Share

Ep 04. Siapa Dia Sebenarnya??

"Lalu, apakah Dewa Quan mati di tangan mereka?"

Pertanyaan Hou Yi membuat Nyonya Wen menoleh padanya beberapa detik, sebelum menengadah ke langit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan.

"Sayangnya, tidak ada yang tahu tentang hal itu." Embusan napas panjang terdengar dari bibir Nyonya Wen. Wanita itu kembali berujar setelahnya. "Namun yang kudengar, ketika peperangan itu masih berlangsung ... Mereka menghilang. Jadi, kemungkinan besar mereka semua masih hidup."

Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, akhirnya dua sosok beda usia memasuki gerbang kota lalu menuju pasar untuk membeli bahan makanan. Namun, langkah kaki Hou Yi berhenti saat melihat tanaman obat tersusun rapi di atas meja seorang penjual.

"Hei, Nak, apa yang kamu lihat? Apakah kamu ingin mencuri tanaman obat milikku?!"

Seruan penjual tersebut menyentak Hou Yi. Pandangannya yang semula mengarah pada tanaman obat yang dijual kini mengarah kepada si penjual tanaman tersebut.

"Aku bukan pencuri, aku hanya ingin melihat bunga lotus api hitam!"

Penjual tersebut tersedak minumnya. "Apa? Kamu mengetahui nama tanaman ini?" Ia begitu kaget saat mendengar seorang bocah mampu mengenali salah satu tanaman obat yang ia pajang untuk dijual.

"Tentu saja!"

Kemudian, Hou Yi menyebutkan satu-persatu nama tanaman obat tersebut beserta fungsinya, membuat si penjual ternganga tidak percaya.

"Luar biasa! Bakat yang mengerikan!" pujinya. Ia kemudian mengulurkan tangannya pada Hou Yi. "Perkenalkan, aku Wu Sin, alkemis dari klan angin utara!"

Hou Yi menyambut uluran tangan Alkemis Wu Sin. "Namaku Hou Yi, aku tinggal di panti asuhan."

Wu Sin tersenyum, ia begitu senang menemukan Hou Yi dengan bakatnya yang luar biasa. Ia kemudian memutuskan untuk memberikan hadiah pada bocah tersebut. "Karena kamu mampu menyebutkan semua tanaman obat milikku, aku akan memberikan hadiah untukmu," katanya. Sebuah tanaman obat kemudian ia pilih dan ia sodorkan pada Hou Yi. "Tanaman obat ini pasti berguna, terimalah!"

Hou Yi menggeleng, ia sungkan menerima hadiah tersebut. "Tidak perlu, Paman. Aku tidak mengharapkan imbalan."

Wu Sin tidak mendengarkan, ia langsung menaruh tanaman obat tersebut di tangan Hou Yi. "Sudah, ambil saja. Ini gratis untukmu!"

"Terima kasih, Paman. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu!" Hou Yi kemudian menganggukkan kepalanya. Bertepatan dengan itu, Nyonya Wen datang dengan membawa beberapa kantung belanja.

"Hou Yi, Bibi sudah membeli bahan makanan. Ayo kita kembali!"

"Iya!" Hou Yi berbalik dan mengikuti langkah Nyonya Wen.

Nyonya Wen mengerutkan keningnya saat melihat Hou Yi membawa sebuah buah tangan. "Apa yang kamu pegang?"

Hou Yi menunjukkan hadiahnya pada Nyonya Wen. "Tanaman obat. Paman Wu Sin memberikannya."

Mata Nyonya Wen berbinar. "Wah, benarkah? Tanaman obat ini pasti sangat mahal."

"Apa?" Sesaat, Hou Yi merasa bersalah. Bocah itu berpikiran, seharusnya Alkemis Wu Sin bisa mendapatkan uang banyak jika menjual tanaman ini pada pembeli. "Aku tidak tahu harganya kalau sangat mahal. Kalau gitu, aku akan mengembalikan--" Hou Yi menoleh ke belakang, tempat Alkemis Wu Sin menjual tanamannya tadi.

Namun, sosok yang dicarinya itu sudah tidak lagi ditemukan. Bahkan, barang jualannya yang tadi disusun rapi pun sudah tidak terlihat sekarang. "Cepat sekali paman itu pergi. Padahal, aku mau mengembalikan tanaman obat mahal ini ...."

Saat Hou Yi dan Nyonya Wen sudah kembali, semua anak panti asuhan sudah tertidur pulas. Nyonya Wen menaruh barang belanjaan lalu berjalan menuju kamarnya, sedangkan Hou Yi pergi ke dapur untuk membuat ramuan obat. Karena tidak ada tungku api khusus, Hou Yi hanya bisa merebus tanaman obat untuk membersihkan semua racun di dalam tubuh.

"Aku harap ramuan obat ini bisa menyembuhkan semua luka dalamku," ucap Hou Yi meminum habis semua ramuan obat yang berhasil dibuatnya. "Agh… enak sekali. Tubuh dan pikiranku serasa jauh lebih tenang. Sekarang aku ingin tidur!"

Anak kecil berusia empat tahun itu kemudian berjalan menuju kamar. Tiba-tiba, sinar cahaya yang begitu terang menyilaukan mata muncul di dekat sebuah patung yang ada di halaman. Patung tersebut adalah makam leluhur Hou Yen. Orang-orang percaya, hanya jasadnya yang berbaring di sana, meski pada dasarnya, jiwa leluhur Hou Yen sebetulnya tidak mati.

"Kenapa patung itu begitu aneh ... seperti menatapku?" Hou Yi merasakan bulu kuduknya meremang karena ketakutan. "Sebaiknya aku segera pergi ke kamar!"

Tak lama usai Hou Yi masuk kamar, sekumpulan kabut hitam muncul di atas kepala patung. Ia adalah jiwa Hou Yen, guru 'leluhur' Hou Yi. Jiwa kabut Hou Yen mengamati tingkah anak berusia 4 tahun itu dengan perasaan heran. "Kenapa aku merasa anak itu tidak asing? Siapa dia sebenarnya?"

Dz

Bersambung…

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status