Rosaline menarik Pangeran Yuasa, dia terus mencari keberadaan Adrian. Sayangnya sosok Adrian tidak terlihat juga hingga dia memutuskan pergi tanpanya.
"Rosaline, tunggu!"
"Ada apa?" tanya Rosaline panik.
"Berhenti sebentar, kita harus menemukan Adrian terlebih dahulu," usul Pangeran Yuasa.
"Ini mungkin penyerangan, mana bisa berhenti. Ayo, kita cari tempat yang aman," sanggah Rosaline. Dia juga mencari Adrian tapi keselamatan Pangeran tetap prioritas utama. Adrian bisa menjaga dirinya sendiri.
"Rosaline!" teriak Pangeran Yuasa mendorong gadis berambut merah itu hingga terjatuh.
"Pangeran!"
Rosaline melihat sebuah anak panah tertancap di lengan Pangeran Yuasa. Dengan cepat dia mencabut panah itu dan menarik gaunnya lalu mengikat luka Pangeran Yuasa.
“Terima kasih telah melindungiku, tapi lain kali tolong jangan pernah mengorbankan diri untuk melindungiku,” ucap Rosaline membantu Pangeran Yuasa berdiri setelah merawat lukanya.
“Tenanglah, sebentar juga sembuh,” ucap Pangeran Yuasa. Dia meletakkan tangannya lalu melakukan pemulihan.
“Anak panah tadi mengandung racun,” batin Pangeran Yuasa.
Pangeran Yuasa menyembunyikan kenyataan dirinya terkena racun, luka luar dari anak panah tersebut telah sembuh.
“Sudah sembuh, jadi tak masalah,” lanjut Pangeran Yuasa. Mereka meneruskan berjalan perlahan dan mencari jalan keluar dari tempat itu.
“Apa tidak ada pintu lain,” Rosaline kesal dan memukul tembok di sebelahnya. Kemanapun mereka melangkah tidak ada jalan keluar. Ruangan itu tertutup dan sepertinya hanya pintu masuk saja satu-satunya akses keluar dari tempat ini.
“Bukankah itu balkon,” ucap Pangeran Yuasa menunjuk tempat yang disinari cahaya rembulan.
Baru mau melangkah mereka dikepung oleh sekelompok orang berbaju hitam, sungguh tidak seimbang. Kelompok itu serba hitam ditambah dengan pencahayaan minim membuat Rosaline kesulitan menghadapi semuanya.
“Dimana kamu Adrian,” gumam Rosaline. Andai saja ada pria itu pasti lebih mudah keluar dari situasi ini.
“Pangeran mundur!” seru Rosaline saat menerjang sekelompok orang berbaju hitam seorang diri. Gerakan gesit dan cepat Rosaline melumpuhkan satu per satu orang-orang berbaju hitam ini.
“Ayo kita ke balkon,” ajak Rosaline menarik Pangeran Yuasa.
“Rosaline kamu terluka,” ucap Pangeran Yuasa, dia khawatir dengan kondisi Rosaline yang dipenuhi luka.
“Abaikan, kita harus segera keluar dari sini.” Rosaline melihat kanan dan kiri. Balkon di hadapannya berada di lantai lima, tidak mungkin melompat dengan ketinggian ini.
Kali ini orang-orang berbaju hitam datang lagi, lebih banyak dari yang tadi.
“Tetap di belakang saya, Pangeran!” Rosaline bersiap. Di kedua tangannya sepasang belati sudah siap mencari korbannya. Tarian indah seorang pengawal yang menikam, menusuk dan berputar serta menendang dilakukan Rosaline. Tapi satu melawan banyak orang tidak akan pernah bisa seimbang.
“Pangeran jangan!” teriak Rosaline yang merasakan aliran energi dalam tubuhnya. Pangeran Yuasa menggunakan kemampuan penyembuhnya untuk membantu Rosaline.
