal lelah.Pintu diketuk.“Masuk,” ucapnya tanpa menoleh.Langkah ringan masuk ke dalam ruangan. Aroma lembut parfum melati langsung menyusup ke udara.Alena Wibisono—dengan blazer putih gading dan gaun selutut berwarna krem, berdiri anggun di depan meja Arga.“Maaf datang tanpa janji,” katanya sambil meletakkan clutch-nya ke meja.Suaranya tetap lembut seperti biasanya, namun kali ini ada nada bisnis tersirat di sana.Arga menoleh. Tatapan matanya kosong. “Harusnya kamu buat janji dulu lewat sekretarisku.”“Aku enggak datang sebagai tamu perusahaan,” jawab Alena sambil duduk. “Aku datang sebagai calon istrimu.”Arga mengerutkan kening. “Kamu tahu itu hanya omongan orang tua.”“Dan kita berdua tahu … omongan mereka bukan omongan biasa.

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Tanda-Tanda Kehamilan

    Hari-hari berikutnya terasa hampa bagi Amara. Ia tak lagi bangun dengan semangat seperti biasanya.Bahkan ketika alarm di ponselnya berbunyi, Amara hanya diam menatap langit-langit kamar tanpa niat untuk bangkit.Masa mengajarnya hampir habis di sekolah itu sama seperti kontrak pernikahannya dengan Arga.Dan pagi ini, Amara memilih untuk tidak turun ke lantai satu untuk melayani Arga layaknya seorang istri.“Ada bi Eti yang masakin sarapan.” Amara melirih sembari menarik selimut.Kepalanya terasa pening dan tubuhnya lemas, kenyataan pahit menggempur batin dan pikirannya akhir-akhir ini membuat Amara tidak berdaya.Amara mendengar langkah kaki Arga melewati kamarnya, pria itu pasti sudah berpakaian rapi dan siap ke kantor.Arga juga pasti tidak akan peduli kenapa dia tidak turun pagi ini dan ciumannya di depan rumah ibu kemarin hanyalah salah satu drama yang harus diperankannya sebagai seorang suami meski sebenarnya Arga juga tahu kalau ibu telah mengetahui perihal kawin kontrak

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Antara Harga Diri Dan Cinta

    “Ga, aku mau ke rumah ibu … boleh?” tanya Amara setelah pintu kamar dibuka dari dalam oleh pemiliknya.Arga menatap Amara dari atas ke bawah.Sudah siap pergi dengan tas tersampir di pundak.Meski matanya sembab karena banyak pikiran dan mungkin juga sering menangis—Arga tidak tahu mana yang pasti karena sudah beberapa hari mendiamkan Amara—tapi istrinya itu masih terlihat cantik membuat Arga iba.“Aku antar … aku sekalian mau ke rumah ibuku.” Arga jujur tapi tidak memberitahu untuk alasan apa.Amara mengangguk lalu berbalik, menunggu Arga di kursi ruang tamu sambil melamun.Ketika Arga turun dengan pakaian semi formal—karena katanya sang ibu akan membuat pesta kecil yang mengundang beberapa klien—dia melihat Amara sedang menatap kosong ke luar jendela.Arga menghentikan langkah di tengah tangga menatap sendu ke arah Amara.“Kayanya gue udah enggak perlu marah sama Amara karena kata Zeno, gosip tentang pernikahan kontrak kami di sekolah tempat Amara mengajar enggak berpengaruh

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Cobaan Lainnya

    Pagi itu, langit Jakarta berwarna kelabu seperti mencerminkan isi hati Amara. Langkahnya ke ruang guru terasa lebih berat dari biasanya, seperti menembus lapisan-lapisan tatapan yang menggantung di udara.Tak lagi hangat seperti biasanya. Beberapa guru hanya melemparkan senyum kecil, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan—seolah kehadirannya menjadi sesuatu yang janggal.Amara menunduk, berusaha tetap tenang. Ia baru saja meletakkan tas di kursinya saat seorang staf tata usaha menghampirinya dengan nada canggung.“Bu Amara, pak Burhan minta Ibu ke ruangannya sekarang.”Tangan Amara sedikit gemetar saat ia meraih map pelajaran yang bahkan belum sempat dibuka. Ia mengangguk lemah, lalu berjalan keluar dengan dada yang berdebar tak karuan.Setibanya di depan pintu ruang kepala sekolah, Amara menarik napas panjang sebelum mengetuk.“Masuk.”Suara berat itu familiar, tapi kini terdengar lebih dingin. Amara membuka pintu pelan. Pak Burhan duduk di balik meja kayu besar dengan raut ya

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Dikhianati Dua Kali

    Jarum jam sudah bergerak ke angka 22.14 WIB ketika Amara masih terduduk di ranjangnya, tangan mengepal di pangkuan, mata menatap kosong ke dinding.Kepalanya dipenuhi oleh suara-suara Arga barusan—tentang Cassandra, tentang khilaf, tentang keinginan untuk “menginginkannya malam ini.”Hatinya menolak. Tapi pikirannya mengingat kembali bahwa keinginan Arga adalah bagian dari kontrak yang pernah ia tandatangani dengan tangan sendiri.“Tubuhmu menjadi jaminannya.”Kalimat itu kembali terdengar di telinganya, seperti gema yang tak pernah hilang.Perih.Tapi lebih dari itu, Amara tahu, ini bukan lagi tentang kewajiban atau kontrak. Ini tentang harga dirinya. Tentang apakah ia masih punya kendali atas tubuh dan luka yang ditimbulkan oleh orang yang diam-diam masih ia cintai.Dengan langkah pelan, Amara berdiri. Ia menarik napas panjang, meraih cardigan tipis untuk menutupi gaun tidur satin yang melekat di tubuhnya, lalu keluar kamar.Setiap langkahnya menuju kamar Arga seperti menjin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status