Maaf baru update bab. Terima kasih masih setia menunggu cerita Songrui dalam mendapatkan kembali kemampuannya dan membalaskan dendam sang guru. Semoga bab ini bisa meringankan rasa penasaran para pembaca.
“Kau?” Lelaki bertopeng—Tuan pemilik pasar gelap berdiri di depannya. “Tidak tahu keuntungan besar seperti apa yang membuat Tuan pemilik pasar gelap datang sendiri ke wilayah seperti ini?” Pertanyaan Songrui hanya dibalas dengan senyum seringai. “Tidak mungkin hanya untuk menyapaku, ‘kan?” “Ha ha ha!” lelaki itu tertawa keras lalu lanjut berucap, “aku suka lelaki yang tak bertele-tele sepertimu.” “Baiklah. Akan aku persingkat saja!” Lelaki itu mengeluarkan botol obat kecil, lalu melirik ke arah Songrui. “Di tanganku ini adalah solusi untuk mengatasi masalah para prajurit!” Songrui melotot! “Kau!” “Ternyata ini semua adalah perbuatanmu!” “Tidak semua!” bantah lelaki bertopeng dengan tegas. “Kau tahu sendiri seperti apa cara kerja pasar gelapku, ‘kan?” Mendengar perkataan itu, Songrui sadar bahwa tuan pasar gelap menginginkan sesuatu darinya untuk ditukarkan dengan keselamatan para prajurit. “Katakan! Apa yang kau inginkan?!” “Tungku pembakaran dewa!” DEG! “Kau bercanda
Alis kening Songrui mengerut ketika kedua bola matanya menatap ke lembaran kertas. “Ada apa, Dik Xiongrui?” tanya murid pertama merespon ekspresi Songrui. Songrui menggelengkan kepala lalu berucap, “tidak apa-apa.” “Oh iya, bagaimana keadaan para prajurit? Apa Kakak pertama bisa mengobati mereka?” Wajah murid pertama menjadi ragu. “Tidak bisa!” “Ini bukan penyakit, tapi racun!” “Ramuan yang kubuat hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka untuk sementara waktu.” Songrui terbungkam. Pikirnya jika memang tidak ada jalan lain, maka ia harus memenuhi keinginan tuan pasar gelap. “Maaf, Dik Xiongrui. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.” “Kakak pertama tidak perlu minta maaf, ini bukan kesalahanmu, tapi termasuk kesalahanku.” “Apa maksudmu?” murid pertama bertanya bingung. Songrui menjelaskan tentang masalah keracunan para prajurit dan hubungan dengan tuan pasar gelap. Ia bahkan menyinggung masalah tungku pembakaran dewa. Traang! Mangkuk yang dipegang murid pertama tiba-tiba terjatuh.
Meski kejadian ini terlalu kebetulan, tapi melalui hal inilah Songrui menyimpulkan satu hal.Ia berencana membawa beberapa pendekar untuk menghambat perjalanan pasukan musuh.Dengan begitu, semua prajurit yang terkena penyakit memiliki sedikit waktu untuk memulihkan kesehatan mereka.“Baik!”“Lakukanlah yang terbaik. Sebisa mungkin kau harus menghambat mereka!”Usai menyampaikan rencana, Songrui memilih beberapa pendekar untuk ikut bersamanya.Jenderal juga ikut membantu—memberikan beberapa kuda tercepat dan sehat untuk mereka gunakan.“Kakak pertama, bagaimana keadaan….”Ucapan Songrui terhenti.Kedua matanya memaku.Melihat sosok lelaki di depannya sedikit berubah.Rambut yang terikat acak tampak beruban. Ditambah lagi dengan wajah sedikit pucat.“Kakak pertama, kau sakit?”“Ada apa dengan rambutmu?”Murid pertama tersenyum kaku, “oh itu … tidak apa-apa.”“Kak … kau menyembunyikan sesuatu dariku?”Songrui menatap dalam.“Apa yang kau pikirkan, Anak bodoh?”“Aku hanya terlalu banyak
Meski energi dalam Songrui terkuras, tapi ia berhasil menghentikan setengah dari pasukan pangeran kedua belas. “Mustahil!” “Bagaimana bisa kau memiliki energi yang begitu besar seperti ini!?” Merasa pasukannya akan dikendalikan oleh Songrui, pangeran kedua belas berusaha memerintahkan semua pasukan yang tersisa untuk membunuh Songrui. Namun hal itu sama sekali tidak terjadi. Prajurit yang datang menyerang justru mengikuti lainnya—tak dapat bergerak sedikitpun. Kali ini, energi yang keluar dari dalam tubuh Songrui membuatnya hampir tak mampu bertahan. Apalagi setiap prajurit musuh yang mencoba untuk melawan energi yang mengontrol tubuh mereka mengakibatkan Songrui harus kehilangan banyak energi. Meski mengandalkan cepatu Lanchu untuk penyerapan energi, sayangnya harus memakan waktu. “Dasar gila!” “Ternyata ini penyebabnya tuanku sangat menyukaimu, Xiongrui!” “Ha ha ha!” Songrui tertawa keras merespon perkataan pangeran kedua belas. Ia berusaha mengulur waktu dengan berbicara
