Share

Bab 7 - Sekarat

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 06:42:38

"Tapi ..." Kata-kata Risky tergantung di udara, wajahnya penuh dengan kerutan pertanyaan dan keraguan.

Iqbal menangkap keraguan itu, senyum tipisnya berkedut di ujung bibirnya. Ia merespon dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan, "Jangan khawatir, Bu. Saya yang akan menanggung semua ini." Iqbal berhenti sejenak, menatap Risky dengan tatapan yang meyakinkan. "Saya bahkan akan menambah imbalannya menjadi 500 juta, bagaimana?"

Penawaran Iqbal, dengan jumlah yang begitu besar, membuat hati Risky bergetar. Dia datang hari ini dengan niat untuk mengintimidasi Ian, bukan untuk berkelahi. Tapi, tawaran Iqbal, dengan janji uang dan jaminan tanggung jawab, membuatnya merasa seolah-olah dia sedang berdiri di tepi jurang, tergoda untuk melangkah maju.

Setelah berpikir sejenak, Risky tersenyum lebar, matanya berkilauan dengan keserakahan yang tak tersembunyikan. "Anak-anak," katanya, suaranya penuh dengan janji. "Hajar pria tampan itu! Aku akan memberi kalian masing-masing 100 juta!"

Dua pria berbadan kekar dan berkulit gelap itu merespon dengan senyum yang sama serakahnya. Mereka meregangkan otot-otot mereka, siap untuk beraksi, dan melangkah maju mendekati Ian.

"Jangan dendam pada kami ya," kata salah satu dari mereka, suaranya penuh dengan nada mengejek.

"Salahkan saja pada nasib burukmu," timpal yang lain, suaranya bergema dengan nada sinis. Mereka berdua berbagi senyum jahat, siap untuk melaksanakan perintah Risky.

Dengan gerakan cepat dan tanpa ragu, Ian melemparkan tas plastik yang ia genggam. Berbagai bahan makanan yang baru saja dibelinya, terbang bebas dan mendarat dengan keras di wajah dan pakaian kedua anak buah Risky. Beberapa butir telur yang ada di dalam tas pecah, meninggalkan jejak kotor di wajah dan pakaian mereka.

Kedua pria itu, yang tingginya melebihi 180 centimeter, merasa marah dan malu. Mereka menggeram, siap untuk membalas. Tapi, saat mereka berbalik, Ian sudah menghilang. Dia telah melarikan diri ke dalam kedai dan mengunci pintu kaca di belakangnya, meninggalkan kedua pria itu di luar, tercengang dan berlumuran telur.

"Brengsek!" umpat kedua pria itu, suara mereka bergema di udara. Kemarahan mereka terasa begitu nyata, seolah-olah mereka bisa merobek Ian menjadi dua.

"Buka pintunya! Jika tidak, kami akan memecahkannya!" ancam salah satu dari mereka, suaranya keras dan penuh ancaman.

Di dalam kedai, Ian berdiri dengan tenang. Ia mengangkat sebuah kursi kayu, siap untuk bertahan. "Kalian pikir aku bodoh?" katanya, suaranya lantang dan penuh tantangan. "Kalian pasti akan menghajarku jika aku membukanya. Maaf ya, aku ini seorang sarjana, jadi pasti lebih cerdas dibanding kalian berdua!" Ian berdiri tegak, menantang mereka dengan tatapan tajam dan penuh keberanian.

Salah satu dari pria berbadan kekar itu tertawa dengan keras, suaranya bergema masuk ke dalam kedai. "Maaf mengecewakanmu, bocah tampan," katanya dengan nada mengejek. "Tapi kami berdua adalah lulusan Universitas Sura & Baya dengan predikat Summa Cumlaude!"

Ian terkejut mendengarnya. "Apa?!" ucapnya dengan rasa tak percaya. "Itu artinya kalian adalah seniorku? Bahkan aku hanya lulus dengan predikat Cumlaude. Ini benar-benar tidak adil!"

Salah satu dari pria berkulit gelap mengerutkan dahinya, sedikit bingung. "Kau juga lulusan Universitas Sura & Baya?" tanyanya, suaranya penuh keraguan. "Bukankah jika kau menghina kami, itu sama saja menghina dirimu juga?"

Menyadari hal itu, dari luar kedai, tawa vulgar terdengar dari kedua anak buah Risky, membuat Ian merasa malu. Ia menyadari betapa salah dia dalam menilai orang hanya dari penampilan mereka. "Sial," batinnya, "Siapa sangka kedua pria itu adalah satu alumni dan memiliki prestasi yang tinggi. Sepertinya aku tidak bisa menilai orang hanya dari penampilan mereka saja!"

Tak lama kemudian, mereka berdua menghentikan tawa mereka dan kembali fokus pada tugas masing-masing. Salah seorang dari mereka dengan kasar mengatakan, "Karena kamu tidak membuka pintunya, maka kami terpaksa merusaknya!"

Tanpa ragu, dia membuka pakaiannya dan membuntalkannya pada tangan kanannya. Dengan kekuatan penuh, pria itu memukul pintu kaca hingga akhirnya pecah. Suara gemerincing pecahan kaca yang jatuh ke lantai mengisi kedai dengan keheningan yang tegang.

Dengan langkah perlahan, kedua anak buah Risky memasuki ruangan. Salah seorang pria berpostur kekar menjilat bibirnya dengan penuh keganasan, lalu berkata, "Kau tidak akan bisa melarikan diri lagi, pria tampan!"

Sementara itu, pria lainnya mengancam dengan nada tegas, "Aku akan memastikan kau mati, sebagai pembayaran atas pakaianku yang kotor ini!"

