Detik-detik kurasakan begitu berat untuk ku lewati. Rasa sakit yang bercampur aduk peluh serta air mata bersatu membalut tubuhku yang harus berjuang keras agar bayi ini bisa ku lahirkan. Aku ingin bersama pak Sanjaya, aku ingin tahu keadaan beliau, apa yang terjadi sehingga beliau dibantu dengan banyak dokter seperti itu. Tiga jam persalinan normal yang sangat melelahkan akhirnya membawa tangisan bayi perempuan itu ke dunia.
“Selamat yaa Bu, bayinya perempuan, sehat, lengkap dan cantik seperti Ibu.” Dokter perempuan yang menanganiku memberikan bayi yang sudah terbungkus selimut berwarna merah muda. Aku enggan menggendongnya hingga bayi itu diambil oleh ibuku.
“Ibu, aku ingin lihat keadaan pak Sanjaya.” Pintaku dengan lelehan air mata.
“Kondisi kamu masih lemah Rin, nanti saja yaa, pak Rudy juga pasti akan mengabari kita.”
“Rin, kamu tidak mau meng
“Airin, bayimu menangis Nak, dia ingin menyusu, kasihan dia Airin.” Ku dengar suara ibu dan suara tangis bayi itu namun aku tidak bisa melakukannya, aku tidak mau.“Pergi! Bawa pergi bayi itu … aku tidak mau!” tangisku mulai meledak hebat lagi. Aku tak bisa mengantarkan pak Sanjaya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Aku benci diriku, aku benci semuanya.Kartika dan pak Andy datang membantu ibu, Kartika akhirnya yang berinisiatif untuk merawat Sandrina sementara, dia mencarikan susu formula untuk bayi itu.“Airin, kami tahu kamu sangat berduka, cobalah untuk tegar. Kami ada di sini bersamamu, kami akan membantumu, kamu tidak sendirian Airin.” Suara lembut laki-laki itu terdengar di telingaku. Aku masih bergelung dalam selimut dan enggan melihat siapa-siapa.Aku sudah tak sanggup berpikir, aku lelah dan aku ketakutan pada ba
Sekian rentang waktu sudah berlalu, gelar MBA dan Phd dari sekolah tinggi Glion di Swiss dan s2 di Glion London telah ku kantongi. Kartika hanya menyelesaikan s1dan meminta kembali setelahnya. Kerinduan pada tanah air tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Putriku Sandrina sudah menjelang enam tahun dan aku memutuskan untuk menyekolahkan di London saja.Mas Andy masih rutin mengunjungi kami dan tahun ini di musim gugur aku akan bersiap kembali ke tanah air. Mas Andy sengaja datang menjemputku, awalnya dia ingin membawa Sandrina pulang namun aku bertahan agar Sandrina tetap di London hingga dewasa nanti. Dia tumbuh di bawah asuhan ibuku dan dua orang pengasuh yang sejak bayi menemaninya hingga ibuku tidak terlalu repot.Sandrina kecil sangat dekat dengan mas Andy, mungkin Sandrina mengira jika mas Andy adalah ayahnya. Jika tiba di London maka hanya dengan Sandrina lah mas Andy bany
Peresmian cabang baru Sanjaya Hotel berlangsung dengan meriah di kota wisata ini, aku menawarkan mas Andy untuk posisi General Manager di hotel ini tapi dia menolak. Dia hanya ingin tetap berada di posisinya sekarang sebagai Assistant General Manager dan tidak akan kemana-mana lagi.Kartika yang mempunyai kemampuan yang sudah lebih baik aku percayakan untuk menjadi General Manager di sana meski katanya itu terlalu cepat untuknya. Tetapi aku percaya padanya dia hanya butuh kesempatan untuk membuktikan potensi dalam dirinya dan sebuah kepercayaan diri.Aku menemaninya sementara untuk beberapa minggu sambil mempelajari perkembangan hotel ini.Tetapi aku memilih untuk tidak terlihat menyolok sebagai General Manager pusat, aku hanya seperti tamu hotel lainnya. Sama seperti saat sarapan di resto hotel ini dan seseorang menghampiriku dengan roti sandwich di piringnya serta secangkir kopi.“Boleh aku bergabung di sini Nona?” tanya seorang pria yang menatap ku
Aku sedang berkeliling memantau keadaan hotel, harus aku akui kerja keras Kartika di hotel yang aku percayakan padanya ini. aku mendapat email dari mas Andy namun aku masih enggan membalasnya. Dia memintaku untuk menelpon Sandrina di London sana yang katanya merindukanku.Yaaa … ibu macam apa aku ini yang tak bisa merasakan rindu pada anak yang susah payah kukandung dan kulahirkan itu. Tetapi aku melakukan itu demi dirinya bukan? Anak itu harus terbiasa mandiri dan kuat, dia harus belajar dengan giat di sana toh ada ibuku yang menjadi pengganti kasih sayangku.Ponselku bergetar lagi aku mengira mas Andy masih saja berusaha membujukku atas Sandrina tapi ketika ku lihat baik-baik pesan itu justru dari Edgard. Aku tersenyum kecil, pria yang aneh, dia selalu saja mengirimkanku pesan yang konyol. Aku ingin membalasnya tapi tiba-tiba ada panggilan masuk dari pak Rudy.“Iya pak Rudy ada apa ?” aku menjawab panggilannya sambil memperbaiki topiku yang
