Share

Bab 2

Penulis: Sebastian Abraham
Malam begitu gelap. Sinar rembulan ditutupi awan hitam, tidak menyisakan cahaya sedikit pun.

Hutan yang sunyi dipenuhi mayat-mayat yang berserakan. Ini adalah pemandangan tragis usai perang. Udara di sekeliling penuh dengan bau darah yang amis. Hal ini menarik perhatian kawanan binatang buas untuk berdatangan untuk berpesta daging.

"Ugh ...."

Di antara suara binatang buas yang sedang mengunyah, tiba-tiba terdengar suara rintihan seorang pemuda di tengah tumpukan mayat.

Pendengaran yang tajam membuat telinga para binatang buas bergerak. Semuanya serentak menoleh ke arah sumber suara dan perlahan mendekat.

Bam!

Terdengar sebuah suara keras. Dua mayat dilempar hingga terhempas menjauh. Sebuah sosok muncul dari balik tumpukan mayat dan duduk. Sekujur tubuhnya berlumuran darah.

Kawanan binatang buas sontak terkejut dan buru-buru mundur dua langkah. Ketika melihat orang itu masih hidup,, sorot mata mereka menjadi penuh nafsu. Mereka perlahan-lahan berjalan mendekat.

Kemudian, pemuda itu justru seolah-olah tidak menyadari bahaya di sekitarnya. Dia hanya duduk diam di sana.

"Ini ... aku yang sekarang?" gumam pemuda itu. Dia mengangkat kedua tangan dan menatapnya. Sorot matanya tampak kebingungan.

Auuu!

Tiba-tiba, seekor serigala liar melolong, lalu menerkam pemuda itu dengan buas.

Begitu mendengar suara ini, pemuda itu seketika menoleh. Wajahnya yang berlumuran darah tampak menyeramkan. Tatapan membunuh dari kedua matanya seolah-olah dua pedang tajam yang langsung menusuk mata serigala liar itu.

Swoosh!

Serigala liar yang tadinya hendak menerkam tiba-tiba berhenti. Dia gemetaran dan mundur ketakutan. Binatang buas lain juga terkejut. Melihat tatapan seperti iblis itu, mereka mundur ketakutan.

Meskipun tampak lemah, naluri para binatang buas justru memberi tahu mereka bahwa pemuda itu sangat berbahaya.

Setelah suasana kembali hening, pemuda itu menarik napas dalam-dalam dan memejamkan kedua mata dengan perlahan.

Pemuda itu bernama Hugo Lubis, berusia 15 tahun. Dia adalah seorang pelayan Keluarga Garjita di Manor Sharila. Dia awalnya ingin menjalani hidup dengan tenang. Namun, tiga hari lalu, sekelompok bandit Gunung Artam membantai semua orang di manor.

Hugo mengikuti para pengawal melindungi tuan muda dan nona Keluarga Garjita untuk melarikan diri. Pada akhirnya, dia juga terbunuh di hutan ini.

Namun, sebelum mati, Hugo memiliki tekad yang kuat. Tekad ini menyatu dengan jiwa Kaisar Iblis Yugo yang penuh dendam. Itu sebabnya, Kaisar Iblis berhasil mengambil alih tubuh Hugo.

Setelah menyadari hal ini, Hugo membuka kedua matanya dan tersenyum jahat.

"Hehehe .... Kaisar Pedang, Jafar, kalian pasti nggak akan menyangka bahwa di dalam Kitab Rahasia Sembilan Alam Bawah ada cara mengambil alih tubuh tanpa memerlukan jiwa. Kalian tunggu saja. Begitu aku kembali ke Alam Suci, aku akan memenggal kepala kalian."

Di tengah hutan yang suram, terdengar tawa Hugo yang mengerikan. Begitu mendengar ini, binatang buas yang sedang melahap mayat seketika gemetar ketakutan dan buru-buru pergi.

Uhuk! Uhuk!

Kala ini, terdengar suara batuk. Hugo seketika berhenti tertawa, lalu segera menatap ke arah sumber suara.

"To ... tolong!" pekik seseorang.

Setelah mendengar suara orang meminta tolong dengan lemah, Hugo bergegas ke sana. Terlihat seorang pengawal Keluarga Garjita yang terbaring di bawah tumpukan mayat. Sudut bibirnya berlumuran darah.

