Share

Bab 9

Penulis: Sebastian Abraham
Kelompok itu berjalan dalam barisan seperti tusukan sate dan menyusuri kabut putih tebal di dalam hutan. Masing-masing dari mereka memegang erat tali merah di tangan.

Hugo berada di barisan paling depan, sementara Ondo berada tepat di belakangnya. Dia mencengkeram erat bajunya agar Hugo tidak bisa melarikan diri.

Lantaran kabutnya sangat tebal, bahkan dua orang yang berdiri berdekatan pun tak bisa saling melihat bayangannya. Mereka hanya bisa saling menempel berdasarkan sentuhan agar tidak tersesat dan terpisah.

Saat mereka tiba di tengah hutan berkabut, Hugo tiba-tiba berhenti di tempat yang bahkan mustahil untuk melarikan diri.

"Ada apa?" tanya Ondo yang agak terkejut dan mulai merasa gelisah. Dia pun refleks mencengkeram baju Hugo dengan makin erat.

Hugo tersenyum aneh, lalu berucap datar, "Ondo, cukup sampai di sini saja aku mengantar kalian. Jalan menuju akhirat, silakan kalian tempuh sendiri."

Perkataan itu langsung membuat Ondo merinding. Baru saat itulah dia sadar bahwa mereka telah masuk perangkap. Dia langsung menarik Hugo dengan paksa dan menghantamkan satu telapak tangan ke arahnya.

Kraaak!

Suara keras terdengar, tetapi yang pecah bukanlah tubuh manusia, melainkan baju yang robek menjadi potongan kain. Yang tersembunyi di dalamnya bukan Hugo, melainkan sebatang kayu besar. Bagaimana mungkin? Kapan dia berhasil meloloskan diri?

Ondo tertegun melihat itu. Padahal selama perjalanan, dia sudah sangat waspada untuk mencegah Hugo berbuat curang. Namun tetap saja, dia kecolongan.

"Cepat! Kembali lewat jalan semula!" seru Ondo dengan panik sambil berbalik arah.

Begitu mendengar perintahnya, semua orang langsung menarik tali merah untuk mundur. Namun di saat yang bersamaan, terdengar teriakan dari seseorang yang berada paling belakang, "Gawat! Tali merah untuk jalan kembali putus!"

Begitu kata-kata itu terdengar, kelompok Ondo seolah disambar petir di siang bolong. Wajah mereka langsung pucat pasi. Mereka kini terperangkap dalam kabut tanpa penunjuk jalan. Tanpa tali merah, bagaimana mereka bisa kembali dengan selamat?

Ondo menggertakkan gigi, lalu menginjak tanah sambil memaki, "Sialan! Bocah berengsek itu menipuku! Cepat bawa Aldis ke sini!"

Seseorang menjawab dengan cemas, "Ondo, gawat .... Aldis juga menghilang!"

"Sialan!" maki Ondo sebelum meninju tanah dengan keras. Tanah di bawahnya langsung hancur dan membentuk lubang sebesar satu meter persegi.

Ondo benar-benar tak menyangkanya. Selama hidupnya, dia terkenal sebagai orang yang penuh perhitungan dan tidak pernah lengah. Namun hari ini, dia justru ditipu habis-habisan oleh seorang bocah bau kencur.

Ondo mendongak dan berseru, "Bocah Sialan, aku sudah makan lebih banyak garam daripada kamu makan nasi! Jangan pikir cuma dengan hutan berkabut ini, kamu bisa menahanku! Tunggu saja! Kalau aku berhasil keluar, aku pasti akan mencincangmu hidup-hidup!"

Kemudian, terdengar suara tawa pelan dari dalam kabut milik Hugo. "Hehehe .... Sayangnya, kamu nggak akan pernah mendapat kesempatan itu."

Tiba-tiba saja, kabut putih di sekitar mereka mulai berubah warna menjadi merah darah. Seseorang berteriak panik, "Apa-apaan ini? Kabutnya berubah jadi merah!"

Semua orang langsung terkejut dan panik melihat perubahan yang terjadi di sekeliling mereka. Meskipun mereka semua adalah bandit kejam yang sudah terbiasa membunuh, pemandangan aneh ini benar-benar di luar nalar mereka.

"Ondo, kamu 'kan sudah banyak pengalaman. Ini ... apa sebenarnya yang terjadi?" seru seorang bandit dengan cemas.

Namun, tak ada yang menjawab. Saat dia meraba ke depan dan ke belakang, ternyata tak ada siapa pun di sekelilingnya. Semua orang lenyap, seolah-olah tinggal dia seorang diri di dalam kabut.

Apa yang dialaminya juga terjadi pada yang lain. Semua orang yang tadi saling terhubung lewat tali merah, kini sudah tercerai-berai tanpa jejak.

