Home / Urban / Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga! / 130. Paksaan Junaidi. Menerima murid ke dua.

Share

130. Paksaan Junaidi. Menerima murid ke dua.

Author: Al_Fazza
last update Last Updated: 2025-07-18 16:49:11

"Aku iblis? Bukankah kata kata itu terlalu kejam bagi pria setampan aku?" Bintang menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengambil seluruh pot yang ada diatas meja.

Melainkan dia hanya mengambil semua taruhannya sendiri.

"Apa maksudmu?" tanya sang pelayan heran dengan tindakan Bintang.

Bahkan sama halnya dengan para pemain lain yang terdiam kini mulai menganggukan kepala mereka.

"Anggap saja, bertukar ilmu... Uang itu, ku kembalikan padamu... Lagi pula, aku tak terlalu membutuhkan uang." Sembari menatap kearah sang pelayan.

"Aku telah memenangkan pertandingan... Sekarang, dimana aku bisa menemui Dewi Judi?"

Sang Manager yang terpukau dengan cara permainan Bintang segera menyeret tubuh Bintang keruangan pribadi miliknya.

Melihat tindakan ini, Bintang menaikan alisnya.

"Kenapa kamu membawaku kesini?"

"Disini ruangan milik Dewi Judi, sekaligus tempat ku bekerja... Dewi Judi beberapa Minggu yang lalu berkata, dia ingin berkelana bersama ketiga rekannya di desa pelosok..." Sang Manager terseny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   255. Desa Tanah Suci. Mendirikan klinik!

    Ardhana terdiam. Di benaknya kilat ingatanm, tangan ibunya mengajari cara mengidentifikasi sebuah penyakit, ayahnya mengajari langkah-langkah tenang sebelum bertempur. Menjadi tabib bukan asing baginya."Aku tak perlu nasehat darimu... Kelak, jika kau memanfaatkan, bahkan menyinggungku lagi, aku takan segan..." ungkapannya berhenti ditengah jalan, sembari terus meninggalkan ruangan itu.Nimira tersenyum samar. “Kau kira, kamu bisa bermain di wilayah negara musuh dengan mudah? Ardhana, aku akan tetap menunggumu datang, meminta pertolonganku!"*Hari berikutnya. Di tepi lembah, berdiri sebuah pedesaan kecil yang penuh dengan hiruk pikuk aktivitas sederhananya."Paman paman? Kenapa sampai saat ini anda memakai topeng?" pemuda kecil, bernama Steven menarik pakaian Ardhana dengan lembut.Meski masih muda, Ardhana yang menyembunyikan identitasnya dari pasukan Blades tersenyum samar dibalik topengnya."Steven, paman memiliki luka luar diwajah... Mungkin Steven sendiri akan ketakutan ketika m

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   254. Niat Nimira yang memanfaatkan Ardhana.

    Tubuh Ardhana tergeletak tak sadarkan diri di atas usungan batu datar, seluruh tubuhnya penuh luka, racun korosif yang berwarna ungu kehijauan masih berdenyut di pembuluh darahnya. Nafasnya berat, kulitnya pucat, bahkan nafas pada nadi tubuhnya nyaris padam.Lorong batu berkelok yang menuju Paviliun Teratai Suci terasa dingin dan sunyi. Pasukan bercadar hitam yang membawanya bergerak cepat, namun wajah mereka menyiratkan kecemasan.“Lukanya terlalu dalam,” bisik salah satu dari mereka. “Racun itu bukan sembarang racun. Itu racun penghancur darah dipakai oleh pasukan elit Kardaya untuk membunuh pemberontak seperti kita ditempat.”"Tapi dia bisa bertahan selama ini..." “Diam! Kau mau kepala kita ikut dipenggal karena banyak bicara?” balas rekannya cepat.Langkah mereka berhenti tepat di depan gerbang bawah tanah berukir teratai perak. Begitu pintu batu terbuka, hawa lembab bercampur wangi bunga teratai memenuhi udara. Lentera-lentera kristal menyala lembut, menerangi ruangan luas di ba

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   253.