"Hmph. Ini masalah keluarga biasa. Apa hubungannya denganku?" gumam Hugo.

Hugo menyipitkan matanya, lalu menggeleng dan berbalik pergi. Hugo yang dulu pasti akan menolong orang dari Keluarga Garjita. Namun, dia yang sekarang adalah Kaisar Iblis Yugo. Di matanya, Keluarga Garjita hanya semut. Siapa yang akan kurang kerjaan menolong semut?

Begitu berjalan selangkah, Hugo tiba-tiba berhenti seolah-olah teringat sesuatu. Dia segera duduk bersila dan memeriksa kondisi tubuh barunya.

Beberapa saat kemudian, Hugo tiba-tiba membuka kedua matanya. Tatapannya penuh keterkejutan.

"Bocah ini sudah berumur 15 tahun, tapi sama sekali belum pernah berkultivasi. Tubuhnya masih murni," gumam Hugo.

Di dunia bela diri, hampir semua orang harus berkultivasi. Bahkan, para petani pun setidaknya memiliki basis kultivasi Tingkat Pembangunan Fondasi Pertama atau Tingkat Pembangunan Fondasi Kedua. Jadi, orang berusia 15 tahun yang belum pernah berkultivasi benar-benar sangat jarang ditemui.

Teknik bela diri tertinggi di dalam Kitab Rahasia Sembilan Alam Bawah adalah Teknik Transformasi Agung Iblis. Teknik ini bisa merebut basis kultivasi orang lain menjadi milik sendiri. Pada akhirnya, bisa mencapai tingkat tertinggi di mana langit dan bumi akan takluk. Teknik ini hanya bisa dilatih dengan tubuh murni.

Selain itu, teknik bela diri ini diciptakan oleh Kaisar Iblis Sembilan Alam Bawah setelah mencapai Tingkat Kaisar Agung. Ketika dia ragu apakah harus menghancurkan basis kultivasinya untuk memulai dari awal atau tidak, para ahli Tingkat Kaisar Agung bersekutu dan menyerangnya bersamaan.

Saat itu, Kaisar Iblis Sembilan Alam Bawah adalah salah satu dari tiga kaisar terkuat di antara Sepuluh Kaisar Kuno. Jika dia berpikir untuk melepaskan Tingkat Kaisar Agung dan memulai dari awal, itu berarti teknik itu sangat luar biasa. Mungkin melampaui teknik bela diri kelas langit.

Itu sebabnya, sebelum mendapatkan teknik bela diri ini, Yugo juga pernah berpikir untuk menghancurkan basis kultivasinya sendiri. Namun, sebelum dia sempat melakukannya, ketujuh kaisar dan Jafar sudah lebih dulu datang menyerang.

Kini, dengan adanya tubuh yang belum pernah berkultivasi, hasilnya pasti akan lebih maksimal.

Memikirkan ini, Hugo segera menghampiri pengawal itu. Dia menyingkirkan semua mayat yang berserakan di sekitar, lalu menolong pengawal itu dari tumpukan mayat.

Pengawal itu menyipitkan matanya menatap orang yang menariknya kembali dari ambang kematian. Dia tersenyum dengan penuh rasa terima kasih. Katanya, "Hugo, ternyata kamu. Terima kasih. Nanti aku pasti akan membalas jasamu."

"Hehehe .... nggak perlu tunggu nanti. Sekarang kamu juga bisa membalas jasaku," timpal Hugo sambil tersenyum menyeringai.

Melihat senyuman ini, pengawal itu sontak tertegun. Entah mengapa hatinya terasa cemas.

Mereka sama-sama bekerja untuk Keluarga Garjita. Pengawal itu juga bukan pertama kali bertemu dengan Hugo. Namun, dia belum pernah melihat Hugo menunjukkan ekspresi semenyeramkan ini. Tatapannya seperti seekor serigala yang sedang mengincar seekor kelinci.

"Hugo, apa yang mau kamu lakukan?" tanya pengawal itu menatap Hugo dengan waspada.

Hugo tidak membalas pertanyaannya. Dia hanya tersenyum sambil memeriksa tubuh pengawal itu, lalu bergumam, "Bagus. Kekuatannya Tingkat Pengumpul Energi Kedua. Cocok untuk jadi fondasi."