Ondo juga melihat kejadian ini. Wajahnya dipenuhi ekspresi terkejut dan tidak percaya. Dia bergumam, "Ini ... ini jangan-jangan ... formasi!"

Sebagai orang yang telah hidup sangat lama, Ondo memang berpengalaman luas. Namun justru karena telah melihat banyak hal, dia makin menyadari betapa mengerikannya formasi ini. Hatinya pun dipenuhi rasa takut.

Setiap formasi selalu meminjam kekuatan langit dan bumi. Hanya dengan satu orang yang mengendalikannya, formasi bisa melumat sepuluh bahkan puluhan ahli yang memiliki kekuatan setara. Kekuatan semacam itu benar-benar tak terukur.

Namun, yang membuat Ondo benar-benar tidak habis pikir adalah mereka justru terjebak di dalam sebuah formasi.

"Hugo, si ... siapa sebenarnya kamu ini?" Tubuh Ondo mulai gemetar. Untuk pertama kalinya, matanya memancarkan ketakutan yang dalam.

Akhirnya, Ondo sadar bahwa Hugo bukanlah orang biasa. Mana mungkin orang biasa bisa memahami dan menggunakan formasi sekompleks ini? Jika dari awal Hugo memperlihatkan kemampuan ini, dia pasti tidak akan berani mengejarnya.

Tiana yang saat itu sedang berdiri tepat di titik pusat formasi dan mengendalikan seluruh formasi besar itu, sangat memahami situasi di dalamnya. Tanpa sadar, dia pun melirik ke arah Hugo di sampingnya. Rasa penasaran jelas terlihat di matanya

Dengan mata yang sedikit memicing, Hugo tetap mempertahankan ekspresinya yang tenang. Kemudian, dia berkata pelan, "Bunuh!"

Begitu mendengar perintah itu, tangan Tiana langsung membentuk gerakan baru. Dalam sekejap, kabut merah darah berubah total menjadi kabut hitam pekat yang menyelimuti seluruh area dan menelan semua orang yang ada di dalamnya.

Jika sebelumnya mereka hanya tidak bisa melihat orang lain, sekarang mereka bahkan tak bisa melihat diri mereka sendiri. Yang terdengar hanyalah jeritan menyayat hati, seperti ribuan arwah gentayangan merintih di sekeliling mereka.

Rasa kesepian dan ketakutan telah melumpuhkan perlawanan dari dalam hati mereka. Aliran-aliran energi hitam pun masuk ke tubuh mereka tanpa hambatan sedikit pun.

Mereka bisa merasakan tubuh, pikiran, dan jiwa mereka seolah sedang dilahap oleh sesuatu, tetapi mereka sama sekali tidak mampu melawan. Saat ini, yang tersisa di mata mereka hanyalah ketakutan semata.

Hugo menyunggingkan senyum tipis, sementara sorot matanya penuh semangat. Dia memelesat menjauh dari Tiana, lalu duduk bersila di titik pusat formasi lainnya.

Dalam Kitab Rahasia Sembilan Alam Bawah, semua formasi yang tercatat bisa dihubungkan dengan Teknik Transformasi Agung Iblis.

Sekarang, semua orang yang terperangkap dalam formasi sudah sepenuhnya dimanipulasi oleh kekuatan iblis. Langkah selanjutnya, Hugo akan menyerap semua energi primordial mereka ....
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 50

    Wush!Fajar baru mulai menyingsing ketika Hugo kembali ke rumah kecil itu sambil menggendong dua wanita muda dan cantik di masing-masing tangannya.Para penjaga dari Paviliun Ragnala yang melihatnya sempat terpaku sejenak. Sebab, sudah lebih dari 10 hari mereka tidak melihat Kepala Pelayan Keluarga Garjita ini. Namun setelah itu, mereka langsung menunjukkan senyum penuh pengertian.Beberapa orang bahkan berteriak untuk meledek, "Wah Hugo, semalam pasti kewalahan ya!"Tepat saat itu, Agnia lewat dan melihat Hugo. Pandangannya lalu berpindah ke arah dua wanita cantik yang berada dalam pelukannya.Alis Agnia mengerut pelan, lalu dia memutar matanya dengan ekspresi jijik dan melangkah pergi tanpa memedulikan pria itu, seolah tidak pernah melihatnya. Hanya saja, mulutnya masih sempat bergumam, "Semua pria sama saja."Hugo tahu bahwa mereka sudah salah paham, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dan masuk ke kamarnya sambil menggendong dua wanita itu, lalu melempar mereka begitu saja

