Home / Young Adult / "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*" / **Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

Share

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

Author: Aaiyuu_195
last update Last Updated: 2024-08-17 14:00:02

**Bab 9: Gelombang Pengungkapan**

Hari berikutnya, Rina tiba di sekolah dengan perasaan was-was. Meskipun ia telah mengambil langkah besar dengan melaporkan kejadian yang menimpanya, ketakutan dan kecemasan masih menghantuinya. Bagaimanapun, ia sadar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensinya sendiri. Ia tahu bahwa hari ini mungkin akan menjadi titik balik yang besar dalam hidupnya.

Begitu Rina memasuki gerbang sekolah, ia langsung merasakan perubahan atmosfer. Ada bisikan-bisikan di antara siswa-siswa yang berjalan di lorong, tatapan-tatapan yang seolah-olah mengikuti setiap langkahnya. Rina menundukkan kepala, mencoba untuk tidak memikirkan apa yang mungkin sedang mereka bicarakan. Ia tidak tahu apakah berita tentang laporan yang dibuatnya sudah menyebar atau apakah itu hanya perasaan paranoid yang masih membayangi.

Sesampainya di kelas, Lani sudah menunggu di mejanya. Melihat sahabatnya, Rina merasakan sedikit kelegaan. Lani memberikan senyuman dukungan, seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Bagaimana perasaanmu hari ini, Rin?" tanya Lani dengan nada lembut.

Rina mengangkat bahu. "Sedikit cemas, tapi aku tahu ini sudah di luar kendaliku sekarang. Aku hanya berharap semuanya bisa diselesaikan dengan cepat."

Lani mengangguk. "Aku ada di sini untukmu, Rin. Apa pun yang terjadi, kita akan hadapi ini bersama-sama."

Rina tersenyum tipis. Kata-kata Lani memberinya kekuatan, meskipun hanya sedikit. Sebelum percakapan mereka bisa berlanjut lebih jauh, bel berbunyi menandakan dimulainya pelajaran pertama.

Hari itu berjalan dengan lambat dan tegang. Rina mencoba berkonsentrasi pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang-layang. Ketika jam istirahat tiba, Rina dan Lani memutuskan untuk menghabiskan waktu di tempat yang lebih sepi. Mereka berdua memilih untuk duduk di taman belakang sekolah, jauh dari keramaian kantin yang biasanya penuh dengan siswa.

Tiba-tiba, ponsel Rina bergetar. Ketika ia melihat layarnya, ia melihat bahwa itu adalah pesan dari Bu Hesti, meminta Rina untuk datang ke ruang konseling secepatnya. Hati Rina mulai berdebar kencang. Ia tahu bahwa ini pasti berkaitan dengan laporan yang telah ia buat.

"Bu Hesti mau aku ke ruang konseling sekarang," kata Rina pada Lani, berusaha menyembunyikan kecemasannya.

Lani menggenggam tangan Rina dengan lembut. "Aku ikut sama kamu, Rin. Nggak apa-apa, kita akan hadapi ini sama-sama."

Rina merasa sedikit lega dengan kehadiran Lani di sampingnya. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang konseling dengan langkah yang lebih mantap. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh Bu Hesti yang tampak serius.

"Rina, Lani, silakan duduk," kata Bu Hesti sambil menunjuk ke kursi di hadapannya. Setelah mereka duduk, Bu Hesti melanjutkan, "Pak Budi sudah melakukan penyelidikan awal tentang laporanmu. Kami juga telah berbicara dengan Siska dan Ardi."

Rina menelan ludah, merasa gugup. "Apa yang mereka katakan, Bu?"

Bu Hesti menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Siska dan Ardi awalnya membantah tuduhan itu, tetapi setelah beberapa konfrontasi dan bukti yang ditemukan, mereka akhirnya mengakui bahwa mereka terlibat dalam kejadian tersebut. Mereka juga mengungkapkan bahwa ada pihak lain yang terlibat, yang mungkin tidak kamu sadari sebelumnya."

Rina terkejut mendengar ini. "Pihak lain? Siapa, Bu?"

Bu Hesti menatap Rina dengan penuh perhatian. "Mereka menyebutkan bahwa ada teman-teman mereka yang ikut serta dalam perencanaan kejadian tersebut, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam apa yang terjadi padamu. Sekolah akan menindaklanjuti ini dan memastikan semua yang bertanggung jawab akan mendapatkan konsekuensi yang sesuai."