Teknik Transformasi Agung Iblis berbeda dengan teknik bela diri lain. Teknik lain membangun fondasi dengan menyerap energi langit dan bumi, lalu memperkuat fisik dengan perlahan.

Sementara itu, Teknik Transformasi Agung Iblis harus merebut basis kultivasi orang lain sebagai fondasi untuk berkultivasi di kemudian hari.

Namun, bagaimana orang biasa bisa merebut basis kultivasi dari seorang kultivator? Tentu saja harus membuat korban terluka parah sampai tidak bisa bergerak.

Dulu, ketika Yugo masih ragu apakah harus menghancurkan basis kultivasinya untuk memakai teknik ini atau tidak, sebenarnya dia juga sedang khawatir apakah dirinya bisa mendapatkan kesempatan seperti ini. Jika tidak, dia akan menjadi orang biasa seumur hidupnya.

Itu sangat merugikan. Bukannya untung, malah buntung. Mungkin Kaisar Iblis Sembilan Alam Bawah juga memikirkan hal yang sama saat itu.

Akan tetapi, Yugo tidak menyangka dirinya baru saja berhasil mengambil alih tubuh Hugo. Tuhan juga memberinya kesempatan untuk berkultivasi. Ini benar-benar kesempatan langka.

Begitu melihat tatapan aneh Hugo yang seperti sedang melihat seorang wanita cantik, jantung pengawal itu berdetak kencang. Dia menggertakkan gigi sebelum berteriak, "Kamu ... kamu bukan Hugo!"

"Hehehe .... Tepat sekali," balas Hugo. Dia tertawa dingin, lalu menunjukkan ekspresi beringas dan menegaskan, "Aku pemimpin Delapan Kaisar Alam Suci, Kaisar Iblis Yugo."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 50

    Wush!Fajar baru mulai menyingsing ketika Hugo kembali ke rumah kecil itu sambil menggendong dua wanita muda dan cantik di masing-masing tangannya.Para penjaga dari Paviliun Ragnala yang melihatnya sempat terpaku sejenak. Sebab, sudah lebih dari 10 hari mereka tidak melihat Kepala Pelayan Keluarga Garjita ini. Namun setelah itu, mereka langsung menunjukkan senyum penuh pengertian.Beberapa orang bahkan berteriak untuk meledek, "Wah Hugo, semalam pasti kewalahan ya!"Tepat saat itu, Agnia lewat dan melihat Hugo. Pandangannya lalu berpindah ke arah dua wanita cantik yang berada dalam pelukannya.Alis Agnia mengerut pelan, lalu dia memutar matanya dengan ekspresi jijik dan melangkah pergi tanpa memedulikan pria itu, seolah tidak pernah melihatnya. Hanya saja, mulutnya masih sempat bergumam, "Semua pria sama saja."Hugo tahu bahwa mereka sudah salah paham, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dan masuk ke kamarnya sambil menggendong dua wanita itu, lalu melempar mereka begitu saja

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 49

    "Mana ada? Mereka tetap sangat menghormati Nona kok," ucap Nita cepat-cepat. Dia berusaha menghibur nonanya.Wanita berbaju hitam itu hanya tersenyum pahit, lalu merespons sambil menggeleng, "Nita, kamu nggak perlu menghiburku lagi. Aku cuma berharap setelah perjalanan ini selesai, aku bisa mendapatkan Telapak Naga untuk menyembuhkan luka Ayah Angkat.""Nona sangat berbakti, pasti keinginan itu akan terkabul!" jawab Nita sambil tersenyum lembut. Kedua matanya memicing seperti bulan sabit. Melihat senyuman Nita, wanita berbaju hitam pun ikut tersenyum dan terlihat sedikit lega.Kemudian pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lirih masuk ke telinga mereka berdua. "Nona, berbakti dan mengabulkan keinginan itu dua hal yang berbeda. Lagian, siapa yang bilang Telapak Naga bisa menyembuhkan luka?""Siapa di sana?" Wanita berbaju hitam dan Nita segera menoleh ke arah datangnya suara. Entah sejak kapan Hugo sudah duduk santai di jendela. Pria itu sedang menatap mereka berdua samb