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 49

    "Mana ada? Mereka tetap sangat menghormati Nona kok," ucap Nita cepat-cepat. Dia berusaha menghibur nonanya.Wanita berbaju hitam itu hanya tersenyum pahit, lalu merespons sambil menggeleng, "Nita, kamu nggak perlu menghiburku lagi. Aku cuma berharap setelah perjalanan ini selesai, aku bisa mendapatkan Telapak Naga untuk menyembuhkan luka Ayah Angkat.""Nona sangat berbakti, pasti keinginan itu akan terkabul!" jawab Nita sambil tersenyum lembut. Kedua matanya memicing seperti bulan sabit. Melihat senyuman Nita, wanita berbaju hitam pun ikut tersenyum dan terlihat sedikit lega.Kemudian pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lirih masuk ke telinga mereka berdua. "Nona, berbakti dan mengabulkan keinginan itu dua hal yang berbeda. Lagian, siapa yang bilang Telapak Naga bisa menyembuhkan luka?""Siapa di sana?" Wanita berbaju hitam dan Nita segera menoleh ke arah datangnya suara. Entah sejak kapan Hugo sudah duduk santai di jendela. Pria itu sedang menatap mereka berdua samb

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 48

    Hugo menggeleng tanpa daya, lalu lanjut mengamati. Orang berbaju hitam itu melepaskan tudung hitam di kepalanya.Sepasang mata bening yang indah pun terlihat. Rambutnya yang hitam legam dan berkilau terurai seperti air terjun. Kulitnya begitu putih, halus, dan lembut seolah-olah bisa pecah bila disentuh. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik yang sangat langka.Bahkan, para anak buah di sekitarnya pun tak bisa menahan diri untuk menelan ludah. Pandangan mereka kosong ketika menatapnya. Sampai wanita itu menatap mereka dengan tajam, barulah mereka buru-buru menunduk.Tanpa banyak bicara, wanita itu berseru keras, "Nita, ambilkan kertas dan kuas!" Gadis itu pun segera membawakan kuas, tinta, kertas, dan batu tinta.Wanita itu menggulung lengan bajunya, lalu mulai menggambar dengan hati-hati di atas kertas. Sebelum 15 menit berlalu, dia sudah menyelesaikan sebuah gambar denah tempat tinggal. Melihatnya, Hugo pun diam-diam memuji dalam hati.Gambar itu menggambarkan dengan jelas tata l

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 47

    Dalam lebih dari 10 hari berikutnya, sosok Hugo sama sekali tidak terlihat lagi di rumah kecil milik Paviliun Ragnala. Bukan hanya Agnia dan yang lainnya, bahkan ketiga orang dari Keluarga Garjita pun jarang melihat wajahnya.Sejak menyatakan niatnya dengan lantang kepada semua orang, Hugo menjadi makin gila-gilaan dalam berlatih. Dia mengurung diri di dalam kamar dan tidak menemui siapa pun.Hanya saat malam tiba, barulah Hugo membiarkan Bayi Darah keluar untuk menyerap energi primordial dari para petarung.Targetnya adalah Keluarga Pramesti. Selama 10 hari lebih itu, Silas benar-benar dibuat frustrasi. Jumlah pengawal di rumah mereka berkurang setiap hari. Lebih parahnya lagi, semuanya menghilang tanpa jejak. Tak ada satu pun mayat yang ditemukan.Hal ini membuat Silas curiga bahwa mereka telah menyinggung Keluarga Garjita, lalu kini Keluarga Garjita meminta bantuan Paviliun Ragnala untuk membalas dendam.Sebab menurut Silas, hanya kekuatan dari Tujuh Keluarga Bangsawan yang mampu me

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 46

    Agnia tidak menjawab apa pun. Dia hanya memandang bayangan punggung Hugo yang perlahan menghilang. Jabal sempat ragu sejenak, lalu menceritakan semua kejadian sebelumnya.Setelah mendengar semua penjelasan dari awal sampai akhir, Novem hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang.Kemudian, Novem berujar dengan pasrah, "Sudah sering kubilang, berselisih itu wajar tapi jangan sampai menjatuhkan martabat orang lain. Kalian mempermalukan Keluarga Garjita seperti itu, ya wajar saja dia mau membuktikan pada kalian.""Tapi ... apa yang dia katakan barusan, rasanya benar-benar mustahil," gumam Jabal ragu-ragu.Sambil mengelus janggutnya, mata satu-satunya Novem berputar pelan dalam rongga matanya. Kemudian, dia berbicara, "Kalau Keluarga Garjita punya seorang ahli formasi tingkat kelima sebagai pelindung, walaupun mungkin nggak akan bisa menyamai reputasi Tujuh Keluarga Bangsawan, mereka pasti akan menjadi salah satu yang terkuat di kalangan keluarga biasa.""Jadi, lebih baik kita teta