Rina merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena akhirnya kebenaran mulai terungkap. Namun, di sisi lain, rasa takut dan kecemasan semakin meningkat karena menyadari bahwa kejadian ini lebih besar dari yang ia bayangkan.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya, Bu?" tanya Lani, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.

"Kami akan mengadakan pertemuan dengan orang tua Siska dan Ardi, serta pihak-pihak lain yang terlibat," jawab Bu Hesti. "Ini adalah proses yang akan memakan waktu, tetapi sekolah berkomitmen untuk memastikan keadilan ditegakkan. Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak berwenang, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan dilibatkan jika diperlukan."

Rina merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Meskipun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang benar, tetap saja, menghadapi kenyataan bahwa masalah ini akan melibatkan banyak orang membuatnya merasa tertekan. Bagaimana reaksi orang-orang di sekitarnya nanti? Bagaimana tanggapan teman-teman sekelasnya ketika mereka mengetahui bahwa Siska dan Ardi terlibat?

Melihat ekspresi wajah Rina yang tegang, Bu Hesti mencoba menenangkannya. "Rina, kamu sudah sangat berani untuk melaporkan kejadian ini. Apa pun yang terjadi selanjutnya, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian. Kami semua ada di sini untuk mendukungmu."

Lani mengangguk setuju. "Rin, kita akan hadapi ini bersama. Jangan pernah merasa kamu harus melakukannya sendiri."

Rina mengangguk pelan, mencoba untuk menguatkan dirinya. Meskipun ini adalah perjalanan yang berat, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang peduli padanya dan siap membantu. Rina tahu bahwa langkah-langkah ke depan akan sulit, tetapi dengan dukungan dari Lani, Bu Hesti, dan bahkan Pak Budi, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Setelah pertemuan itu, Rina dan Lani kembali ke kelas. Meskipun perasaan cemas masih ada, Rina merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa proses ini akan memakan waktu, tetapi ia juga tahu bahwa ini adalah langkah penting menuju pemulihan.

Malam itu, Rina kembali menulis di jurnalnya, mencurahkan semua pikiran dan perasaannya. Menulis telah menjadi pelarian yang memberinya kedamaian, meskipun hanya sementara. Ketika ia menulis, Rina berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah. Apa pun yang terjadi, ia akan terus maju dan berjuang untuk keadilan.

Dengan tekad itu, Rina menutup jurnalnya dan menatap keluar jendela. Di luar, langit malam terlihat tenang, seolah-olah memberi isyarat bahwa badai yang sedang ia hadapi akan segera berlalu. Meskipun ia tahu bahwa masih banyak hal yang harus dilalui, Rina merasa sedikit lebih kuat untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

---

Jika Anda ingin melanjutkan ke **Bab 10**, saya siap untuk melanjutkannya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"    **Bab 32: Awal yang Baru**

    ---**Bab 32: Awal yang Baru**Setelah setahun penuh tantangan dan pencapaian, Rina menikmati sejenak kehidupan yang lebih tenang. Kariernya telah mapan, dan ia merasa nyaman dengan perannya di perusahaan. Namun, di tengah rasa puas dan nyaman ini, ada dorongan baru yang tumbuh di dalam dirinya—dorongan untuk memberikan dampak yang lebih besar, melampaui batasan pekerjaannya di perusahaan multinasional tersebut.Rina mulai merenungkan bagaimana ia bisa menggabungkan passion-nya dalam komunikasi dengan keinginannya untuk berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat. Ia teringat akan teman-teman lamanya yang telah memilih jalan karier berbeda, ada yang menjadi dokter, pengacara, pengusaha, dan bahkan aktivis. Mereka semua memiliki cara masing-masing untuk memberikan dampak positif, dan Rina mulai berpikir bahwa ia juga bisa melakukan lebih dari sekadar menjalankan peran profesionalnya.Suatu hari, saat sedang menghadiri sebuah acara sosial, Rina bertemu dengan seorang wanita muda bernam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**

    **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**Setahun berlalu sejak Rina kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai Manajer Komunikasi Strategis di perusahaan multinasional tersebut. Sepanjang tahun ini, Rina telah menorehkan banyak prestasi, memimpin berbagai kampanye yang berhasil dan memenangkan beberapa penghargaan di industri komunikasi. Namun, bagi Rina, penghargaan terbesar adalah melihat dampak positif dari kerja kerasnya terhadap masyarakat.Dalam perjalanan kariernya, Rina menemukan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian profesional, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa membawa perubahan yang berarti bagi orang lain. Ia terlibat dalam berbagai inisiatif sosial, menggunakan keahlian komunikasinya untuk mendukung program-program pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Rina percaya bahwa pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki bisa menjadi alat untuk memperbaiki kehidupan banyak orang.Di t

