Akhir cerita yang mengecewakan dari game Mystic Horizon membuat Liora, seorang penulis muda, meluapkan emosinya dalam ulasan tajam di komunitas gamer. Namun siapa sangka bahwa tindakannya tersebut akan memicu perjalanan multidimensi yang membuatnya masuk ke dalam dunia Mystic Horizon. Dia terjebak dalam tubuh Lyara Blackthorn, karakter antagonis yang paling dibenci dengan julukan “Pengkhianat Kehancuran.” Dunia yang sebelumnya hanya ia mainkan kini menjadi kenyataan penuh bahaya. Untuk kembali ke dunia nyata Liora harus menyelesaikan misi utama yang diberikan oleh sistem. Di tengah perjuangan itu, Liora harus menghadapi berbagai ancaman dan kegagalan misi. Akankah Liora berhasil menyelesaikan misinya dan kembali ke kehidupannya yang sebenarnya atau justru terjebak selamanya di dunia yang penuh akan intrik ini???
Lihat lebih banyak“Tuan…Tuan, bangunlah! Cepat!”
Suara asing membangunkan Liora. Ia membuka matanya dengan berat, dan mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang tidak dikenalnya. Gua gelap yang dipenuhi dengan bebatuan yang memancarkan cahaya kehijauan samar.
“Apa ini?” bisiknya bingung. Ia tadi menulis ulasan tajam di laptop ke komunitas, tapi kini ia memeluk sebuah telur besar yang permukaanya hangat dan bercahaya.
Belum sempat Liora mengatur pikirannya, sebuah bayangan besar mulai mendekat. Siluetnya bergerak perlahan namun mengintimidasi, suara beratnya bergema di dalam gua.
“Tuan...kita harus pergi sekarang!”
Liora terpaku, tidak memperdulikan suara yang terus memanggilnya. Matanya membulat saat makhluk raksasa itu akhirnya terlihat jelas. Sisiknya berwarna merah menyala seperti bara api, sepasang mata merahnya menatap tajam, dan napasnya yang panas mengepul, mengeluarkan percikan api kecil.
“NAGAAA!” teriak Liora panik sembari mundur beberapa langkah.
Tanpa peringatan, naga itu membuka mulutnya, menghembuskan semburan api besar ke arahnya. Liora tidak mampu bergerak seakan seluruh tubuhnya membeku di tempat. Namun, dalam sekejap, makhluk kecil yang memanggilnya “Tuan” melompat ke arah Liora. Menyentuh lengannya dengan cepat, dan dunia di sekeliling mereka berubah.
Liora merasakan tubuhnya melayang sebelum semuanya menjadi tenang kembali. Perlahan ia membuka mata melihat berada di sebuah ruangan aneh. Tempat itu dipenuhi peralatan sihir seperti botol-botol berisi cairan bercahaya, buku-buku tebal bersampul kulit, dan simbol-simbol mistis yang terukir di dinding batu. Ruangan itu terasa dingin dan misterius, seolah menyimpan sebuah rahasia.
Detak jantung Liora masih terpadu, memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi. Ia menatap makhluk kecil berbulu yang menyelamatkannya, bentuknya menyerupai kucing dengan bulu lebat, tetapi matanya bersinar seperti kristal.
“Apakah aku baru saja mengalami transmigrasi ke dunia game?” gumam Liora, mencoba memahami situasinya.
Ia berdiri, mengabaikan telur besar yang tadi dipeluknya, dan mulai mencari sesuatu di ruangan itu. Matanya tertuju pada sebuah cermin yang berada di atas meja. Perlahan ia mendekat dan terkejut melihat pantulan dirinya.
Rambut panjang berwarna biru gelap terikat rapi dengan poni yang menjuntai. Sepasang mata tajam berwarna coklat menatapnya kembali. Itu bukan wajahnya, tapi wajah Lyara Blackthorn, sang “Pengkhianat Kehancuran” dalam game yang dimainkannya ketika mengalami buntu dalam pekerjaannya sebagai penulis.
“Ini tidak mungkin, bagaimana bisa aku ada di tubuh Lyara?” gumamnya pelan.
Karakter tersebut berada dalam Mystic Horizon, sebuah game MMORPG dengan kisah petualangan yang memikat. Mengisahkan petualangan sang putri untuk melawan kekuatan kegelapan yang merusak kerajaannya. Sang putri di bantu para penjaga enam kekuatan untuk membangun kembali dunia yang telah tercemar oleh sihir terlarang.
