.
.
.
Siang hari telah berganti malam di Pulau Heina, suara yang sebelumnya cukup riuh di tengah pulau itu kini telah berganti dengan suara deburan ombak ditengah kesunyian yang begitu terasa disana.
Menghayati kesunyian itu, Mawar yang saat ini sedang duduk termenung diantara pasir putih itu terlihat memandang langit hitam yang dipenuhi oleh kilauan cahaya dari bintang-bintang yang bergemerlapan. Wah. Sungguh indah! Batinnya dengan perasaan tidak menentu didalam hatinya.
“Rasyid! Bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kau mencariku? Dengan masih mengenakan baju pengantinnya yang dikenakannya tadi siang, Mawar bergumam lirih sambil menghela nafasnya dengan sangat panjang.
Benar. Rasyid. Adalah satu-satunya pria yang Mawar kenal karena dari kecil dirinya telah dijodohkan dengan pria itu. Tetapi sayangnya, Rasyid yang seorang pekerja keras itu begitu sangat sibuk sehingga ia bahkan tidak sempat untuk bersama atau bahkan berkencan dengan Mawa
. . . Udara pagi telah berhembus dan Mawar yang baru saja terbangun dari tidurnya yang mengenaskan seketika langsung merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya. Ia ingat, semalam saat dirinya telah selesai mandi, pria busuk itu telah tertidur dengan lelapnya di atas kasur yang sangat empuk, sedangkan dirinya malah tidur di atas lantai yang sangat keras! Andai saja semalam tidak ada suara-suara aneh diruang tamu, pasti Mawr sudah tidur di sofa yang ada diluar! Benar-benar brengsek! Mawar membatin didalam hatinya dengan sangat kesal. Ia tidak menyangka jika si kucluk itu rupanya sekarang begitu tidak berperasaannya. Sambil mendengus, ia kemudian memandangi kamar mewah yang begitu rapi itu. Sepertinya kamar pria itu begitu modern. Lihat saja, dihadapannya, Mawar dapat melihat sebuah layar LED berukuran lebih dari 4x2 meter. Untuk apa kira-kira? Batinnya kemudian. Lalu beranjak dari sana, Mawar melihat sebuah lampu meja yang sangat unik dengan desain
. . . Pagi harinya, Mawar yang telah kembali segar merasa bahwa dirinya sedikit ingin menikmati udara segar ditepi pantai bersama dengan para robot yang menjadi temannya. Lagipula, Jayden juga sedang tidak ada disana, sehingga mungkin Mawar sedikit terbebas dari siksaan batin yang pria itu berikan! Sedikit mengingat masa lalu mereka berdua, Mawar sedikit merasa kesal. Bagaimana tidak, dahulu sewaktu mereka kuliah, adik kelasnya itu sangat patuh padanya dan bahkan bisa dibilang sangat memanjakannya. Tetapi sekarang, mantan budaknya itu malah seakan-akan menukar posisi mereka berdua dimana Mawar sekarang yang menjadi sang budak! Arrrkkkk! Tidak menyukai status barunya itu, Mawar kemudian beranjak dari ranjang milik Jayden dan menyusuri kamar yang sangat maskulin itu. Huh! Setelah melihat bahwa ia semakin terjebak disana, di dalam hatinya ia merasa sangat jengkel. Apalagi kemarin, seharian, bibi Hans selalu memerintahnya bagai burung beo yang tid
. . . Hari berlalu begitu lama di pulau Heina, Mawar yang seharian merasa lelah akhirnya berbaring di atas kasur milik pria itu. “Hah, leganya…” Batinnya di dalam hati karena paling tidak ia bisa sedikit beristirahat dari rasa lelah yang memenuhi semua tulang-tulangnya. Bibi itu… Arrrkkk! Brengsek! Mawar mengumpat dengan keras karena tidak menyangka jika Jayden akan mendatangkan seorang wanita tua untuk menyiksanya dengan pekerjaan rumah yang begitu banyak. Dan juga, dia lebih kesal lagi karena bibi itu saat ini malah tinggal disana selama pria busuk itu sedang tidak ada. Mawar menyugar rambut halusnya dengan sangat frustrasi! Jika begini terus maka dia pasti akan kurus kering. Eh, tunggu dulu. Pria itu tidak ada?! Seketika sebuah senyuman mengembang di pipi milik Mawar yang merona secara alami itu. Tentu saja, ia berpikir untuk kabur dari pulau Henai. Tetapi sayangnya, keinginannya itu segera tenggelam setelah ia melihat cahaya api seperti ob