“Hanya itu yang aku bisa, biarkan aku membantumu,” balas Pangeran Yuasa. Dia terus menerus mengobati luka-luka di tubuh Rosaline.
“Tidak ada habisnya,” keluh Rosaline yang tangannya mulai kebas menyerang lawan yang tak kunjung habis.
“Argh ….” Suara dari belakang orang-orang berbaju hitam ini.
“Adrian! Kemana saja kamu!” pekik Rosaline.
“Maaf, aku mencari informasi dan juga mencari senjata, tak bagus tapi lumayan,” jawab Adrian menunjukkan pedang kecil di tangannya.
Bersama mereka membantai orang-orang berbaju hitam itu hingga tak tersisa.
“Adrian!” pangeran Yuasa menyentuh lengan Adrian dan seketika luka besar di lengannya lenyap bersama rasa sakit yang sedari tadi menyiksanya.
“Terima kasih, Pangeran,” ucap Adrian.
Rosaline memperhatikan lagi balkon tempat mereka berdiri.
“Menurutmu bagaimana kalau meloncat dari sini?” tanya Rosaline meminta pendapat Adrian.
“Tak masalah buatku,” jawab Adrian yang langsung melompat ke balkon di bawahnya.
“Ayo!” teriak Adrian.
Pangeran Yuasa melihat ke bawah, kepalanya mendadak pusing.
“Tidak bisa Rosaline, aku takut,” ucap Pangeran Yuasa.
“Tidak ada jalan lain, sebelum mereka datang lagi. Ayo Pangeran!” bujuk Rosaline dan Pangeran Yuasa masih belum mau melompat.
“Tunggu apa lagi, ayo!” teriak Adrian yang berada satu lantai di bawah mereka.
Pangeran Yuasa sudah berdiri di atas pembatas balkon dan bersiap melompat. Ketinggian dan desiran angin membuat nyalinya ciut.
“Tak apa, saya di sini,” ucap Rosaline menenangkan. Gadis itu melingkarkan tangannya di pinggang sang pangeran. Jika saja posisi itu di balik pastilah akan sangat romantis.
Pangeran Yuasa berhasil melompat dan sampai di lantai 4 berkat bantuan Rosaline. Dia masih belum menguasai dirinya, sensasi melompat yang baru saja dia lalkukan mambuat jantungnya tidak baik-baik saja.
“Tunggu dulu,”
“Tidak perlu menunggu,” bantah Adrian yang langsung menarik Pangeran Yuasa dan menggendongnya di pundak.
“Adrian!” teriak Pangeran Yuasa saat dia dibawa melompat satu hingga dua kali tanpa jeda, berhenti sebentar dan melompat lagi hingga sampai di bawah.
“Ayo cepat!”
Hujan anak panah menyerang mereka, dengan barrier yang dibuat Rosaline mereka bisa terus bergerak. Rosaline menarik tangan Pangeran Yuasa dan memaksanya untuk lari bersama dengannya dan Adrian.
“Arah mana?” Adrian berhenti dan bingung kemana mereka harus kabur. Dari dua arah terlihat sekelompok orang berbaju hitam menuju ke arah mereka.
“Hutan,” ucap Pangeran Yuasa yang napasnya sudah tersengal-sengal.
“Tidak, Pangeran jangan bercanda hutan Onyx merupakan salah satu hutan yang paling ditakuti karena banyak monster di dalamnya,” balas Rosaline tidak setuju dengan pilihan Pangeran Yuasa.
“Tidak ada pilihan lain, Rosaline. Lihat, arah ke depan gedung di hadang mereka, sementara arah keluar di hadang juga hanya tinggal ke hutan,” balas Adrian mendukung usulan Pangeran Yuasa.
“Arah keluar, kita terobos mereka,” usul Rosaline.
“Hutan saja,”
Suara Pangeran Yuasa terlalu lemah, dia juga tidak melangkah saat Adrian dan Rosaline berlari menuju sekelompok orang berbaju hitam yang menghalangi jalan mereka.
“Paman, tolong,” lirih Pangeran Yuasa. Pandangannya sudah kabur dan dia tak sanggup lagi berdiri.
Adrian dan Rosaline berhenti menyerang. Musuh mereka tiba-tiba mundur teratur. Hujan anak panah juga sudah tidak terlihat lagi. Salah satu dari mereka menunjuk ke arah belakang Rosaline dan Adrian.
“Na … na … naga!” teriak salah satu dari mereka.
Adrian dan Rosaline menoleh ke belakang dan tercengang dengan pemandangan tak biasa di hadapannya. Seekor naga hitam berdiri gagah dan di bawahnya sosok pria serba hitam dari atas hingga bawah.
“Pangeran?!”
Rosaline dan Adrian kembali bersiap bertarung. Pangeran Yuasa berada bersama pria itu dalam gendongannya.
“Lepaskan Pangeran!” seru Rosaline.
Pria itu bergeming, tidak ada suara maupun pergerakan. Naga hitam di belakangnya menekuk kakinya dan menunduk lalu pria itu meletakkan tubuh Pangeran Yuasa yang sudah tidak berdaya di atas sang naga.
“Lepaskan Pangeran!” teriak Rosaline mulai menyerang pria itu.
“Bodoh,” ucap lirih pria itu.
Rosaline terjatuh padahal belum sempat dia menyentuh pria itu dengan senjatanya.
“Dia terkena racun, ikutlah, kita sembuhkan dia,” ucap pria itu.
Adrian dan Rosaline yang telah berdiri kembali saling pandang. Lalu memandang kea rah pria itu.
“Aku bukan orang jahat yang akan melukai keponakanku sendiri,” ucapnya. “Ayo ikut.”
Rosaline dan Adrian mengikuti pria dan naganya masuk ke dalam hutan. Hutan Onyx yang terkenal dengan banyaknya monster.
“Siapa dia?” Adrian berbisik kepada Rosaline dan gadis itu menggelengkan kepalanya.
Hai, salam dari Rai Seika. Senang akhirnya buku ini terbit juga. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan gems untuk mendukung penulis. Selamat membaca
Rosaline dan Adrian terus berjalan mengikuti pria asing yang membawa Pangeran Yuasa. Mereka masuk ke dalam hutan lebih dalam. "Apa kau merasakannya? Seperti ada yang menatap kita?" Rosaline berbisik dan melihat sekeliling, mata binatang malam serta suara-suara mereka yang membuat bulu kuduk merinding."Tak perlu takut, mereka tidak berani menyerang selama kalian bersamaku," ucap pria asing itu.Setelah berjalan cukup lama, mereka melihat sebuah rumah di tengah hutan, rumah yang cukup asri terlihat dengan bunga-bunga dan tanaman lain di sekelilingnya."Ayo masuk!" Pria itu membuka pintu dan mempersilahkan Rosaline serta Adrian masuk ke dalam dan dia mengendong Pangeran Yuasa. Dia membawanya ke lantai atas dan masuk ke sebuah kamar. Ada tiga kamar di lantai itu. Rosaline dan Adrian masih mengikuti kemanapun pria itu membawa Pangeran Yuasa. Dia meletakkan pangeran di atas tempat tidur dan melepaskan baju bagian atasnya. Lengan bagian kiri atasnya membiru
Yuasa memejamkan matanya, tubuhnya seperti terbakar api, sangat panas. Ruang bawah tanah yang sudah dibuka semua ventilasinya seharusnya mampu mengurangi rasa panas, tapi nyatanya tidak. Api yang terasa membakar itu tidak berkurang sedikit pun.“Yuasa, sudah siap?” Rafael duduk di belakang punggung Yuasa yang duduk bersila.“Ya,” jawab singkat Yuasa.“Kita mulai!”Rafael meletakkan tangannya di punggung Yuasa, terlihat seperti itu saja, namun dibalik semua itu dia sedang mengalirkan energi untuk membuka segel yang ada di tubuh Pangeran Yuasa. Lingkaran sihir yang ada di bawah Pangeran Yuasa berubah warna dari hitam menjadi keemasan, Lalu lingkaran paling luar bergerak, berputar searah jarum jam.“Segel pertama, terbuka,” bisik Rafael.Udara di ruangan itu menjadi sangat panas, panas dari tubuh Pangeran Yuasa keluar. Sang pangeran mengernyit, mengerutkan alisnya menahan rasa sakit akibat panas y