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 45

    Novem ingin mengajaknya bergabung dengan Paviliun Ragnala bukan tanpa alasan. Itu jelas akan membawa keuntungan besar bagi Paviliun Ragnala sendiri.Di sisi lain, Hugo hanya tersenyum tipis dan tak langsung menjawab. Dia menyeruput secangkir teh dengan tenang. Sebenarnya sebelum datang ke sini, dia sudah bisa menebak maksud Novem.Hugo adalah seseorang yang mampu membentuk formasi tingkat kelima. Siapa di seluruh kekaisaran ini yang tidak ingin merebutnya? Bahkan jika dia berhadapan langsung dengan Kaisar, sang Kaisar pun harus bersikap sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat.Jadi sejak saat Hugo memutuskan untuk membentuk formasi tadi, dia sudah memperkirakan akan ada hasil seperti ini.Melihat Hugo masih belum memberikan jawaban, Novem kembali bertanya, "Saudara Hugo, gimana menurutmu?"Hugo menyeringai kecil, lalu bertanya dengan tenang, "Kalau aku mengajukan beberapa syarat, nggak masalah, 'kan?""Tentu saja nggak masalah! Selama Paviliun Ragnala bisa memenuhinya, kamu bole

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 44

    Wush!Tiba-tiba, terdengar suara angin terbelah. Seseorang mendadak muncul di depan Jabal dan Agnia. Mereka berusaha melihat dengan jelas siapa yang datang. Ternyata dia adalah Novem. Saat ini, satu-satunya mata Novem terlihat bersinar penuh semangat."Barusan, siapa yang membentuk formasi itu?" tanya Novem segera.Agnia bergumam, "Eh, itu ...."Keduanya saling memandang sejenak, lalu akhirnya Jabal yang menjawab, "Kepala Pelayan Keluarga Garjita, Hugo!""Apa? Dia?" Novem langsung terkejut. Dia berbalik dan kembali meneliti formasi di sekelilingnya. Makin lama menatap, ekspresinya makin menunjukkan keterkejutan.Novem berujar, "Seorang ahli sejati dalam dunia formasi bukan cuma harus memahami setiap tingkatan formasi dengan sangat mendalam, tapi juga harus melewati latihan bertahun-tahun serta memahami harmoni langit dan bumi, baru bisa menguasai rahasia di dalam formasi.""Aku yang sudah tua begini saja cuma bisa membentuk formasi tingkat ketiga. Bagaimana mungkin anak seusianya bisa

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 43

    Tiana sedikit tertegun. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Hugo, tetapi tetap menyerahkan sebuah cincin kepadanya.Setelah menerima cincin itu, Hugo langsung melompat ke atap tertinggi di rumah tersebut. Dia memandang sekeliling dari atas dengan saksama."Eh, ini bukan rumahmu. Kenapa naik ke atas sana? Cepat turun!" seru Agnia dengan nada kesal, sementara bibirnya cemberut.Hugo tidak menghiraukannya. Dia terus mengamati sekeliling. Tak lama kemudian, dia berkata datar, "Formasi pertahanan tingkat ketiga, Formasi Naga Melingkar."Begitu kata-kata itu keluar, Jabal dan Agnia langsung terkejut. Sebab, apa yang dikatakan Hugo memang formasi pertahanan yang dipasang oleh Novem untuk rumah ini. Hanya saja, bagaimana dia bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu pandangan?Namun sebelum mereka sempat memproses rasa terkejut itu, Hugo sudah kembali melompat ke udara. Dari cincin itu, batu-batu spiritual memelesat keluar dan berhamburan ke sekeliling rumah seperti hujan deras.Dalam w

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 42

    Melihat bujukan tidak berhasil, Jabal hanya bisa menghela napas pelan lalu meninggalkan tempat itu bersama Agnia. Namun di saat mereka baru saja meninggalkan ruangan, terdengar suara tawa marah Novem menggema.Keesokan paginya, Hugo membawa tiga orang dari Keluarga Garjita pindah dari penginapan ke rumah yang disediakan oleh Novem.Tempat itu adalah rumah tamu milik Paviliun Ragnala yang digunakan khusus untuk menjamu tamu kehormatan. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingkan Manor Sharila milik Keluarga Garjita. Ini adalah rumah terbaik di seluruh Kota Andaras, tidak ada tandingannya.Begitu para mata-mata dari berbagai keluarga yang terus mengawasi Keluarga Garjita mengetahui kabar ini, mereka langsung melapor ke atasannya.Dalam waktu singkat, berita bahwa Keluarga Garjita tinggal di bawah perlindungan Paviliun Ragnala tersebar ke seluruh penjuru kota.Semua orang tahu bahwa Paviliun Ragnala bukan hanya menjadi pelindung kuat Keluarga Garjita, tetapi juga sangat menghargai me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status