Email yang ku terima dari pak Rudy kubaca dengan seksama, laporan tentang pria yang bernama Edgard. Tidak ada catatan yang mencolok tentang kelakuan negatifnya. Hanya dikabarkan jika Edgard sedang berkonflik dengan ayahnya dan dia harus membuktikan kesungguhannya dalam perusahaan dengan cara sukses menjalin kerja sama dengan perusahaan raksasa seperti Sanjaya Build.Aku geleng-geleng kepala ternyata dia memang orangnya gigih meski terlihat cuek. Aku akan melihat dulu sosok Edgard ini dia berniat apa hingga bersikeras mangajakku makan bersama.“Bu Airin harus hati-hati terhadap pemuda ini. kita belum tau motif sebenarnya dia ada di sini.” Pak Rudy memperingatkanku dan aku akan ingat itu baik-baik.“Baik Pak Rudy,terima kasih.”Sebuah map berisi laporan hasil rapat Sanjaya Bulid juga telah ku terima dan mereka sedang mempertimbangkan tawaran dari Wijaya Enterprise.“Rin, si Edgard lagi gencar deketin kamu ya ?” aku sedang
“Ti-tidak ada apa-apa , Mas, hanya salah paham saja.” Aku berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan Edgard yang kuat. Tapi sialnya Edgard sama sekali tidak ingin melepaskanku.“Kamu bukan suaminya atau pacarnya kan?”“Edgard tolong lepas, di bos aku.” aku menatap mas Andy dan meyakinkan semua baik-baik saja tapi tidak dengan mas Andy.“Lepaskan Airin.” perintahnya dengan nada datar tapi terdengar dingin.“Ayo lah Airin, aku gak ada maksud apa-apa, gak usah sampai bos kamu ikut campur dalam urusan kita. Aku hanya ingin mengajakmu berkencan dan berkenalan lebih jauh.”“Kalau dia gak mau jangan dipaksa, lepaskan dia sekarang!” nada suara mas Andy sudah meninggi. Aku sama sekali tidak ingin ada keributan di sini.“Edgard, please, aku gak suka cara kamu yang seperti ini.” aku mulai panik, mas Andy akan semakin terpancing emosinya.“Aku minta maaf
Aku membuka mata perlahan, apa yang dilakukan mas Andy tidak kuharapkan. Ku palingkan wajahku dan tidak memeluknya lagi. Aku duduk menjauh dan menghindari tatapan matanya.“Maafkan sikapku tadi, aku tidak bermaksud untuk ….” mas Andy tidak melanjutkan kata-katanya lagi, dia tahu jika itu salah.“Aku salah paham dengan pelukanmu tadi, kupikir kau sudah memberiku kesempatan hingga aku, maafkan aku Airin.” lanjutnya lagi dengan penuh sesal.Aku masih memilih diam, hujan masih saja deras di luar sana kilat dan petir bergantian membuat suasana menjadi mencekam.Mas Andy berdiri dan mengecek bajuku yang ternyata masih basah kemudian dia duduk lagi dalam diam. Aku bisa membaca kesedihan dalam dirinya, cinta yang tak pernah terbalas namun tak sanggup jua untuk mengalihkan cinta itu kepada orang lain.“Aku pantas dihukum, aku layak untuk dikutuk, aku hanya perempuan yang tak punya hati lagi Mas, andai saja waktu bisa diu
Mungkin ini saatnya aku meruntuhkan dinding egoku dan menerima lamaran mas Andy yang kesekian kalinya. Tak ada pria yang mengenalku sebaik mas Andy dan tidak ada pria yang melindungiku sekeras mas Andy. Kini ku coba untuk menghidupkan sebentuk hati yang sudah kubunuh berulang-ulang kali itu untuk pria yang melamarku di tengah kondisi kami terdampar di pulau kosong.“Apa kau menerima lamaranku hanya karena aku sedang sakit ? ini hanya demam biasa aku bisa sembuh beberapa hari lagi. Kau tidak usah menjawabnya sekarang kecuali jika aku memang benar sedang sekarat dan tak akan lama lagi meninggal dunia.” mas Andy mengulum senyumnya sambil memejamkan kembali matanya.“Aku tidak akan berubah pikiran Mas, mari kita menikah dan membuat sebuah keluarga normal. Kita menjadi suami istri, lagi pula Sandrina selama ini memanggilmu ‘daddy’ kata itu lebih dulu terucap di bibirnya ketimbang memanggilku.”“Tentu… karena aku adalah ayah baginya selama ini the one and only.” ucapan mas Andy semakin terd