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**

    **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**Waktu berlalu dengan cepat setelah Rina menyelesaikan sidang tesisnya. Hari-harinya kini dipenuhi dengan persiapan untuk kembali ke Indonesia. Meski masih ada beberapa minggu tersisa sebelum kepulangan, Rina mulai merasa nostalgik terhadap negara yang telah menjadi rumah keduanya selama dua tahun ini. Ia memiliki kenangan manis dari perjalanan akademis dan kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan namun juga penuh kebahagiaan.Sebelum meninggalkan kampus, Rina memutuskan untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki arti khusus baginya. Ia berjalan menyusuri taman kampus, di mana ia sering duduk dan merenung tentang masa depannya. Ia juga mengunjungi perpustakaan besar tempat ia menghabiskan begitu banyak waktu, tenggelam dalam lautan buku dan jurnal. Di sana, ia bertemu dengan beberapa teman sekelas yang juga sedang bersiap-siap untuk pulang ke negara asal mereka. Percakapan penuh kehangatan dan ucapan selamat pun mengalir,

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**

    **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**Tahun kedua program pascasarjana Rina dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Jika tahun pertama adalah tentang adaptasi dan pembelajaran dasar, tahun kedua ini menuntut lebih banyak dedikasi, kerja keras, dan fokus yang mendalam. Mata kuliah yang diambil Rina semakin spesifik, menantang pemikirannya dengan teori-teori yang kompleks dan studi kasus yang rumit.Sejak awal semester, Rina dihadapkan pada tugas akhir besar yang akan menjadi puncak dari seluruh perjalanan akademisnya: tesis. Tesis ini bukan hanya sekadar tugas penulisan, tetapi juga sebuah penelitian mendalam yang harus memberikan kontribusi baru bagi bidang komunikasi strategis. Rina menyadari betapa pentingnya tugas ini, dan ia ingin memastikan bahwa hasil akhirnya tidak hanya memenuhi persyaratan akademis, tetapi juga menjadi karya yang bisa dibanggakan.Rina memilih topik yang sangat relevan dengan dunia modern: "Strategi Komunikasi dalam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**

    **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**Setelah keputusan besar untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, Rina mulai bersiap-siap menghadapi tantangan yang menantinya. Keberangkatan ke negara asing untuk melanjutkan studi bukanlah hal yang mudah, tetapi Rina merasa antusias dengan kesempatan ini. Selain karena ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh, ia juga melihat ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan.Hari keberangkatan tiba lebih cepat dari yang ia bayangkan. Bandara dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman yang datang untuk mengantarnya. Ibunya, dengan mata berkaca-kaca, memeluk Rina erat sebelum ia melangkah ke ruang tunggu. “Jaga diri baik-baik di sana, ya, Nak. Kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu,” kata ibunya dengan suara bergetar. Rina mengangguk, menahan air mata yang mulai membasahi pipinya. Ini adalah perpisahan yang berat, tetapi juga penuh harapan akan masa depan yang cerah.Setibanya di negara tujua

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**

    **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**Setelah kelulusan, Rina memasuki babak baru dalam hidupnya dengan perasaan campur aduk antara antusiasme dan ketidakpastian. Dunia kerja yang selama ini hanya ia bayangkan, kini menjadi kenyataan yang harus dihadapinya setiap hari. Dengan menerima tawaran pekerjaan di perusahaan tempat ia magang sebelumnya, Rina resmi memasuki dunia profesional.Hari pertama Rina sebagai karyawan penuh waktu dimulai dengan kehangatan. Tim yang dulu hanya menjadi rekan magang, kini menyambutnya sebagai bagian tetap dari keluarga besar perusahaan. Perasaan nyaman langsung menyelimuti Rina, tetapi ia tahu bahwa ekspektasi terhadapnya kini lebih besar. Tanggung jawab sebagai asisten manajer proyek bukanlah hal yang mudah, dan Rina menyadari bahwa ia harus membuktikan dirinya.Proyek pertama yang ditangani Rina adalah kampanye komunikasi besar untuk sebuah klien perusahaan multinasional. Proyek ini melibatkan banyak pihak dan membutuhkan koordin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status