Bab 300Handi sejak tadi masih sibuk memeriksa ponselnya karena bagaimanapun pria itu tengah berusaha untuk menghubungi banyak orang yang bisa dimintai bantuan dengan cepat agar bisa membantunya menemukan Putri."Ck! Kenapa mereka sangat sulit dihubungi?"Tatang melirik ke arah sang majikan yang sejak tadi tak bisa tenang. Dia juga merasa terkejut akan masalah yang telah terjadi sekarang.Bisa dilihat dengan jelas ada raut ketegangan di wajah Handi. Padahal selama ini pria itu selalu menyelesaikan masalah dengan tenang dan tak pernah terlihat ceroboh.Tapi entah mengapa dia terlihat begitu ketakutan.Tatang bisa mengetahui alasannya karena pria itu memang sangat menyayangi putri sambungnya.Handi menepuk kursi Tatang. "Mang, tolong antar saya secepatnya ke kantor.""Baik, Pak." Dengan cepat dia langsung menekan pedal gas.Sedangkan Handi kini tampak mengusap wajahnya dengan kasar. Berapa hari lagi dia sempat meremehkan kabar yang didengarnya dari sang asisten mengenai seseorang yang s
Bab 301Seorang wanita muda tampak menaiki tangga menuju rooftop. Selina tampak selingkuhan karena takut jika ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.Tapi untungnya para karyawan yang lain saat ini tengah sibuk bergosip tentang masalah yang timbul akibat sikap aneh Handi. Dia jadi memiliki waktu senggang untuk pergi sejenak.Selina lantas mengunci pintu balkon dari luar. Dia bergegas meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi seseorang. Cukup lama hingga panggilannya akhirnya diangkat."Halo, ada apa, Sel?""Mas, kamu dimana?"Ada sedikit heran dengan pertanyaan Selina. "Aku lagi diluar. Kenapa emang?"Selina menghela napas berat. Dia bisa mendengar suara kebisingan dari ujung telepon sana dan sepertinya pria itu tak berbohong sama sekali.Tapi entah mengapa dia masih merasa belum yakin dengan jawaban yang baru saja diberikan oleh Adi."Uhm, nggak apa-apa, Mas. Aku cuma tanya aja karena penasaran."Adi mengerutkan keningnya karena merasa heran. "Penasaran? Kamu nggak biasan
Bab 302Handi menatap sosok pria setengah baya yang kini berada tepat di ambang pintu bersama dengan sekretaris pribadinya. Dia lantas bangkit dari kursi dan mempersilahkan pria itu untuk duduk. Awalnya pria yang tak lain adalah pedagang kaki lima itu merasa sedikit takut, namun akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk setelah diyakinkan kembali oleh Rosa."Nggak apa-apa, Pak."Handi kembali duduk dan menatap lengkap sosok pria setengah baya itu."Maaf sebelumnya, Pak. Saya hanya ingin menanyakan beberapa hal. Bapak bisa tenang karena saya tidak mungkin berani melakukan sesuatu."Pria itu mengangguk pelan setelah mendengar penuturan Handi.Handi kembali melirik sekretarisnya. Dia butuh kejelasan secepat mungkin karena waktu terus bergulir."Pak, silahkan jelaskan semuanya. Kami akan mendengar secara baik-baik," tutur Rosa, dia menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis.Meski ada sedikit keraguan, pria itu mulai membuka mulutnya perlahan."Tepat 5 hari yang lalu, di sekita
Bab 303Handi kembali mencoba menghubungi istrinya. Tak perlu lama jadi panggilan telah terhubung dan dia bisa mendengar suara istrinya yang begitu sendu."Mas," lirihnya.Handi menggigit bibir bawahnya. "Ti, apa ada perkembangan lainnya lagi?""Belum ada, Mas. Bahkan sampai saat ini, tak ada tanda-tanda apapun. Mas, apa sebaiknya kita lapor polisi aja?"Siti sangat frustasi karena wanita itu juga tak memiliki pilihan lain kecuali melaporkan hal ini pada polisi dan berharap masalah akan segera selesai karena rasanya tak mungkin jika dia terus menyerahkan semua pekerjaan pada petugas kebun binatang dan para guru.Handi menghela napas perlahan. Jujur saja saat ini dia merasa sangat bingung karena rasanya semua masalah menimpanya bertubi-tubi.Handi tak pernah tahu bahwa dia harus mengalami hal baik seperti ini."Ti, Mas akan coba untuk meminta tolong pada polisi. Kamu pulang aja sama Sumi.""Tapi, Mas …""Tolong dengarkan aku kali ini, Ti. Aku yakin semuanya akan segera menemukan titik
