Share

Bab 6 - Misi Darurat

Tanpa banyak penjelasan, Ian dengan cepat mengeluarkan kunci mobil berlogo Pagani dari saku celananya. Dengan satu tekanan pada tombol pembuka kunci pintu mobil, alarm mobil itu langsung berbunyi dengan keras. Cahaya lampu mobil Pagani Zonda HP Barchetta berkedip, menciptakan tampilan yang indah namun mengagetkan.

Orang-orang yang sebelumnya mengerumuni mobil biru metalik itu tercengang. Mereka secara bersamaan menoleh ke sekeliling, mencari sumber suara dan cahaya yang tiba-tiba. Namun, pandangan mereka segera tertuju pada Ian yang masih memegang kunci berlogo Pagani di tangannya. Kedua wanita yang tadi mengusir Ian, tampak canggung saat menyadari bahwa Ian adalah pemilik asli dari mobil sport mewah itu.

Meskipun situasi sebelumnya cukup tidak mengenakkan, Ian tidak membiarkan amarah menguasai dirinya. Sebaliknya, ia memancarkan senyum yang elegan dan mempesona pada kedua wanita tersebut. Pesona dan ketampanan Ian seketika membuat orang-orang di sekitarnya terpesona. Mereka memberikan jalan bagi Ian dengan sukarela, memudahkan langkahnya menuju mobil. Dengan gesit, Ian masuk ke dalam mobilnya dan menyalakannya.

Mengendalikan kemudi mobil Pagani Zonda HP Barchetta dengan lincah, Ian menembus jalanan kota dalam waktu singkat, hanya 15 menit. Mobil sport berwarna biru metalik itu berhenti tepat di depan kedai kecil yang menjadi sumber penghidupannya. Dengan langkah gesit, Ian membawa bahan-bahan makanan segar yang baru saja ia beli dari pasar.

Namun, sebelum ia sempat membuka pintu kedai, bayangan dua sosok tinggi besar muncul di belakangnya. Mereka berdiri tegap, otot-otot lengan mereka tampak jelas di balik kemeja lengan pendek yang mereka kenakan. Di belakang mereka, seorang wanita paruh baya berjalan dengan gaya yang penuh percaya diri. Gaun merah muda yang ia kenakan berkilauan di bawah sinar matahari, mencerminkan gaya hidup mewah yang ia jalani.

Ian menoleh, senyum ramah terpampang di wajahnya. "Selamat datang, Bu Risky," sambutnya, membuka pintu kedai untuk mereka. Namun, wanita itu mengangkat tangannya, menolak.

"Tidak perlu," ucap Risky dengan nada tajam. Matanya menatap Ian dengan tajam, penuh kebencian. "Aku hanya ingin bilang, kamu harus angkat kaki dari properti saya hari ini! Cepat kemasi barang-barangmu dan keluar dari sini!"

Ian menatap Risky dengan ekspresi bingung. "Tapi Bu Risky, bukankah kita masih punya waktu satu minggu lagi?" katanya, alisnya mengerut dalam keraguan. "Saya sudah menyiapkan uangnya, bisa saya transfer hari ini juga."

Namun, Risky hanya mendengus, mengejek. "Uangmu? Aku tidak butuh itu!" katanya, suaranya penuh pengejekan. "Ada yang mau membeli properti ini dengan harga yang jauh lebih tinggi. Tuan Iqbal, dia mau membayar lebih dari yang bisa kamu bayar!"

Raut wajah Risky berubah, matanya berkilau dengan kepuasan. "Dibanding uang sewamu, tawaran Tuan Iqbal jauh lebih menggiurkan!" katanya, senyumnya lebar, penuh kemenangan.

Sebelum Ian sempat merespon, suara deru mesin mobil mewah lainnya mendadak terdengar mengisi udara. Sebuah Aston Martin Rapide S berwarna hitam berkilauan berhenti dengan mulus di samping mobil Ian. Pintu mobil terbuka dan seorang pria berambut pendek, rapi, dan berkilauan muncul dari balik pintu. Kacamata hitam yang ia kenakan menambah aura misterius dan elegan. Jas abu-abu yang ia kenakan tampak mahal, berkilauan dengan berlian yang tertanam di beberapa tempat.

Pria itu berjalan dengan langkah pasti menuju mereka, dan seiring dengan itu, suara notifikasi sistem berbunyi di telinga Ian. Seolah-olah ada suara bisikan yang berteriak di kepalanya, memberitahu sesuatu yang penting.

[Ding!]

[Mendeteksi Pengguna Sistem Lain]

[Menginisiasi Misi Darurat]

[Misi Darurat Tingkat C: Eliminasi Iqbal Kartono]

Notifikasi-notifikasi yang muncul itu membuat seolah-olah dunia Ian berhenti berputar. Ian lalu segera membaca detail misi yang muncul di pada panel sistem di depannya..

__________________________________

Misi: Eliminasi Iqbal Kartono

Tingkat Kesulitan: C

Detail Misi:

Sistem mendeteksi adanya Pengguna Sistem Lain yang berniat jahat pada Anda. Singkirkan Iqbal Kartono dan klaim kepemilikan atas Sistemnya.

Hadiah: Property Jalan Residen Sudirman 40 Surabaya, semua aset Iqbal

Hukuman: Kematian

__________________________________

Mata Ian membulat, terkejut dengan informasi yang baru saja ia terima. Di saat yang sama, pria yang disebut-sebut sebagai Iqbal itu melepas kacamata hitamnya. Ia tampak terkejut saat memandang ruang kosong di depannya, seakan sedang membaca informasi tak terlihat melayang di hadapannya. Tapi, keterkejutan itu berubah menjadi keserakahan. Matanya menatap Ian dengan senyum yang penuh arti. Senyum itu seolah-olah berbicara, memberi tahu Ian bahwa dia tahu apa yang baru saja terjadi.

Namun, ketika Iqbal berbicara, senyumnya berubah. Senyum yang tadi penuh kejahatan kini berubah menjadi hangat, seolah-olah dia adalah pria yang paling ramah di dunia. "Bu Risky," katanya, suaranya lembut dan ramah. "Bisakah saya meminta bantuan kedua anak buah Ibu?"

Iqbal menunjuk ke arah Ian, senyumnya kembali muncul, kali ini lebih gelap. "Saya akan membayar 100 juta jika Ibu bisa membantu saya menyingkirkannya," ujarnya, suaranya penuh harapan.

Mendengar ucapan Iqbal, Ian menjadi waspada. ‘Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!’ teriak Ian dalam hati, mencoba memahami dengan situasi yang tak terduga ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status