Share

Bab 2 menikmati kesakitan

Tuk tuk tuk...

Permisi bapak, apa bapak ada di dalam rumah? Tanya seorang wanita kira kira ber umur 24 tahunan.

Kemudian dari balik pintu, ya silahkan masuk sahut seorang pembantu rumah tangga sambil membuka pintunya.

Ada apa Bu kata pembantu itu. Kalo mau ketemu bapak bisa buk tanya wanita itu kembali.

Oh ya silahkan bapak ada di perpustakaan di sebelah sana sedang membaca sambil menikmati secangkir teh hangat.

Baik buk terimakasih ya ....saya ke sana dulu saya mau bertanya pada bapak dia permisi dan melangkah menuju perpustakaan.

Permisi bapak ...

Boleh konsultasi sebentar sama bapak saya ada masalah ni pak mengenai nasihat yang bapak berikan kemarin.

Oh silahkan bapak tidak sibuk, ada apa masalah kamu nak? Tanya pak Alex kepada wanita itu.

Jadi begini bapak saya belakangan ini merasa tersiksa banget dengan penyakit saya ini belum sembuh juga saya merasa mulai menyerah deh bapak.

Baiklah sini bapak jelaskan ya. Kemudian pak Alex mulai menerangkannya.

kenyataan praktis dalam sehari hari, ternyata "rasa sakit" banyak manfaatnya. "Rasa sakit" bukanlah semasam ilalang yang tumbuh di taman, yang kehadirannya hanya mengganggu, tetapi sulit di lenyapkan. Karenanya orang bertanya - tanya, mengapa Tuhan menciptakannya. Padahal apabila dunia tanpa ilalang pasti akan lebih menyenangkan, bukan?

    "Rasa sakit",sekali lagi, bukan ilalang. Di tengah-tengah begitu banyaknya ancaman yang tersembunyi dalam kehidupan manusia sehari-hari, rasa sakit punya fungsi penting, yaitu memberi peringatan. Seperti klakson pada mobil. "Tut! Tut!" Bunyinya mungkin mengagetkan, tidak merdu merdayu-dayu. Akan tetapi, lebih baik anda memerhatikannya. Seorang warga jemaat saya meninggal hanya gara-gara mengabaikan rasa pening-pening sedikit yang tak mau pergi dari kepalanya. Ternyata, walau "sedikit", itu adalah bunyi "klakson" yang berusaha memberinya peringatan mumpung bahaya masih jauh. Anda kelainan di otaknya.

     Ada pula manfaat "rasa sakit" yang lain. Antara "kesakitan" dan "kenikmatan", ternyata ada keterkaitan yang lumayan erat. Pain and pleasure. Seperti daging merupakan unsur utama masakan rendang, "rasa sakit" adalah komponen esensial dari setiap kepuasan batin yang kita alami. Semakin besar "kesakitan"nya, semakin besar "kenikmatan"nya.

     Kedengarannya aneh, kan? Lha wong "sakit" kok menyenangkan? Kesulitan kita memahami "logika" ini, sama sekali tidak mengherankan. Sebab setiap waktu kita justru dicekoki dengan "dalil" yang berlawanan. Kita dibesarkan dan dididik dengan pemahaman bahwa "kesakitan" adalah antitesis dari "kenikmatan". Baha semua yang menyakitkan itu tidak nikmat. Dan semua yang nikmat, tidak menyakitkan. Sebab itu, begitu kepula anda "nyut,nyut, nyut", cepat cepatlah minum tablet x yang "pancen oye"! Atau tubuh anda merasa gak meriang? Jangan pandang enteng segera ambil puyer A, supaya "ewes, ewes, ewes, bablas panase

                           .....

     Otak kita telah dicuci untuk berkeyakinan bahwa "rasa sakit" mesti dibasmi dengan segera, sebab cuma merusak kenyamanan dan mengganggu kenikmatan akan tetapi benarkah rasa sakit itu sekedar pengganggu menurut Helmut Thielicke, tidaklah demikian. Ya justru mengancam gaya hidup modern, yang disebutnya telah kehilangan "pemahaman yang memadai tentang penderitaan". Pemahaman modern tentang penderitaan, menurut pendapatnya, adalah cupet, naif, dan jomplang

      Thielicke benar. Serta-merta menolak, memusuhi, dan perpandangan negatif terhadap "sara sakit", seperti tutur Philip Yance, "membuat kita putus hubungan serta meleceng dari 'alur sejarah umat manusia, yang selamanya telah merangkul kesakitan sebagai bagian yang menyatu dengan kehidupan."

    Sebenarnya belum terlalu lama berselang, kita masih menganggap "rasa sakit" sebagai sesuatu yang normal dan rutin. Tidak nyaman dan tidak menyenangkan memang. Akan tetapi, iya diterima sebagai konsekuensi kehidupan. Makhluk hidup, ya berarti mau sakit. Ingat pepatah, "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"? Mungkin baru berawal dari generasi kita saja, orang lalu kini cenderung menganggap dan memperlakukan kesakitan sebagai "makhluk asing dari galaksi lain"  yang datang menginvasi dan mengancam eksistensi kita. Karena itu, mesti kita lawan habis-habisan.