Bab 304Siti perlahan masuk ke dalam rumah bersama dengan Sumi. Bi Yati bergegas keluar karena dia juga sudah mendengar hilangnya Putri dari Tatang."Siti," panggilnya lirih.Mata wanita paruh baya itu terlihat berkaca-kaca. Siti yang melihatnya jadi ikut terbawa suasana. Tapi dia harus terlihat tegar di mata orang lain.Tatapan Bi Yati kini beralih menatap ke arah rekan kerjanya dengan pandangan nyalang karena dia merasa sedikit kecewa.Dia lantas menghadiahi sebuah pukulan di bahu Sumi. "Kamu ini kok bisa teledor banget, Sum?!""Aduh, Bi! Sakit," keluhnya.Tapi Bi Yati tak berniat sedikitpun untuk menghentikan pukulannya karena dia sudah merasa terlanjur kecewa. Sumi padahal sempat berjanji untuk menjaga Putri, namanya tanya dia telah lalai dan membuat gadis kecil itu menghilang."Bibi 'kan udah mewanti-wanti kamu supaya tetap fokus. Apa kamu main sendirian? Apa kamu keluyuran, hah?!"Sumi menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bibi salah paham! Aduh," keluhnya lagi.Tapi Siti denga
Bab 305Mata kedua rekan kerja Siti itu kini tampak membulat dengan sempurna. Perkataan wanita itu telah berhasil membuat mereka semua merasa kaget."Gimana kamu bisa seyakin ini, Ti?"Bagaimanapun seseorang yang kemungkinan besar menculik Putri adalah orang terdekat. Walau Adi selama ini memang menjadi buronan dan pria itu selalu berhati-hati agar tak ditemukan oleh polisi, namun tetap saja tak menembus kemungkinan bahwa dia memang menculiknya."Sebenarnya waktu aku baru saja pulang dari rumah sakit dan tahu soal kehamilanku, Mas Adi ada di seberang jalan. Aku memang nggak terlalu yakin waktu itu, Bi. Dia berpenampilan cukup aneh.""Astaghfirullah," ujar Sumi dan Bi Yati bersamaan."Apa kamu nggak menceritakannya sama Pak Handi?""Aku udah menceritakan semuanya, Bi. Selama beberapa hari aku juga terus memikirkannya. Tapi nyatanya saat itu tak terjadi apapun dan kami akhirnya memutuskan untuk tak lagi memikirkan hal-hal aneh."Entah mengapa kini dia menyesali keputusannya untuk mengab
Bab 306Mata Siti seketika memulai dengan sempurna setelah mendengar penuturan suaminya. Kecurigaannya semakin besar setelah mengetahui hal yang begitu mengejutkan ini."Mas …apa mungkin dugaan kita benar?"Handi diam sejenak tapi pria itu juga memikirkan hal yang sama seperti istrinya."Ti, untuk saat ini aku masih belum bisa memberikan jawaban apapun dan pihak polisi juga tengah berusaha untuk menyelidiki karena bisa saja hal ini memang berhubungan dengan Adi. Jika itu memang benar maka pihak kepolisian akan mengerahkan beberapa anggotanya juga untuk menangkap buronan."Siti menggigit bibirnya erat-erat. Mau sampai kapan dia harus menunggu?"Mas, kalau benar dia yang menculiknya …Putri bisa saja dalam keadaan yang buruk karena pria itu sangat tega pada anaknya sendiri."Pria itu bisa merasakan kekhawatiran dari nada bicara istrinya."Jangan pikiran buruk lebih dulu dan kita harus tetap mencoba yang terbaik demi Putri."Siti hanya bisa diam. Dua rekan kerjanya yang ikut mendengarkan
Bab 307"Rumah ini dijual?"Wanita setengah baya itu kembali menganggukkan kepalanya. "Iya, Mas. Tapi sayangnya sampai sekarang rumah ini masih belum kebeli juga karena mungkin harganya terlalu tinggi," lanjutnya.Handi terdiam. Bagaimana bisa kemungkinan ini terjadi secara bersamaan?Retno bisa saja tertuduh wanita itu memang bekerjasama dengan anaknya. Walaupun kejadian saat ini masih belum jelas.Tapi kepergian wanita paruh baya itu telah berhasil membuat kecurigaan kembali muncul di dalam benak Handi dan para pihak kepolisian.Handi kembali melirik ke arah wanita setengah baya yang sempat memberikan sedikit informasi mengenai Retno."Apa Ibu punya nomor kontak Bu Retno yang bisa dihubungi?"Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan cepat karena dia memang tak memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga Adi."Kayaknya nggak ada yang punya, Mas. Setelah masalah yang terjadi, hampir semua orang di sekitar sini menjauhi mereka. Emangnya ada apa, Mas? Kok rombongan kesini? Sama polisi