Berbekal kursi kayu, Ian tidak ragu untuk melawan. Dengan cepat, dia berlari ke depan dan menghantam salah satu anak buah Risky dengan kursi kayu tersebut. Suara keras terdengar saat kursi kayu itu menghantam tangan kiri anak buah Risky, membuatnya hancur. Ian tercengang melihat kejadian ini, tidak menyangka akan sekuat itu.

"Sekarang giliran kami!" kedua pria itu berkata sambil tersenyum penuh ejekan. Tanpa ampun, mereka langsung melancarkan serangan kejam mereka ke tubuh Ian. Pukulan demi pukulan menghantam tubuhnya, mengirimkan rasa sakit yang tak terperi ke setiap seratnya. Ian berusaha bertahan, mencoba menghindari pukulan-pukulan itu, tetapi kedua pria tersebut terlalu kuat dan terlatih.

Darah mulai bercucuran dari pelipis kepala Ian, mengalir deras ke wajahnya yang semakin luka. Setiap pukulan yang mengenai hidungnya membuat darah segar membanjiri hidungnya, menghalangi pernapasannya. Bibirnya yang pecah mengeluarkan darah, menciptakan jejak merah di sepanjang dagunya. Namun, meskipun terluka dan babak belur, Ian tetap bertahan, menunjukkan tekadnya yang kuat.

Dalam keadaan yang semakin terdesak, Ian mencoba memanfaatkan setiap celah yang ada untuk memberikan balasan. Ia mengangkat tangannya, berusaha memblokir beberapa pukulan, namun kekuatannya tidak sebanding dengan kedua pria itu. Pukulan demi pukulan terus menghujani tubuhnya, membuatnya terhuyung dan terjatuh ke lantai yang dingin.

Saat tubuh Ian terkapar di lantai, Ia merasakan nyeri yang tak tertahankan. Setiap gerakan, setiap napas yang diambilnya, terasa seperti menyiksa. Di saat yang sama, ingatan mengenai kedua orang tuanya yang selama ini selalu menyayanginha menyeruak. ‘Ibu … Ayah …’

Detik berikutnya, wajah seorang gadis cantik mengenakan bando bertelinga kucing muncul. Senyuman gadis itu yang sangat menawan, membuat Ian tidak pernah menyerah dalam melanjutkan usaha kedainya. ‘Lisa …’

Mata Ian yang awalnya mulai kehilangan cahaya, kini perlahan api semangat mulai terpancar dari matanya. ‘Aku tidak boleh menyerah … aku tidak boleh menyerah!’ teriaknya dalam hati seraya menahan sakit.

Dalam keadaan yang lemah dan terluka, Ian masih mencoba bangkit kembali. Dengan kekuatan terakhir yang tersisa, Ian mengangkat tubuhnya dan berdiri dengan perlahan. “Sistem, apakah kamu tidak bisa membantuku?”

Sistem hanya diam, tidak memberi Ian jawaban sedikitpun. Hal ini membuat Ian emosi. “Sistem! Bukankah kamu ada untuk membuat hidupku lebih nyaman?! Jika aku mati, itu sama saja kamu mengingkari eksistensimu!” ucapnya dengan keras seraya menatap kedua pria itu dengan mata yang penuh tekad.

“Hei, sepertinya dia sudah gila,” tawa salah seorang pria berbadan kekar.

“Mungkin kita terlalu keras memukul kepalanya,” timpal pria berbadan kekar lainnya dengan wajah menyindir.

Di luar kedai, Iqbal tampak sangat resah. Ia tahu bahwa Ian juga memiliki sistem, berkat misi darurat yang diberikan sistem padanya. Maka dari itu, saat Ian berteriak pada sistemnya, Iqbal takut sistem milik Ian akan memberinya kekuatan ajaib.

“Kalian berdua, cepat bunuh dia! Orang pertama yang berhasil membunuhnya, akan aku berikan bonus tambahan 100 juta!” ujar Iqbal dengan lantang dan tergesa-gesa.

“Beres Bos!” jawab kedua pria kekar itu bersama-sama.

Detik berikutnya, mereka kembali menghajar Ian yang tengah berdiri terhuyung. Dengan penuh kekejaman, mereka melanjutkan pukulan mereka, menghancurkan tubuh Ian yang sudah terluka parah.

Dalam keadaan yang semakin suram, Ian merasakan kekuatannya yang semakin memudar. Ia tahu bahwa dirinya tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Akhirnya, tubuh Ian terkulai lemas di lantai. Darahnya mengalir, menciptakan pola merah yang kontras dengan lantai yang putih. Di saat yang sama, sistem milik Ian mulai berperilaku aneh.

[Ding!]

[Mendeteksi nyawa Host berada dalam bahaya]

[Mencari solusi terbaik]

[...]

[Error]

[Terus mencari solusi]

[Er###$@_+@]

[Sistem ##@$1#$@$]

[Menginisiasi pengambilalihan tubuh]

[1%]

[20%]

[90%]

[100%]

[Override]

Dalam sekejap, mata Ian yang sebelumnya tertutup tiba-tiba terbuka lebar. Sinar biru terang memenuhi matanya yang sebelumnya gelap.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ryuu Menhera
... Huh? Apa ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 238 - Extreme Death: Shadow Tempest

    "Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 237 - Pedang Terkutuk

    Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 236- Kemunculan Overgod Lain

    Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 235 - Pertarungan Yang Mengguncang Bumi (III)

    Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 234 - Pertarungan Yang Mengguncang Bumi (II)

    Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 233 - Pertarungan Yang Mengguncang Bumi

    Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 232 - Konfrontasi Awal

    Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 231 - Melesat Menjadi Celestial

    “Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny

  • Kaya Tujuh Turunan dalam Sekali Klik   Bab 230 - Hades

    Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status