Saat merenungkan semuanya, tiba-tiba layar biru transparan muncul di depan matanya, penuh dengan tulisan bercahaya.
[Selamat datang, Liora. Anda kini telah menjadi Lyara.]
Liora sungguh menjadi Lyara, karakter game yang memang disukainya. Tapi masih menyayangkan kenapa tidak menjadi pemeran utama yang memiliki kekayaan, segala hak istimewa untuk terhindar dari bahaya. Maksimal karakter sang putri saja.
[Selamatkan dunia ini. Gagal berarti hukuman mati.]
Liora terdiam, membeku membaca pesan itu. Tangannya mulai gemetar, dan kakinya melemah hingga akhirnya ia terduduk di lantai dingin. “Ini gila!” bisiknya, hampir menangis.
Baru saja ia tiba di dunia ini, ia sudah dihadapkan pada naga yang hampir membakarnya hidup-hidup. Dan kini, sebuah sistem aneh memaksanya menyelesaikan tugas mustahil untuk menyelamatkan dunia. Hukuman kegagalan? Kematian.
Pikiran Liora melayang, kacau, berusaha memahami apa yang terjadi. “Apalagi yang akan menantiku setelah ini?” pikirannya dengan perasaan campur aduk, di antara ketakutan, kebingungan, dan hal gila dari mana ini.
Liora menatap kastil megah halaman belakang duke yang dipenuhi rimbunnya pepohonan. Saat gerbang besi perlahan terbuka dengan derit berat, hawa dingin dan misterius menyambut mereka. Langkah kaki mereka menggema di halaman belakang yang luas.Jika ini dunia nyata, pikir Liora, kastil ini sudah pasti ia jadikan latar utama dalam novel. Semua terasa terlalu sempurna untuk dianggap nyata terutama sosok karakter game Aelric, Roderick, dan sang Duke sendiri. Mereka bukan hanya berkarisma, tapi tampak menakjubkan kenyataanya.Di depan pintu belakang kastil, Di depan pintu belakang kastil, Aelric berdiri dengan Aertherwing, burung itu bertengger tenang di pundaknya. Di sebelahnya, Duke Vireon dan Theo menyambut dengan senyum tipis.“Selamat datang, Liora,” ucapnya.“Terima kasih, Tuan Duke,” balas Liora, sedikit membungkuk. Ia membalas senyum Aelric, lalu menatap sekeliling dengan waspada. Lewat ikatan telepati, ia berbisik pada Naga kecil.“Ingat naga kecil untuk selalu kontrol kekuatanmu.”
Ada yang mengawasi.Liora menghentikan langkahnya, matanya menyapu gelapnya malam di sekitar hutan. “Kael, naga kecil apakah kalian merasakan sesuatu?” bisiknya.Naga kecil memejamkan mata, auranya bersinar samar. “Tidak ada yang mencurigakan, Lyara.” Namun, naluri Liora berkata lain. Ia mengeluarkan mana kristal dan melemparkan ke arah rimbunan daun Pohon. Seketika, seekor burung mengepakkan sayap dan terbang panik.Liora menarik nafas lega. “Hanya burung rupanya.”Mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah kayu yang mereka rindukan. Malam semakin larut. Liora membersihkan diri seadanya, lalu rebahan di atas kasur dengan naga kecil sementara Kael meringkuk di tempat tidurnya sendiri.Sebelum terpejam, ia membuka notifikasi sistem yang berkedip merah.Sistem (Merah)[Kekuatan Baru Terbuka - Sanksi ingatan kembali]Jarinya menyentuh ikon status tersebut dan gelap langsung menyergap kesadarannya. Saat ia membuka, dunia terasa berbeda. Hujan membasahi tubuhnya di tengah hutan. Sebuah