    Anak panah berdesing menembus udara, menyambar bahu Ardhana dengan kecepatan tinggi. Ia menunduk cepat, berputar di udara, dan mendarat di atap rumah batu yang sebagian sudah runtuh. Api membakar di bawahnya, menyebar ke segala penjuru kota Kardaya.“Jangan biarkan dia lolos!” teriak seorang perwira dari bawah. “Panah! Panah berapi!”Rentetan anak panah berujung api terlepas ke langit malam. Ardhana berlari di atas atap, melompat dari satu bangunan ke bangunan lain. Setiap kali kakinya menjejak, pecahan genting berhamburan.CTIIING!Ia menebas dua anak panah di udara, lalu berputar cepat. Aura pedangnya menyalakan kilau biru di tengah kobaran merah.Dari jauh, pasukan Kardaya yang mengenakan zirah merah keperakan mulai mengepung dari empat arah. Mereka membentuk formasi busur, memanfaatkan jalan-jalan sempit sebagai perangkap.“Anggota paviliun Teratai Suci!” teriak salah satu prajurit. “Kau telah membawa neraka ke kota ini! Serahkan dirimu!”Ardhana berhenti di ujung atap, pandangann

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   252.

    Ledakan demi ledakan mengguncang kota Kardaya. Api menjilat langit malam, asap hitam menutup bulan. Jeritan, dentingan pedang, dan suara bangunan runtuh bergema di seluruh penjuru kota.Ardhana berdiri di tengah reruntuhan pasar utama, rambutnya tertiup angin panas, matanya menatap ke sekeliling dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan antara marah, bingung, dan kecewa.“Shinra!” teriaknya keras, suaranya mengalahkan bising ledakan. “Apa yang kalian lakukan?!”Shinra muncul dari balik kobaran api, pakaian perangnya berlumuran debu dan abu. Di tangan kanannya, pedang panjang berlumuran darah segar, dan di belakangnya, puluhan anggota Paviliun Teratai Suci terus menyerang warga dan pasukan penjaga kota.“Perintah Nimira jelas,” katanya dingin. “Hancurkan Kardaya sampai tak tersisa. Mereka semua pengkhianat yang menyembunyikan kebenaran!”Ardhana mencengkeram gagang pedangnya kuat-kuat. “Bukan begitu caranya! Aku datang untuk mencari kebenaran, bukan untuk membantai warga sipil!”Shinra

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   251.

    Nimira berbalik tanpa berkata apa pun lagi. Gaun putih keperakannya berayun lembut setiap kali ia melangkah, meninggalkan jejak embun yang perlahan menghilang di lantai batu. Ardhana mengikutinya, langkahnya mantap tapi wajahnya penuh tanya.Mereka berjalan menyusuri lorong panjang di balik altar, di mana dinding batu berhias relief teratai dan naga berselimut lumut lembap. Semakin jauh ke dalam, udara terasa makin berat, seperti menyimpan rahasia besar tentang organisasi yang ada dibawah tanah kota Tujuh Hantu.Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan berbentuk bulat. Di tengahnya, terdapat meja batu berukir lambang Teratai Suci, dan di atasnya terhampar peta tujuh wilayah rahasia. Lentera hijau kebiruan menggantung rendah, menyorot beberapa titik merah yang berkilau seperti darah.Nimira berhenti di depan meja, lalu menatap Ardhana.“Putra naga… Kakekmu, Sang Maha Raja, memang mati ditangan pejuang berani mati negara Teratai Suci ini.”Ardhana mengerutkan kening. “Aku tahu itu?

  • Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!   250.

    Dari balik kolam teratai yang berkilau samar, bayangan seorang wanita melangkah perlahan. Suara langkahnya tenang, tapi setiap langkah seolah menggetarkan air di sekelilingnya.Gaunnya berwarna putih keperakan, panjang menyentuh lantai, dan topeng perak menutupi setengah wajahnya. Rambutnya diikat tinggi dengan pita merah muda pucat satu-satunya warna lembut di tempat penuh bayangan itu.Ardhana mulai mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan tatapan tajam wanita itu. Mata yang tenang, tapi terlihat cukup berbahaya.Wanita itu berbicara, suaranya sejuk namun mengandung wibawa yang tak bisa ditolak.“Namaku Nimira, penerus kepala Paviliun Teratai Suci. Dan kau…” ia berhenti sejenak, menatap tajam ke arah plakat emas di tangan Ardhana. “Kau membawa simbol kehormatan tanpa izin langsung dariku. Itu berarti, seseorang di luar memberi kepercayaan besar padamu. Tapi di sini, sebuah kepercayaan akan berlaku tergantung kemampuan seseorang…”Nimira mengangkat tangannya, dan air di kolam be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status