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 48

    Hugo menggeleng tanpa daya, lalu lanjut mengamati. Orang berbaju hitam itu melepaskan tudung hitam di kepalanya.Sepasang mata bening yang indah pun terlihat. Rambutnya yang hitam legam dan berkilau terurai seperti air terjun. Kulitnya begitu putih, halus, dan lembut seolah-olah bisa pecah bila disentuh. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik yang sangat langka.Bahkan, para anak buah di sekitarnya pun tak bisa menahan diri untuk menelan ludah. Pandangan mereka kosong ketika menatapnya. Sampai wanita itu menatap mereka dengan tajam, barulah mereka buru-buru menunduk.Tanpa banyak bicara, wanita itu berseru keras, "Nita, ambilkan kertas dan kuas!" Gadis itu pun segera membawakan kuas, tinta, kertas, dan batu tinta.Wanita itu menggulung lengan bajunya, lalu mulai menggambar dengan hati-hati di atas kertas. Sebelum 15 menit berlalu, dia sudah menyelesaikan sebuah gambar denah tempat tinggal. Melihatnya, Hugo pun diam-diam memuji dalam hati.Gambar itu menggambarkan dengan jelas tata l

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 47

    Dalam lebih dari 10 hari berikutnya, sosok Hugo sama sekali tidak terlihat lagi di rumah kecil milik Paviliun Ragnala. Bukan hanya Agnia dan yang lainnya, bahkan ketiga orang dari Keluarga Garjita pun jarang melihat wajahnya.Sejak menyatakan niatnya dengan lantang kepada semua orang, Hugo menjadi makin gila-gilaan dalam berlatih. Dia mengurung diri di dalam kamar dan tidak menemui siapa pun.Hanya saat malam tiba, barulah Hugo membiarkan Bayi Darah keluar untuk menyerap energi primordial dari para petarung.Targetnya adalah Keluarga Pramesti. Selama 10 hari lebih itu, Silas benar-benar dibuat frustrasi. Jumlah pengawal di rumah mereka berkurang setiap hari. Lebih parahnya lagi, semuanya menghilang tanpa jejak. Tak ada satu pun mayat yang ditemukan.Hal ini membuat Silas curiga bahwa mereka telah menyinggung Keluarga Garjita, lalu kini Keluarga Garjita meminta bantuan Paviliun Ragnala untuk membalas dendam.Sebab menurut Silas, hanya kekuatan dari Tujuh Keluarga Bangsawan yang mampu me

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 46

    Agnia tidak menjawab apa pun. Dia hanya memandang bayangan punggung Hugo yang perlahan menghilang. Jabal sempat ragu sejenak, lalu menceritakan semua kejadian sebelumnya.Setelah mendengar semua penjelasan dari awal sampai akhir, Novem hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang.Kemudian, Novem berujar dengan pasrah, "Sudah sering kubilang, berselisih itu wajar tapi jangan sampai menjatuhkan martabat orang lain. Kalian mempermalukan Keluarga Garjita seperti itu, ya wajar saja dia mau membuktikan pada kalian.""Tapi ... apa yang dia katakan barusan, rasanya benar-benar mustahil," gumam Jabal ragu-ragu.Sambil mengelus janggutnya, mata satu-satunya Novem berputar pelan dalam rongga matanya. Kemudian, dia berbicara, "Kalau Keluarga Garjita punya seorang ahli formasi tingkat kelima sebagai pelindung, walaupun mungkin nggak akan bisa menyamai reputasi Tujuh Keluarga Bangsawan, mereka pasti akan menjadi salah satu yang terkuat di kalangan keluarga biasa.""Jadi, lebih baik kita teta

