Share

25. Spageti dan Bunga Matahari

Risa senyum-senyum tidak jelas melihat seikat bunga matahari yang Dikta berikan pada dirinya. Berulang-ulang kali dia baca kalimat yang tertulis di kertas berwarna kuning tersebut.

"I'm sorry. Pradikta Januar." Risa terkekeh pelan. Ada perasaan bahagia yang sulit untuk dia jelaskan. Meski sederhana, Risa seolah-olah merasa kalau Dikta benar-benar tulus meminta maaf pada dirinya.

"Aku kenapa, sih?" Risa tanpa sadar memukul kepalanya sendiri setelah menyadari kalau tingkahnya aneh sekali. Padahal dia bukan pertama kali ini mendapat bunga dari seorang lelaki.

Sebelum menikah, Rangga dulu sering sekali memberinya bunga. Akan tetapi entah mengapa sekarang rasanya sangat berbeda.

Risa meletakkan bunga tersebut di atas meja, setelah itu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum otaknya memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Dikta.

Selesai mandi Risa langsung turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam. Sepasang iris hitamnya seketika membulat ketika melihat Dikta yang sedang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status