Share

Ep 7. Gadis Nakal Hai Rong

Ep 7. Gadis Nakal Hai Rong

"Apakah itu berarti ...." Hou Yi menatap Wu Sin sebelum melanjutkan ucapannya. "Peperangan ini hanya berhenti sementara, dan akan dilanjutkan ketika kondisi mereka telah pulih?" lanjut Hou Yi bertanya.

Wu Sin menganggukkan kepalanya. "Benar."

Wu Sin ingat, keadaan saat itu sangat kacau. Selama 700 tahun berperang, jumlah korban dan pihak yang terlibat tidak terhitung jumlahnya. Dari perang tersebut juga banyak pihak yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan wilayah kekuasaan.

Contohnya kerajaan besar yang dulunya dipimpin Raja Jia Lin terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah kerjaan Xie Xia yang dipimpin oleh Ratu Xie Xia. Ratu Xie Xia adalah putri Dewa Xia dan Dewi Xie, sedangkan keturunan asli dari keluarga Jia tidak mendapatkan satupun kekuasaan. Sekarang, keluarga Jia yang memiliki darah keturunan Raja Jia Lin bertahan hidup dengan cara sembunyi-sembunyi.

Ratu Ular menoleh ke arah Wu Sin dan Hou Yi, tak ingin pembahasan ini kembali membangkitkan lukanya yang masih basah. "Pergilah, tidak ada gunanya memperpanjang masalah. Intinya, dunia sedang tidak baik-baik saja!"

Setelahnya, Ratu Ular menjentikkan jari dan membuat Hou Yi dan Wu Sin berpindah tempat, lalu muncul di depan panti asuhan. Nyonya Wen dan semua anak-anak yang tengah mencari-cari Hou Yi lantas berlari menghampiri mereka.

"Hou Yi, akhirnya kamu kembali. Ke mana saja kamu?"

"Maafkan aku Bibi, aku tersesat di hutan. Untung saja Paman Wu Sin menyelamatkanku!"

Nyonya Wen menoleh ke arah pria yang dimaksud Hou Yi. "Alkemis Wu Sin, maafkan aku baru mengetahui kalau itu adalah dirimu!" ucap Nyonya Wen seraya memberikan hormat.

"Tidak perlu begitu."

Ingin berterima kasih karena telah menolong anak pantinya, Nyonya Wen kemudian meminta Wu Sin untuk tinggal sejenak. Sayang, Wu Sin menolak karena urusan yang harus dia selesaikan. Usai pria itu pamit, Nyonya Wen kemudian mengajak Hou Yi masuk.

"Hou Yi, ayo masuk!"

"Iya Bibi." Hou Yi menurut, tetapi ia kemudian teringat akan tujuannya yang lain. "Tapi, aku ingin membuat ramuan obat, Bibi."

Nyonya Wen menatap Hou Yi dengan raut wajah seriusnya. "Apakah kamu bisa melakukannya?"

Hou Yi mengangguk yakin. "Hehe… tentu saja!"

Nyonya Wen kemudian mengangguk, tanda ia telah mengizinkan Hou Yi, setelahnya ia kembali lagi pada anak-anak lainnya. "Anak-anak, ayo kita lanjutkan latihan!" perintahnya kemudian.

"Baik Bibi!"

Hou Yi berjalan ke halaman belakang, ia menyalakan api dan memasukkan air ke dalam wajan untuk merebus semua tanaman obat.

"Meskipun rasanya begitu pahit, mau tidak mau aku harus meminumnya untuk memulihkan kondisiku!" ucap Hou Yi melihat air mulai mendidih.

Setelahnya, ia pun mulai fokus untuk merebus tanaman obat. 30 menit kemudian ramuan tersebut telah jadi. Hou Yi memindahkannya ke sebuah cangkir dan meminum semua ramuan tersebut. Setelah itu, ia duduk berkultivasi untuk mempercepat reaksi obat. Bahan obat berkualitas tinggi yang didapatkan dari Ratu Ular mampu mengaktifkan keistimewaan tubuh surgawi anak berusia empat tahun. Ia begitu fokus, hingga kehilangan kesadaran dan terlempar ke alam bawah sadarnya sendiri.

"Di mana aku?" Hou Yi memandang sekitarnya. Sesaat kemudian, ia melotot saat melihat perubahan yang terjadi pada dirinya. "I-ini, tubuh surgawi!! Aku memiliki tubuh istimewa dan nafas ini juga sangat berbeda!"

Hou Yi berlutut memegang kepalanya. "Kehidupan keduaku memang sangat beruntung, tapi ... kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Apakah aku tidak memiliki masa lalu?"

Hou Yi masih bertanya-tanya saat kemudian namanya dipanggil oleh seseorang. "Hoi Yi!" Suara tersebut menggema begitu kuat. "Hou Yi!"

