Beranda / Romansa / Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan / Bab 109 Asal Dia yang Mendapatkannya

Share

Bab 109 Asal Dia yang Mendapatkannya

Penulis: Jovita Tantono
Suamiku?!

Dua kata itu justru diucapkan dalam situasi seperti ini, dari mulut Adeline sendiri.

Meski sedang mabuk, ia masih cukup sadar.

“Jadi aku boleh cium kamu atau nggak?” Adeline tetap bersikeras.

Biasanya, dia begitu tenang dan dingin, seolah dibalut lapisan es yang tak bisa ditembus. Tapi malam ini, dia lembut dan manja seperti kulit buah yang baru dikupas, empuk, halus, membuat siapa pun yang melihatnya ikut melunak. “Benar mau cium?”

Namun saat suaranya jatuh, lembut di telinga, kehangatan di mata Adeline justru lenyap, digantikan kesal yang jelas. “Nggak jadi!”

Ia mendorong Leo sedikit, lalu memalingkan tubuh.

Begitu cepat berubah, seperti membalikkan telapak tangan.

Dia bosan ditarik-ulur olehnya. Dan ya, ini juga bagian dari sikap keras kepala dan temperamennya. Inilah Adeline yang sebenarnya.

Leo pernah melihat Adeline yang dulu sebagai asisten, sabar dan menahan diri, rela menunggu berjam-jam hanya untuk menyampaikan satu kalimat pada seseorang. Saat itu dia tampak sepert
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 169 Ternyata Sudah Terbentang di Senar

    “Leo, jangan terlalu baik padaku… aku takut…”Adeline kembali mabuk. Saat Leo mengangkatnya dan membawanya masuk ke dalam mobil, ia melingkarkan lengannya di leher pria itu sambil berbisik pelan.“Kamu takut apa?” tanya Leo lembut.Adeline tersenyum samar. “Takut aku…”Sisa kata-katanya terputus oleh suara dering telepon yang tiba-tiba terdengar. Kening Leo langsung berkerut tajam. Ia melirik nomor yang muncul, namun tidak mengangkatnya. Tatapannya tetap terarah pada Adeline. “Kamu takut apa?”Kepala Adeline miring, bibir mungilnya menyentuh lehernya, bergerak sedikit, namun ucapannya semakin tak terdengar jelas.“Adeline…” panggilnya, tapi yang ia dapat hanyalah dengkur lembut perempuan itu.Telepon masih berdering. Leo meraih ponsel itu dengan satu tangan. “Kalau meneleponnya agak belakangan, apa kamu akan mati?”Orang di seberang terdiam dua detik, seolah kaget. “Kalau begitu, aku tutup dulu. Nanti aku telepon lagi?”Leo memijat alisnya tanpa daya. “Kamu ini seperti titipan malaikat

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 168 Hatinya Menjadi Bingung

    “Aku tidak tahu kalau adik perempuanmu juga ada di sini, jadi aku tidak menyiapkan hadiah untuknya.”Setelah keributan antara Chelsea dan Silvia berakhir, meski Adeline merasa dirinya tidak melakukan kesalahan, namun demi menjaga hubungan baik dengan Leo dan menghindari kesalahpahaman, ia tetap memberikan penjelasan.“Dia juga bukan sedang berulang tahun, kamu juga tidak berutang apa pun padanya, jadi hadiah apanya?” Nada suara Leo terdengar acuh, sama sekali tak seperti kakak yang memihak adik.Memang masuk akal, tapi Adeline tetap berkata, “Yang kurang itu bukan seutas gelang, melainkan harga diri di depan teman-temannya…”“Harga diri bukan didapat dengan cara seperti itu. Dia seharusnya introspeksi, kenapa Chelsea bisa dengan terang-terangan menantangmu karena tahu kamu disayang, sementara Silvia tidak bisa?” Ucapan Leo menohok hati Adeline.Orang yang tulus akan dibalas dengan ketulusan. Siapa yang baik padanya, ia akan bersikap baik pula. Sejak pertama kali bertemu, Silvia tak per

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 167 Datang Menyandarkan Diri