Setelah kondisi mereka pulih, Liora dan Aelric melangkah memasuki bangunan megah Ordo Ksatria. Pilar-pilar tinggi menjulang, dihiasi ukiran lambang-lambang kuno. Di depan gerbang utama, dua ksatria penjaga berdiri tegak dalam zirah perak.Aelric menyerahkan lencana identitas yang telah diberikan padanya. Tanpa banyak bicara, para penjaga segera membuka pintu besar itu. “Selamat datang. Saya Roderick Vallor, Wakil Komandan Ordo,” sambut seorang pria tinggi dengan seragam berwarna gelap dengan lambang lencana ordo, dengan jubah bertanda lambang ordo di bahunya.“Ikuti saya. Semua telah menunggu kalian” lanjutnya tanpa basa-basi.“Terima kasih, Tuan Roderick,” jawab Aelric sopan.Liora menatap sekeliling, kagum oleh kemegahan interior ordo. Langit-langitnya tinggi dengan kaca patri menggambarkan kisah pertempuran. Cahaya pagi memancar lewat celah, membentuk bayangan warna-warni di marmer putih yang mengkilap.“Gini rasanya menatap takjub gedung game kini jadi nyata.” ucap Liora dalam hat
Kael dan naga kecil berada di pinggir alun-alun Desa Talewind, menghirup udara pagi yang dipenuhi aroma kue panggang dan bunga Lily of The Valley. Di sampingnya, naga kecil terbang dengan nyaman, matanya berbinar menatap keramaian.Festival Angin tengah berlangsung. Di tengah alun-alun, penduduk menari berputar mengikuti irama musik dari seorang pengelana tua yang memainkan kecapi bersenar perak. Setiap petikan nadanya bergetar lembut di udara, membawa kedamaian dan kebahagian.Anak-anak berlarian di antara kerumunan, menggenggam lentera kertas yang bersinar lembut. Aroma roti kayu manis dan teh herbal menguar dari kios-kios kayu, menyatu dengan tawa para pedagang yang menawarkan dagangan mereka. Bendera berbentuk daun berkibar di tiap sudut, menari bersama angin yang membawa semangat perayaan.“Ini.. pertama kalinya aku melihat perayaan manusia.” bisik naga kecil itu. Suaranya nyaris tak terdengar di tengah riuhnya musik dan nyanyian rakyat. “Sungguh indah.”Kael tersenyum. “Kalau be
“Tuan… para monster menyerang Desa Talewind. Kami…sedang bertahan.”Mata Liora melebar. “Apa?”Tanpa menunggu, ia kembali menyerang, sihirnya meledak menghantam musuh. Nafasnya tersengal.“Jika terus begini, kita tidak akan bisa menghentikannya.” gumamnya, lirih tapi penuh amarah.Maltherion tertawa lantang. Sosok kegelapan itu berdiri di samping Skylios, tangan kirinya memegang inti mana Bellshade. Bunga terkutuk yang menyerap jiwa orang-orang, akan menciptakan kehancuran, kini akan menjadi senjata terakhirnya.“Bellshade… akan mengakhiri semuanya.” desisnya, mata bersinar kelam.Ia menarik rantai yang melilit leher Skylios, makhluk suci penjaga Zephyros, simbol harapan. Tubuh Skylios gemetar, kekuatannya terkuras oleh belenggu sihir. Ia berusaha melawan, tapi kakinya tak lagi mampu menopang.“Makan ini,” ucap Maltherion pelan, tapi tegas, mendorong inti itu ke mulut sang pengjaga.Skylios menggeram. “Manusia hina. Kau pikir aku akan tunduk?” Brakkk!Terdengar dentuman keras rantai
Begitu monster terakhir melesat masuk, Liora Menyusul ke dalam gua yang diselimuti kegelapan. Udara lembab menusuk paru-parunya, dan bau basah tanah bercampur darah menguar di udara. Ia mempersempit pandangannya, mencoba menembus pekatnya gua bebatuan yang seolah menelan cahaya.Langkahnya terhenti tiba-tiba tanah di bawahnya menganga. Terlambat.Bruk!Tubuhnya terhempas jatuh ke dalam bawah gua yang curam. Suara jatuhnya menggema, membangunkan kesunyian yang mencekam.Rasa sakit menyambar tubuhnya, tapi lebih dari itu sepuluh pasang mata kini tertuju padanya.Monster-monster itu berdiri mengelilingi sesosok mahluk besar, seekor Beast ular dengan sisik kehitaman, nafasnya berat menahan luka di tubuhnya. Monster-monster itu layaknya pembunuh.Sistem[Hidden Quest][Misi: Singkirkan Monster yang menyerbu Zevar][Hadiah: 10 poin | Sisa waktu: 15 Menit]“Sial…” desis Liora, berdiri dengan satu lutut, tangan meraih ganggang pedangnya.Dalam sekejap, mereka menyerang.Cakar. Taring. Racun.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen