Beranda / Urban / Ah! Mantap Mas Ramli / Bab 102 ayok mamam dulu

Share

Bab 102 ayok mamam dulu

Penulis: Miss Luxy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 21:08:03

Ramli bersiap untuk bertemu dengan Vina. Setelah hampir dua bulan lamanya mereka tidak bertemu sama sekali. Di sisi lain, Vina belum menyadari bahwa Ramli sudah datang, wanita itu masih berada di kamarnya sembari memantau kondisi kesehatan sang ayah yang sedikit ngedrop.

Vina menatap ke arah jendela, lamunannya jauh menerawang. Suasana pagi itu sedikit mendung, sinar matahari nampaknya malu-malu kucing di balik awan yang berwarna abu-abu.

Semburat cahaya temaram mulai masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Padahal masih jam sepuluh pagi, tapi suasananya seperti saat di senja hari.

Tak berselang lama, hujan rintik-rintik mulai membasahi bumi, daun-daun menjadi segar dan terlihat begitu menghijau, hujan di pagi hari yang makin menambah kerinduan hatinya kepada Ramli. Entah sampai kapan ia akan bertemu dengan pria itu, atau mungkin itu cuma omongan saja? Mana mungkin suaminya mengizinkan Ramli untuk tinggal lagi di rumah mereka.

Di sisi lain, sebelum Ramli datang menemui Vi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 146 bunuhlah aku!

    Rupanya pintu kamar Ramli tidak dikunci. Perlahan Vina membukanya, suara derit pintu yang terbuka karena engsel yang sudah berkarat seketika membuat Ramli menoleh. Vina melihat ke sisi dalam kamar yang gelap, ternyata Ramli mematikan lampu kamar, namun masih terlihat sedikit jelas karena adanya pantulan cahaya dari lubang ventilasi di kamar tersebut. Vina memberanikan diri masuk ke dalam Ramli yang gelap, dengan gerakan hati-hati, wanita itu berjalan masuk dan ia hendak mencari arah saklar lampu yang ada di dinding. Sebagai pemilik rumah, tentu saja Vina sudah hafal di mana letak saklar lampu di kamar sang pelayan. Sementara itu ada dua mata tajam sedang memperhatikan gerak-gerik Vina dalam kegelapan. Iya, Ramli mengira jika itu adalah maling atau seseorang yang sengaja masuk ke kamarnya. Vina sendiri tidak curiga sama sekali jika Ramli sedang waspada. Pria itu beranjak berdiri dan dengan langkah kaki mengendap-endap, Ramli mendekati sosok bayangan orang tersebut dan akan bers

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 145 segera menyingkirkan Ramli

    Vina dan Rangga sama-sama tercekat, dan Vina pun segera menjawab pertanyaan sang Papa dengan nada bercanda agar tidak curiga. "Eh, Papa. Enggak, tadi Mas Rangga cuma bercanda, kita tidak ngomongin yang aneh-aneh kok!" katanya berbohong. "Ohhh ya, Papa istirahat aja dulu, ya. Papa pasti capek, ayo aku antar ke kamar!" lanjut Vina sambil pura-pura mengantar sang ayah ke kamar tamu. Tuan Andreas pun menuruti permintaan sang anak. Namun sebelum pria itu pergi, Tuan Andreas berbicara pada anak dan menantunya. "Dengarkan papa! Kalian ini jangan sering-sering bertengkar. Papa tahu kamu dan suami sedang ada masalah. Sebisa mungkin kalian selesaikan secara baik-baik. Apalagi kamu sedang hamil, Vin. Ibu hamil nggak boleh berpikir macam-macam, ya!" ucap Tuan Andreas menasehati putrinya. Lalu pria itu menatap wajah menantunya yang masih terlihat balutan luka di kepalanya. "Dan kamu, Rangga. Sebagai seorang suami, kamu harus bisa menjaga perasaan istrimu. Kau tahu Vina ini sangat manja

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 144 air mata buaya

    "Vin, kamu sekarang udah berani nolak suamimu, hah! Sadar, Vin! Aku ini suamimu dan kamu wajib nurut sama aku!" ucap Rangga dengan serius. Sambil menyelipkan rambutnya di telinga, Vina menjawabnya dengan tatapan malas. "Kenapa baru sekarang kamu mengakui kalau kamu adalah suamiku? Terus, suami macam apa yang membiarkan istrinya ditiduri oleh pria lain, hah? Pernahkah nggak sih kamu berpikiran seperti itu, Mas? Kamu masih sehat, kan?" jawab Vina dan Rangga pun berusaha untuk menjelaskannya kepada sang istri. "Iya, tapi dengarkan dulu...!" "Udah cukup!" Vina langsung memotong pembicaraan suaminya. "Sudah cukup sandiwara kita, Mas! Sebenarnya aku sudah lama berencana untuk pisah sama kamu. Aku rasa sudah tidak ada gunanya lagi kita mempertahankan rumah tangga yang sangat bobrok seperti ini! Kamu udah hancurin aku! Kamu udah rendahkan kehormatanku sebagai seorang istri dan paling parah, kamu udah tidur dengan perempuan itu! Sempurna bukan? Tinggal menggugat cerai saja!" Sungguh,

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 143 ingin bercinta

    Sementara itu di tempat lain, Tuan Andreas sedang berbicara dengan sang anak tentang pelayan itu, tiada lain adalah Ramli. Mereka mengobrol di ruangan kerja tempat di mana Vina biasanya menyelesaikan pekerjaan kantornya di sana. "Papa mau ngomong apa, habis ini aku mau tidur, ngantuk dan capek banget!" kata Vina mengawali obrolan mereka. "Sebenarnya Papa tidak mau mencampuri urusan kalian, hanya saja kali ini Papa harus meluruskan sesuatu agar kamu tidak salah arah, Vin. Apalagi saat ini kamu sedang hamil cucu-cucu Papa!" ucap Tuan Andreas dengan serius. Vina menghela napas dan ia tahu kw mana arah pembicaraan sang papa. "Tentang Ramli?" jawab Vina to the point. "Iya, seharusnya kamu sebagai istri harus bisa menjaga diri. Ramli itu cuma pembantu, Vina. Dia cuma pelayan kampung yang miskin. Papa tuh cuma nggak mau kamu jadi ketergantungan pada pria itu. Toh, dia bukan ayah bayimu, ayahnya adalah Rangga, harusnya kamu bisa sadar dong!" kata Tuan Andreas. Rasanya Vina

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 142 Ramli punya keluarga

    Ayu dan Bagas terkejut saat melihat Romi yang sedang menangis. Kedua bocah itu pun heran kenapa Romi menangis. "Pak Dhe Romi kenapa tuh, kak? Kok nangis, ya!" bisik Ayu pada sang kakak. Bagas ikut menoleh dan melihat bagaimana kedua mata Romi yang memerah karena sedang menangis. "Nggak tahu tuh, Dek," jawab Bagas sambil mengangkat bahunya. Lalu Ayu memberanikan diri untuk bertanya kepada Romi. Gadis kecil itu berjalan mendekati Romi sambil melihat wajah pria itu dengan tatapan menyelidik. "Pak Dhe kenapa? Nangis?" tanya Ayu. Spontan Romi terkejut saat bocah itu tiba-tiba berdiri di hadapannya. Seketika Romi langsung menunjukkan senyumnya dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. "Eh, siapa yang nangis, enggak kok!" jawabnya mengelak. "Lah itu matanya merah, hidungnya juga merah. Pak Dhe nangisin apa?" tanya Ayu dengan lugunya. Bagas pun ikut mendekati Romi dan berdiri di samping sang adik. "Iya loh, Pak Dhe nangis! Itu hidungnya jadi mekar kayak jambu!" imbuh Bagas sambil menunju

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 141 kangen ibu

    "Oke!" Vina mengiyakan permintaan sang Papa. Di sisi lain Rangga sangat kesal karena Ramli masih dilindungi istrinya. Usahanya kali ini gagal untuk mempengaruhi Tuan Andreas, tapi dia tidak akan tinggal diam. Rangga akan terus berusaha untuk menyingkirkan Ramli dari rumah mereka. Sementara itu Ramli kembali ke kamarnya, pertemuannya dengan Tuan Andreas untuk kali kedua cukup membuatnya teringat lagi akan kedua orang tuanya yang meninggal gara-gara pria itu. Jika teringat Tuan Andreas, dendamnya tidak mungkin bisa padam meskipun anak pria itu sudah membuatnya jatuh cinta. Ramli masuk ke kamarnya, pria mengepalkan kedua tangannya lalu ia meninju dinding untuk melampiaskan kemarahannya. Wajahnya sangat tegang dan berkali-kali ia memukuli benda padat dan kuat itu. Tak bisa dielakkan jika tangannya menjadi berdarah. Sakit, perih dan ngilu. Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dirasakan oleh kedua orang tuanya menjelang ajal. Tubuh Ramli bergetar, ia menunduk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status