. . . “Tuan Silahkan.” Seorang wanita bepakaian sexy terlihat sedang menuangkan minuman anggur ke dalam gelas milik Jayden yang masih kosong itu. Sesekali, wanita itu terlihat sengaja mempertontonkan lekuk tubuhnya yang menonjol untuk menarik hati orang yang sedari tadi hanya diam saja disana. Bersama para temannya, malam ini, Jayden memang menghabiskan waktunya untuk minum di sebuah club malam di kota itu untuk melepas semua rasa lelah setelah mereka menyelesaikan rapat yang begitu menegangkan di perusahaan milik keluarganya. “Jay. Kemana saja kau hah?!” Salah satu temannya menepuk bahu pria itu sembari menggandeng seorang dancer bersamanya. Benar. Jayden sudah beberapa lama ini sudah jarang terlihat di setiap rapat perusahaan rekanan mereka. Bahkan, untuk mendapatkan persetujuan Jayden, mereka harus mengirimkan beberapa dokumen terlebih dahulu melalui asistennya. Tentu teman-temannya yang juga merupakan clients perusahaannya itu berp
. . . Pagi telah menyingsing di pulau Heina. Mawar dengan tubuhnya yang masih sedikit demam saat ini merasakan sebuah kehangatan dari kedua lengan kekar yang saat ini sedang memerangkap seluruh tubuhnya. Rasanya benar-benar sangat nyaman seakan ia adalah anak ayam yang sedang didekap dalam perlindungan induknya. Tanpa sadar menggesekkan hidungnya ke dada lapang itu, Mawar memilih melanjutkan tidurnya karena saat ini dirinya tidak memiliki cukup tenaga untuk terbangun. Sebelumnya, semalam saat Mawar telah pingsan di ruang bawah tanah. Tanpa Mawar ketahui, peperangan dipantai itu semakin memanas saat rakyat suku Henai membalas serangan dari para perompak dengan anak panah yang mereka miliki. “Tetua. Panah kita hampir habis!” Teriak seseorang yang saat ini telah berada di pinggir pantai di depan rumah itu berada. Ya. Mereka semua telah berhasil menyerbu, sehingga mereka bisa menguasai pesisir pantai itu! Tetapi sepertinya, kemenangan seme
. . . Ketika sedang memutar rekaman video tangkapan burung hantu itu beberapa hari yang lalu, tiba-tiba Jayden mencium adanya sesuatu yang tidak beres. Disana, dipantai itu! Beberapa hari yang lalu rupanya ada seorang penyusup yang telah melihat keberadaan Mawar di kediamannya. “Shit!” Jayden terlihat memperbesar layarnya untuk melihat lebih rinci siapa pria yang sedang mencari kerang disana dengan mengenakan pakaian adat suku Henai. Tidak mungkin. Setelah mengetahui ciri-ciri orang itu, Jayden kemudian melajukan kembali video itu sampai disaat para tetua menghampirinya. Dan benar saja, pria penyelundup itu juga ada disana! Mengeratkan gigi-giginya yang mulai bergemeretak, Jayden kemudian mengunduh sebuah rekaman dari satelit yang dimilikinya hingga ia mendapati penampakan dua orang dipulau kecil yang sepertinya dikenalnya. Apakah itu adalah si tua bangka Li?! Batinnya dalam hati sembari melihat penyelundup kurus yang juga ada bersama
. . . Mawar yang telah terbangun dari tidurnya samar-samar dapat mendengar suara riuh dari luar rumah yang ditinggalinya. Tunggu. Dimana dirinya saat ini?! Meraba-raba sekitarnya, Mawar mendapati dirinya sedang berada di atas ranjang berukuran king size milik Jayden. Apa yang terjadi?! Semalam, Mawar mengingat jelas bahwa dirinya berada pada ruang bawah tanah bersama bibi Hans di-iringi suara anak panah yang terus menghantam rumah mereka. Lalu dimana suku perompak itu?! Dengan tergesa-gesa Mawar lekas beranjak dari tidurnya, tetapi dirinya merasakan sebuah rasa nyeri pada lengannya yang telah diperban dengan sangat rapi. Apakah bibi Hans yang melakukannya? Lalu bagaimana perompak itu bisa pergi begitu saja dan membiarkan mereka selamat?! Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran wanita itu sehingga dirinya kemudian segera bangun perlahan-lahan dari sana untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Keluar dari kamar yang ditinggal
. . . Brak! Sialan! Umpat Mawar dengan lirih. Ia tidak menyangka jika dia akan mempermalukan dirinya sendiri seperti itu. Tidak! Ia tidak boleh tenggelam dalam pesona bocah brengsek ingusan itu. Tidak boleh!! Menepuk-nepuk pipinya, Mawar mencoba mengingatkan dirinya sendiri yang sepertinya mulai melakukan hal-hal diluar kendalinya sebelum akhirnya ia melihat Jali sedang membersihkan lantai yang ada disana. Nging! “Hai. Jali.” Sapa Mawar kepada robot yang telah mengedipkan lampu hijaunya tersebut. Melihat Jali merespon perkataannya, sebuah senyuman seketika timbul di wajah Mawar. “Eh. Aku sangat bosan. Kau tahu tempat yang bagus tidak untuk bersenang-senang?” Mawar bertanya sembari duduk berjongkok menghadapi robot yang sepertinya mengerti dengan maksud perkataannya. “Baik. Kalau begitu tunjukkan kepadaku ya.” Pintanya kepada Jali yang langsung dibalas dengan sebuah kedipan lampu berwarna hijau. Nging! Dari sana,