Matahari terbenam di atas horizon, memancarkan warna keemasan yang indah di langit Hawai. Di tepi pantai yang tenang, Davanka dan Zevanya berjalan beriringan, tangan mereka saling menggenggam erat. Di depan mereka, Aksara dan Ashera sedang bermain dengan gembira di pasir, membangun istana pasir dan tertawa riang. Davanka tersenyum menatap ke arah Aksara dan Ashera, sambil mengeratkan genggaman tangannya. โBy, lihat betapa bahagianya mereka. Abang rasa mereka enggak akan pernah melupakan liburan ini.โ Zevanya mengangguk, matanya menatap putra dan putrinya penuh cinta. โLiburan ini memang sempurna. Terima kasih karena telah memilih tempat yang indah ini, Abang.โ Davanka tersenyum, menatap laut dengan mata penuh kebahagiaan. โKakek selalu mengatakan kalau tempat ini adalah tempat terbaik untuk menciptakan kenangan keluarga. Abang ingin anak-anak kita tumbuh dengan kenangan indah seperti ini.โ Aksara berlari mendekat, ekspresi di wajahnya penuh semangat. โAyah, B
Di sebuah rumah sakit bersalin yang mewah nyaman, Davanka berjalan mondar-mandir di koridor seperti ayam jago yang kebingungan. Wajahnya pucat, tangan kanan memegang ponsel, tangan kiri mengacung gelas kopi yang isinya sudah habis sejak sejam lalu.Dari dalam kamar bersalin, suara Zevanya terdengar berteriak-teriak, membuat Davanka berkeringat lebih banyak daripada saat jogging pagi.โAbang! Kalau kamu cuma mau mondar-mandir, sini gantikan Anya dulu!โ teriak Zevanya dengan nada bercampur emosi dan kesakitan.โGantikan? Gantikan apa, Anya? Abang enggak mungkin melahirkan untuk kamu, sayang โฆ,โ jawab Davanka gugup sambil setengah membuka pintu.Zevanya menatapnya dengan mata menyala. โYa kalau enggak bisa bantu melahirkan, minimal kasih Anya semangat! Abang itu suami atau figuran sih di sini?โโSemangat, sayang! Kamu pasti bisa!โ seru Davanka, setengah meloncat sambil mengepalkan tangan seperti cheerleader yang salah tempat.โAbang, serius! Duduk di sini, pegang tangan Anya! Kalau Anya
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi ketika suara aneh terdengar dari kamar tidur. Suara itu datang dari sisi tempat tidur, tempat di mana Zevanya biasa tertidur dengan tenang. Namun malam ini, situasinya berbeda.Zevanya tiba-tiba terbangun, matanya yang bulat terbelalak seperti baru tersadar dari mimpi buruk. Dengan suara terengah-engah, dia menoleh ke arah suaminya, Davanka, yang sedang terbaring di sampingnya."Abang ...." Zevanya bergumam dengan wajah setengah bingung. "Anya ngidam."Davanka mengerutkan kening, mengira istrinya hanya terjaga karena mimpi. "Ngidam? Anya, ini โkan sudah hampir jam tiga pagi, kamu yakin?"Zevanya duduk, memegangi perutnya yang mulai membesar, matanya tetap terjaga. "Iya, Anya ngidam banget, Abang โฆ Anya pengen makan ... nasi goreng dengan buah durian!" Suaranya penuh dengan keyakinan, seolah itu adalah hal yang paling masuk akal di dunia ini.Davanka terdiam sejenak, mencoba mencerna permintaan itu. "Nasi goreng ... durian
โAksaraaaa โฆ.โ Bunda Arshavina memanggil dengan suara mendayu dari arah pintu utama. Aksara langsung berlarian menuju ke sana tanpa menggunakan celana. โEh โฆ ke mana celananya?โ Ayah Kama bertanya. โAbis pipis.โ Aksara memberitahu sembari menepuk bokong. โIiiih belum sunat.โ Bunda menunjuk bagian bawah Aksara yang langsung ditutupi bocah laki-laki itu sembari cekikikan. โAksaraaaa, pakai celana dulu!โ Zevanya berseru dari dalam rumah. โEh โฆ Ayah โฆ Bunda.โ Zevanya baru menyadari kedatangan kedua mertuanya dan langsung menyalami mereka. โAbang pakai celana dulu ya,โ kata Zevanya tapi Aksara malah lari ke dalam gendongan sang kakek. โAduuuuh, cucu kakek sudah berat.โ โKakek! Abang enggak mau pakai celana.โ Aksara meronta-ronta dalam gendongan sang kakek saat bundanya berusaha memakaikan celana. โAyo pakai dulu celananya atau nanti Nenek sunat? Mana gunting? Mana gunting?โ Bunda Arshavina pura-pura mencari gunting. โEnggak mau!โ Aksara menjerit sambil terta
Davanka benar-benar menjadi bapak-bapak sekarang, tapi bukan bapak-bapak biasa.Pria itu pantas diberi julukan hot daddy dengan perawakan tinggi dan tubuhnya yang atletis serta ketampanan bak Dewa Yunani yang dia miliki membuat para gadis, janda dan istri orang tidak bisa melepaskan tatapan setiap kali melihat Davanka.Seperti saat ini, para papa yang lain seolah tidak memiliki harga diri karena para mama yang menemani putra dan putri mereka di play ground mall ternama di Jakarta terus menatap Davanka yang tengah menemani Aksara bermain sementara Zevanya sedang melakukan perawatan rambut di salon yang masih ada di mall tersebut.Kegiatan rutin di saat weekend yang dilakukan Davanka sekeluarga adalah ngemall karena Aksara masih berusia tiga tahun yang kalau diajak jalan-jalan keluar kota atau keluar Negri masih sering tantrum.Jadi ketika Davanka ada perjalanan bisnis saja baru Zevanya dan Aksara ikut.โMa โฆ itu liatin anaknya, jangan liatin suami orang terus!โ tegur salah seorang
โPak, malam ini ada acara charity sama komunitas Pengusaha Muda โฆ Mentri Perdagangan dan Mentri Investasi juga jadi tamunya, kesempatan yang bagus mendekati mereka untuk proyek baru yang akan mulai dikembangkan oleh AG Group.โ Arman mencetuskan sebuah ide brilliant. โKamu yang datang temani ayah, ya!โ Davanka bukan sedang bertanya tapi memerintah. Pria itu bangkit dari kursi kebesarannya bergerak ke sudut ruangan meraih jas yang tergantung di sana lalu memakainya. โLaporkan hasil yang kamu dapat dari acara itu.โ Davanka memberi instruksi pada sekertarisnya. โTa-tapi, Pak โฆ,โ sergah Arman saat Davanka melewatinya. Davanka menghentikan langkah membalikan badannya menatap Arman tanpa ekspresi. โKamu enggak mampu?โ Pertanyaan Davanka adalah sebuah tekanan agar Arman menjawab sebaliknya. โMampu, Pak!โ Arman menjawab lugas. Davanka membalikan badannya lagi. โSaya pulang duluan ya, Man.โ Pria itu mengangkat tangan sembari melangkah keluar dari ruangannya meninggalkan A