Terdengar tetesan air yang terus berbisik membangunkan Pangeran Yuasa yang terbaring di lantai tanah yang lembab."Di mana ini?"Pangeran Yuasa sudah membuka matanya tapi tidak ada apapun yang terlihat, tempat ini gelap gulita. Hanya suara tetesan air yang entah di mana letaknya terdengar begitu jelas. Perlahan dia bangun dan mengulurkan kedua tangannya mencari sesuatu yang bisa menjadi pegangan. Akhirnya dia menemukan dinding yang terbuat dari batu. "Apa aku di dalam goa?"Pangeran Yuasa dengan berpegangan pada dinding batu berjalan di atas tanah lembab yang sesekali merasakan genangan air ketika dia berjalan. Dingin, lembab, basah bahkan sekujur tubuhnya menggigil kedinginan ditambah baju yang juga basah terkena air."Kenapa bisa ada di sini, seingatku tadi di ruang bawah tanah tempat Paman Rafael," batin Pangeran Yuasa.Matanya tak mampu menangkap apapun, hanya gelap di setiap pandangan yang dia lihat. Rasanya tidak ada bedanya membuka mata dengan menutupnya sama-sama tak tampak a
Setelah habis menyantap bubur yang dibuat Rafael.meskipun gambar dan tidak merasakan rasa apapun masakan itu lebih baik daripada masakan Rosaline. Seperti yang dikatakan gadis berambut merah itu, dia petarung bukan koki. Masakan Rosaline bisa membuat orang sakit perut."Memangnya kenapa kalau tidak bisa memasak," gerutu Rosaline. Dia ke dapur lalu melihat bahan makanan dengan cekatan dia mencoba memasak."Bukankah ini mudah, tinggal dimasukkan saja semuanya," gumam Rosaline memotong sayuran yang ada lalu merebusnya di dalam panci.Rosaline melihat Rafael turun dengan membawa wadah kosong. Sepertinya Pangeran Yuasa sudah menghabiskan sarapannya."Kau sedang memasak?" Rafael mendekati Rosaline dan melihat semua bahan telah dimasukkan."Lain kali masukkan satu persatu sesuai dengan tingkat kematangannya, tidak semua bahan memiliki tingkat kematangannya yang sama. Dan jangan kesal dengan tingkah manja Yuasa, dia itu memang pilih-pilih makanan," ucap Rafael."Tuan Rafael sepertinya begitu
Pangeran Yuasa menghela napas panjang. "Ayo ambil senjata," ucapnya dan membawa Rosaline ke ruang bawah tanah. Seperti sudah hafal dengan seluk beluk rumah ini, Pangeran Yuasa sama sekali tidak kesulitan menemukan sebilah pedang tunggal yang ramping lalu sebuah pedang besar yang seperti milik Adrian. Sebuah busur dan beberapa bom tangan. "Untuk apa?" tanya Rosaline saat Pangeran Yuasa menyerahkan pedang besar kepada Rosaline. "Berikan pada Adrian, pedang itu cukup berat kau tahu aku terlalu lemah mengangkatnya," ucap Pangeran Yuasa. Pedang tunggal besar yang hampir setinggi dirinya memang cukup berat. Tapi Rosaline mengangkatnya hanya dengan satu tangan. "Klan Red Ruby memang luar biasa kuat," batin Pangeran Yuasa. "Lalu untuk apa busur dan anak panah ini?" tanya Rosaline yang mengalungkan busur serta anak panah ke punggungnya. "Untuk berjaga-jaga. Biasanya jam pagi akan ada ...." "Kita cepat ke atas saja," lanjut Pangeran Yuasa. Disaat Rosaline dan Pangeran Yuasa bergegas na