Hou Yi memutar badannya, mencaritahu dari mana asal suara tersebut. "Di mana kamu? Keluarlah dan perlihatkan dirimu!"

Suara seseorang itu kembali terdengar, kali ini dengan nada yang begitu kesal dan bahkan sampai mengguncang-guncang tubuhnya begitu kuat. "Hou Yi…!"

Seketika, tubuh Hou Yi yang semula tak sadarkan diri kembali tegak. "A-aku tertidur!"

Orang itu merupakan Hai Rong, yang lagi-lagi tengah bertolak pinggang dengan tatapan kesal ke arahnya.

"Bisa-bisanya kamu tidur di sini!" katanya dengan nada memerintah yang begitu menjengkelkan.

"Cepat bersihkan kamar mandi! Hari ini adalah tugasmu!"

Meski tak mengerti mengapa Hai Rong selalu kesal padanya, Hou Yi pun menuruti perkataan gadis itu.

"Kenapa dia suka marah-marah, padahal aku tidak salah apa-apa. Apa dia gila!"

Hai Rong rupanya mendengar umpatan Hou Yi. Ia pun berteriak tidak terima. "Apa katamu, aku gila?"

"Tidak-tidak!" Hou Yi segera berlari menuju kamar mandi dengan berlari.

Setelah tiba di sana ia membersihkan tempat tersebut. Beberapa anak berjalan menghampiri lalu membuat kamar mandi yang sudah bersih menjadi kotor kembali. Kesal, Hou Yi menyiramkan air ke tiga anak nakal tersebut. "Kalian, beraninya melakukan itu!"

Salah satu di antara tiga anak itu menatap Hou Yi dengan marah. "Hou Yi, kamu membuat jubahku basah!" teriaknya. Detik berikutnya, ia mengepalkan tinju dan menyerang Hou Yi seketika. "Sekarang terimalah ini!"

BUG!

Tiga anak memukuli Hou Yi di kamar mandi, setelah itu meninggalkannya sendirian yang sudah tak sadarkan diri.

Perlahan, saat malam semakin larut, Hai Rong yang sedang mengecek kamar mandi kembali melihat Hou Yi terbaring. Ia pun menggelengkan kepalanya, heran dan kesal pada bocah 4 tahun ini. "Dasar pemalas, bukannya membersihkan kamar mandi, dia malah tidur di sini!"

umpatnya, kemudian ia menendang tubuh Hou Yi beberapa kali. "Hei … kamu, cepat bangun!"

"Argh, sakit!" Hou Yi mengeluh karena tendangan Hai Rong di lengannya.

"Kenapa kamu malah tidur?! Aku menyuruhmu membersihkan kamar mandi!" Gadis itu kembali berteriak pada Hou Yi.

Segera, bocah 4 tahun itu bangun dan melanjutkan pekerjaannya ymembersihkan kamar mandi. "Maafkan aku!"

"Malam ini aku tidak memberikan kamu jatah makanan!" ancam Hai Rong.

Hoi Yi menatap Hai Rong dengan bingung. "Bukannya ibumu yang memberikan kami makanan?"

Dagu gadis itu ia tinggikan, kesombongan begitu terpancar dari wajahnya sekarang. "Itu benar. Tapi, apa kamu lupa, aku juga membantu ibuku menyelesaikan urusan semua anak di sini?!"

"Terserahmu!" Hou Yi memutuskan untuk tidak meladeni Hai Rong dan fokus pada pekerjaannya. Setelah selesai membersihkan kamar mandi, Hou Yi berjalan menuju kamar tanpa mengatakan apa pun. Ia segera menutup pintu kamar dengan keras.

Hai Rong mengepalkan tangannya. "Aku akan melaporkanmu kepada ibuku, lihat saja setelah ini kamu akan dimarahi!" Gadis itu kemudian pergi dengan entakan kakinya.

Di dalam kamar, anak berusia empat tahun itu duduk di atas tempat tidur dengan pandangan mengawang. Ia begitu terpukul atas perlakuan semua orang kepada dirinya, terlebih Hai Rong.

"Kenapa mereka membenciku, apa salahku? Kenapa bisa terjadi?!" Ia merasa hidupnya saat ini sangatlah tidak adil. "Aku tidak tahu siapa orang tuaku, aku juga tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ini. Kenapa dengan diriku, siapa aku sebenarnya?"

Hou Yi terdiam membisu memikirkan apa yang sedang terjadi, tanpa terasa air matanya menetes dari celah matanya. Saat Hou Yi tengah larut dalam perasaannya, sebuah suara berbicara dan mengagetkannya.

"Hou Yi, baru kali ini aku melihatmu menangis setelah 1000 tahun ...."

Hou Yi pun langsung menghapus jejak air matanya. Bola matanya kini membuka waspada.

"Si-siapa kamu?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status