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 45

    Novem ingin mengajaknya bergabung dengan Paviliun Ragnala bukan tanpa alasan. Itu jelas akan membawa keuntungan besar bagi Paviliun Ragnala sendiri.Di sisi lain, Hugo hanya tersenyum tipis dan tak langsung menjawab. Dia menyeruput secangkir teh dengan tenang. Sebenarnya sebelum datang ke sini, dia sudah bisa menebak maksud Novem.Hugo adalah seseorang yang mampu membentuk formasi tingkat kelima. Siapa di seluruh kekaisaran ini yang tidak ingin merebutnya? Bahkan jika dia berhadapan langsung dengan Kaisar, sang Kaisar pun harus bersikap sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat.Jadi sejak saat Hugo memutuskan untuk membentuk formasi tadi, dia sudah memperkirakan akan ada hasil seperti ini.Melihat Hugo masih belum memberikan jawaban, Novem kembali bertanya, "Saudara Hugo, gimana menurutmu?"Hugo menyeringai kecil, lalu bertanya dengan tenang, "Kalau aku mengajukan beberapa syarat, nggak masalah, 'kan?""Tentu saja nggak masalah! Selama Paviliun Ragnala bisa memenuhinya, kamu bole

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 44

    Wush!Tiba-tiba, terdengar suara angin terbelah. Seseorang mendadak muncul di depan Jabal dan Agnia. Mereka berusaha melihat dengan jelas siapa yang datang. Ternyata dia adalah Novem. Saat ini, satu-satunya mata Novem terlihat bersinar penuh semangat."Barusan, siapa yang membentuk formasi itu?" tanya Novem segera.Agnia bergumam, "Eh, itu ...."Keduanya saling memandang sejenak, lalu akhirnya Jabal yang menjawab, "Kepala Pelayan Keluarga Garjita, Hugo!""Apa? Dia?" Novem langsung terkejut. Dia berbalik dan kembali meneliti formasi di sekelilingnya. Makin lama menatap, ekspresinya makin menunjukkan keterkejutan.Novem berujar, "Seorang ahli sejati dalam dunia formasi bukan cuma harus memahami setiap tingkatan formasi dengan sangat mendalam, tapi juga harus melewati latihan bertahun-tahun serta memahami harmoni langit dan bumi, baru bisa menguasai rahasia di dalam formasi.""Aku yang sudah tua begini saja cuma bisa membentuk formasi tingkat ketiga. Bagaimana mungkin anak seusianya bisa

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 43

    Tiana sedikit tertegun. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Hugo, tetapi tetap menyerahkan sebuah cincin kepadanya.Setelah menerima cincin itu, Hugo langsung melompat ke atap tertinggi di rumah tersebut. Dia memandang sekeliling dari atas dengan saksama."Eh, ini bukan rumahmu. Kenapa naik ke atas sana? Cepat turun!" seru Agnia dengan nada kesal, sementara bibirnya cemberut.Hugo tidak menghiraukannya. Dia terus mengamati sekeliling. Tak lama kemudian, dia berkata datar, "Formasi pertahanan tingkat ketiga, Formasi Naga Melingkar."Begitu kata-kata itu keluar, Jabal dan Agnia langsung terkejut. Sebab, apa yang dikatakan Hugo memang formasi pertahanan yang dipasang oleh Novem untuk rumah ini. Hanya saja, bagaimana dia bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu pandangan?Namun sebelum mereka sempat memproses rasa terkejut itu, Hugo sudah kembali melompat ke udara. Dari cincin itu, batu-batu spiritual memelesat keluar dan berhamburan ke sekeliling rumah seperti hujan deras.Dalam w

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 42

    Melihat bujukan tidak berhasil, Jabal hanya bisa menghela napas pelan lalu meninggalkan tempat itu bersama Agnia. Namun di saat mereka baru saja meninggalkan ruangan, terdengar suara tawa marah Novem menggema.Keesokan paginya, Hugo membawa tiga orang dari Keluarga Garjita pindah dari penginapan ke rumah yang disediakan oleh Novem.Tempat itu adalah rumah tamu milik Paviliun Ragnala yang digunakan khusus untuk menjamu tamu kehormatan. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingkan Manor Sharila milik Keluarga Garjita. Ini adalah rumah terbaik di seluruh Kota Andaras, tidak ada tandingannya.Begitu para mata-mata dari berbagai keluarga yang terus mengawasi Keluarga Garjita mengetahui kabar ini, mereka langsung melapor ke atasannya.Dalam waktu singkat, berita bahwa Keluarga Garjita tinggal di bawah perlindungan Paviliun Ragnala tersebar ke seluruh penjuru kota.Semua orang tahu bahwa Paviliun Ragnala bukan hanya menjadi pelindung kuat Keluarga Garjita, tetapi juga sangat menghargai me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status