Semua pendekar tertidur pulas seolah tak menyadari kedatangan lelaki yang perlahan berjalan mendekati Songrui. “Tuan pasar gelap, kau!” “Tujuanku memang bukan mereka, tapi aku tak mau seorangpun menggangguku!” “Apa yang kau lakukan?” ia berdiri cepat lalu memeriksa salah satu dari pendekar yang terbaring tak jauh darinya. “Jangan khawatir. Mereka hanya kubuat tidur.” Setelah memastikan tidak terjadi apa-apa pada beberapa pendekar itu, Songrui kembali menegakkan badannya—menatap lelaki bertopeng setengah wajah. “Apalagi yang kau inginkan?” “Xiongrui-xiongrui … kau pikir masalahmu sudah selesai? Nyatanya kau justru telah masuk dalam perangkapnya.” Songrui terdiam—mencoba memahami maksud dari perkataan itu. “Jangan salahkan aku, karena aku telah memperingatimu. Sekarang, biar aku menyelesaikan tujuanku!” lagi ucap tuan pasar gelap. Wush! Usai berucap lelaki itu dengan tiba-tiba menyerang Songrui. Kali ini kurangnya kewaspadaan Songrui hampir membuat serangan itu mengenai tubuh
Melalui beberapa hari akhirnya Songrui tiba di benteng perbatasan. Namun baru saja melewati pintu gerbang, murid pertama menghampirinya dengan wajah khawatir. “Xiongrui! Cepat kau temui Haoyun, takutnya ia dalam bahaya!” “Apa yang terjadi?!” “Dimana Kak Haoyun sekarang?” “Dalam penjara!” DEG! Jantung Songrui terpukul! Ia melangkah cepat menuju ke penjara. “Ceritakan apa yang terjadi!” Murid pertama dengan singkat menjelaskan bahwa Haoyun dituduh menyerang jenderal hingga tak sadarkan diri. Mendengar penjelasan murid pertama, Songrui merasa ada yang tak beres dengan kejadian itu. “Berhenti!” Dua orang penjaga penjara menghadang Songrui dengan kedua tombak yang menyilang di depannya. “Guru agung sudah berpesan, siapapun tidak boleh diijinkan masuk menemui Haoyun!” Rahang Songrui mengeras. Pandangannya menjadi dingin. “Menyingkir!” “Pendekar Xiongrui, jangan mempersulit kami. Kami hanya menjalankan tugas!” “Emm, Dik Xiongrui, bagaimana kalau kita menemui guru agung saja
Atas ijin dari Bo Bingwen, murid pertama mulai merawat jenderal. Sedetikpun tidak terlewatkan dari pengawasan pengawal pribadi jenderal. Kondisi kesehatan jenderal sedikit ada perkembangan. Hal itu membuat semangat para prajurit bangkit. Usaha Songrui untuk berjaga-jaga demi membuat pelaku sebenarnya khawatir akhirnya berhasil saat ia melihat seorang lelaki yang menutupi penampilannya bertindak secara misterius. “Ada pembunuh!” Teriakan itu mengalihkan perhatian Songrui. Ditambah lagi keributan yang terdengar berasal dari arah ruangan jenderal beristirahat. “Tidak!” imbuhnya. Merasa telah masuk dalam jebakkan, Songrui dan murid pertama membiarkan lelaki misterius yang mereka awasi lalu bergegas menuju ke tempat jenderal. Begitu masuk ke dalam ruangan ia mendapati pengawal pribadi jenderal telah terluka. “Ce-cepat, selamatkan jenderal!” dengan suara berat lelaki itu menoleh ke arah tempat tidur. Melihat jenderal yang tergeletak di lantai dengan noda darah pada pakaian di bagian
Sekumpulan pemuda berlarian penuh semangat menuju ke dalam hutan seolah sedang mengikuti lomba berburu. Beberapa di antara mereka bahkan tertawa sambil mengucapkan buruan kali ini sangat istimewa. "Arah sana! Kita bisa mendapatkannya!" Berbeda dengan kebahagiaan mereka, Wang Songrui–yang menjadi incaran–harus berlari meski terkatung-katung. Lelaki itu tidak sempat memedulikan lagi penampilannya yang acak-acakkan atau luka di tubuhnya terus melebar. Sudah beberapa hari ini dia diburu oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia kependekaran setelah dituduh membunuh sang guru. Ketika Songrui mencoba mencari bukti dengan dukungan teman seperguruannya, dia justru mengetahui perempuan itu tiba-tiba menjadi selir raja. Dia tidak tahu bahwa di istana sedang diadakan ritual malam pertama saat berusaha menemui temannya. Seketika, ia kembali dituduh mengacaukan malam pertama Raja. Semua menjadi kacau. Bahkan, Songrui kini dinyatakan sebagai penjahat besar. Warga Ibu kota pun menolak Song