    Langkah Adeline terhenti. Melalui celah pintu, ia melihat siapa yang barusan mengucapkan ancaman itu.Itu Jonathan.Ia melangkah keluar dari dalam.Tapi… kenapa dia bisa membenci Leo?Suara dari dalam ruangan masih berlanjut, “Kak Jonathan, sekarang Leo itu bukan orang yang bisa diganggu seenaknya. Seperti kata pepatah, dendam seorang pria sejati… sepuluh tahun pun belum terlambat untuk dibalas...”“Pepatah pantatmu! Dia berani menyuruh orang ‘memperlakukan’ aku seperti itu di dalam, dan aku harus menunggu sepuluh tahun?!” Jonathan memaki dengan nada penuh amarah.Orang yang dimaki terdiam beberapa detik, lalu terdengar lagi suara lain,“Kak Jonathan, alasan Brown memperlakukanmu begitu kan karena perempuan itu. Kalau kau sampai menyentuh perempuannya, bukankah itu lebih menyakitkan daripada menyerangnya langsung?”“Hahaha, masuk akal juga…”Tawa kasar yang terdengar membuat telinga terasa panas, namun mata Adeline telah diselimuti oleh kilatan dingin. Meski begitu, di sudut hatinya ad

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 166 Berebut Wanita dengan Leo Brown

    "Adeline, kamu juga datang? Aku senang sekali!"Chelsea melihat Adeline, kegirangannya tak terbendung, langsung berlari memeluknya erat.Kalau bukan karena ulang tahun Chelsea, Adeline mungkin tak akan datang. Dia memang tak tertarik dengan lingkaran pergaulan Leo, tapi Chelsea berbeda, gadis kecil ini pernah tinggal bersamanya untuk beberapa waktu.Saat Chelsea berusia empat belas tahun, ia tengah dalam masa remaja yang memberontak. Ia kabur dari rumah, dan meski sudah ditemukan, ia tetap tak mau pulang. Bahkan, ia menolak tinggal bersama Frederick, dan bersikeras ingin tinggal dengan Adeline. Hasilnya, ia benar-benar menetap di sana selama lebih dari setengah tahun."Selamat ulang tahun, Chelsea!" Adeline membalas pelukannya, sambil mengucapkan selamat."Bahagia, bahagia sekali. Melihatmu saja sudah cukup membuatku bahagia," ujar Chelsea yang memang seperti namanya, penuh semangat dan ceria."Bahagia sebentar saja cukup, sekarang cepat lepaskan. Nanti tubuh istriku jadi kurus," komen

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 165 Ana Ahebak

    Topik itu kembali terangkat lagi!Adeline akhirnya menatap mata Leo yang penuh rasa ingin tahu. “Leo, kamu begitu keberatan soal perpisahan ini... apakah karena kamu tidak terima akulah yang mengajukannya? Atau karena...”Ia terhenti sejenak. “Karena kamu tidak ingin berpisah denganku? Atau mungkin...”Kalimat itu pendek, tapi lidahnya terasa berat saat mengucapkannya. Ia ragu. Ia tahu, jika perkataan itu salah arah, ia mungkin hanya akan menjadi bahan ejekan. Tapi sikap Leo yang tak biasa membuatnya tak bisa tak berpikir ke arah itu.“Hm?” Leo mengangkat alis begitu melihatnya terhenti di tengah kalimat.Adeline menarik napas dalam-dalam saat menatap ke dalam matanya yang gelap dan dalam. Lalu ia membuka bibir pelan-pelan, “Atau mungkin... kamu jatuh cinta padaku, dan tak ingin berpisah?”Begitu kata itu terucap, udara di sekitar mereka seakan terhenti. Sunyi. Hening yang membuat malu. Seolah semesta sedang menertawakannya yang terlalu percaya diri, terlalu banyak berharap...Tiba-tib

  • Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan   Bab 164 Ini Adalah Tanda Cinta

    Adeline tidak tahu apakah Valencia benar-benar pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan lukanya atau tidak, tapi yang pasti luka di kepala Leo harus dikontrol kembali hari ini.Luka itu sudah sembuh dengan cukup baik, meski tetap meninggalkan bekas. Katanya, tidak ada manusia yang sempurna dan Leo pun tak lepas dari hukum alam ini.“Dok, bekas lukanya bisa dihilangkan enggak?” tanya Adeline, tetap saja ingin memastikan pada dokter.“Bisa, tapi kalau mau benar-benar hilang tanpa jejak, nanti harus ditindak lanjuti dengan terapi laser. Mirip kayak perawatan kecantikan yang biasa dilakukan para wanita,” jawab sang dokter sambil tersenyum. “Lukanya juga enggak terlalu mencolok sih, jadi mau dihilangkan atau tidak, terserah saja. Lagipula prosedurnya cukup simpel.”“Kalau begitu, rumah sakit ini bisa melakukan perawatannya, kan?” Adeline langsung menanyakan dengan jelas maksudnya, ia ingin menghapus bekas luka itu untuk Leo.Karena luka itu, pada dasarnya, muncul karena dirinya.Sang pemilik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status