Pangeran Yuasa benar-benar takjub, Andrian seorang diri melenyapkan monster yang besarnya tiga kali lipat dirinya. "Rasanya percuma ya tadi mengkhawatirkan Adrian," gelak tawa Pangeran Yuasa terdengar."Pangeran!" teriak Adrian.pangeran Yuasa merasakan krisis di belakangnya berdiri monster yang sama dengan yang baru saja dihabisi Adrian sudah bersiap menerkamnya.Slash!Rosaline memotong cakar yang hampir melukai Pangeran Yuasa. Adrian dan Rosaline bersama-sama menghadapi monster ini.Graaa Seekor monster kecil yang tidak tahu datang dari mana menerkam tubuh Pangeran Yuasa. Darah segar keluar dengan deras."Kenapa banyak monster!" Adrian langsung menebas monster kecil itu dan melepaskan Pangeran Yuasa."Mustahil?!" Monster kecil itu tidak langsung mati meskipun di tebas oleh pedang Adrian."Pangeran!" "Tidak apa-apa, aku bisa memulihkan lukaku," jawab Pangeran Yuasa. Dari tangannya keluar cahaya dan luka di bagian dada akibat terkaman monster itu telah sembuh."Rosaline, bawa Pange
Rafael masuk ke dalam rumah dan melihat Pangeran Yuasa duduk di lantai bersandar ke dinding dekat pintu."Astaga, Yuasa! Kau tidak apa-apa?" Rafael mendekati Pangeran Yuasa dan memeriksanya."Hanya lelah saja, Paman," jawab Pangeran Yuasa.Rafael melihat baju bagian dada Pangeran Yuasa yang terkoyak, jelas terlihat bekas cakaran di bagian itu. Namun, tidak ada luka di sana. Rafael tahu, Pangeran Yuasa sudah menyembuhkan lukanya sendiri."Berapa kali kamu melakukan penyembuhan?" tanya Rafael langsung, dia berasumsi kelelahan yang terjadi akibat menggunakan kemampuan penyembuhan terlalu sering.Pangeran Yuasa mengangkat dua jarinya hingga Rafael tahu berapa kali dia melakukannya."Itu sedikit, tak mungkin kamu kelelahan jika hanya dua kali," balas Rafael."Adrian terluka cukup parah akibat bola petir," sambung Rosaline.Rafael menghela napas panjang, "Pantas saja kalau bola petir, kau memperbaiki luka luar juga luka panas akibat dari petir itu."Adrian terbelalak dia hanya tahu tubuhnya
Persiapan kali ini sudah benar-benar matang. Rafael mempersiapkan semuanya dengan baik. gambar segel yang berada di lantai dilengkapi kristal energi di setiap sudutnya. Kemudian dia juga melengkapi dengan segel barrier berlapis untuk membantu Rosaline nantinya mempertahankan barrier miliknya. "Sepertinya sudah lengkap semua," gumam Rafael.Fury dengan malas tiduran di dekat pintu ruangan yang dibuka lebar-lebar. Dia memejamkan matanya bersama Pangeran Yuasa yang bersandar di perut hangat naga itu."Adrian, kemarilah," panggil Rafael menyerahkan dua buah kristal energi. "Ini?" Andrian baru kali ini mendapatkan kristal energi. Benda ini cukup mahal harganya dan juga sulit didapatkan."Kali ini tidak perlu membuat barrier biar Rosaline saja, dan tugasmu menjaga barrier itu tetap utuh. Perkuat Rosaline." Rafael menepuk pundak Adrian dan berjalan ke arah Rosaline."Rosaline ini untukmu gunakan semuanya, kamu perlu energi lebih untuk mempertahankan barrier. Kali ini harus bisa menyelesaik