     Oleh sebab itu, sebelum sempat menjamah tubuh kita, sedapat-dapatnyalah rasa sakit itu mesti kita cegah, kita tangkal, kita perangi, dan kita tundukkan. Itulah, antara lain, fungsi pokok teknologi.

     Dengan teknologi, Anda tidak perlu lagi membebani pundak manusia dengan beban berat, seperti tatkala nenek moyang kita membangun Borobudur. Kini ada fork-lift. Anda juga tidak perlu memenatkan kaki anda dengan menaiki puluhan anak tangga. Kini ada eskalator. Bahkan Anda tak perlu bersusah susah belanja sendiri ke pasar, atau membeli tiket pesawat terbang ke biro perjalanan. Kini ada internet.

 ......

YANCEY menganalogikan kerja otak manusia dengan sebuah amplifier. Fungsi sebuah amplifier, seperti kita ketahui, adalah menyaring dan mengatur 1.001 macam aneka gelombang yang masuk dari luar( input). Semua itu disaring sedemikian rupa, sehingga alat alat elektronik kita hanya menerima masukan yang memang di perlukan dan di terbitkan. Tanpa disaring dan diterbitkan, wah, alat alat kita pasti akan "jebol", tak kuat menampung semua input yang membanjir masuk.

Otak manusia pun demikian. Ia juga menerima pelbagai macam masukan, melalui sentuhan, penglihatan, cita rasa, bau, dan sebagainya. Semua itu perlu di saring, di seleksi. Nahhhhh....., " Rasa sakit" tidak lain adalah salah satu masukan, yang oleh otak dinyarakan " lolos", karena tubuh memerlukan nya. Untuk apa ? Untuk menginformasikan bila ada gejala gejala membahayakan .

Sayangnya, semakin lanjut usia manusia, kepekaan dan ke sigapan Indra manusia, dalam merasakan rangsangan semakin melemah. Untuk mengatasi ini, otak harus memutar tombol " volumenya" lebih keras, agar masukan yang melemah itu masih dapat tertangkap. Makin tua, makin banyak yang di rasakan. Mengapa? Sebab "cubitan" nya juga semakin keras.

Budaya modern kata YANCEY, justru melakukan yang sebaliknya. Dari pada meningkatkan kepekaan tubuh merasakan rangsangan rasa sakit, kepekaan tersebut malah di tekan dan di perlemah. Akibatnya, sungguh memprihatinkan! Karena ketika tombol "rasa sakit" di perlemah, maka masukan yang lain lah yang akan menguat. 

Pendengaran kita, misalnya. Dengarkanlah jenis musik apa yang memborbardir pendengaran orang jaman sekarang! Entah berapa desibel bedanya antara dentuman musik Mick Jagger atau led Zepelin dibandingkan dengan kelembutan  Karta Strauss atau Mozart. 

Atau penglihatan kita. Sadarkah anda input apa yang diterima mata anda? Beta mata kita di silaukan oleh gemerlapnya cahaya lampu lampu neon dan fosfor, khususnya di dunia yang gemerlap ini! Sehingga, seperti kata kierkegaard, kita kehilangan kesyahduan cahaya bulan bintang, atau kunang kunang. 

Atau penciuman kita.masihkah anda menikmati segar nya bau tanah yang tersiram hujan? Halus keharuman bunga melati di waktu .alam ? Atau "semegrak" bau kotoran hewan yang telah menyatu dengan tanah? Saya sangat kehilangan aroma pedesaan itu. Kedudukannya telah di gantikan oleh invasi" aneka macam farfum, pewangi pakaian, pengharum udara, dan entah pengharum apa lagi.....

.....

Orang modern telah menggantikan "kenikmatan alami" yang asli dengan kenikmatan artifisial, " kenikmatan buatan" ciptaan sendiri intulah inti persoalan kita atas penyalah Gunawan obat obatan terlarang sekarang ini! Obat obatan ini memberi " kenikmatan buatan " yang, harus kita akui, efeknya lebih segera dan lebih terasa. "Volume" nya lebih keras. Tapi apa akibatnya? 

Oh ya anda pun pasti tau apa nama "dunia" yang penting menguasai akal, batin, dan jiwa manusia sekarang dari pagi sampai sekarang; bahkan dibawa kemana mana sebagai teman jalan yang tak boleh ketinggalan? Ya! Dunia maya, tentu saja! Kotak kecil bernama komputer itu kini menjadi tempat banyak orang untuk menggantungkan segala sesuatu. Sekali ia ngambek, lumpuh lah manusia di buatnya, bak bayi prematur yang tak berdaya apa apa .

Persoalannya adalah, susunan saraf manusia ttidak punya jalur khusus menyalurkan "rasa nikmat". Jalur untuk "rasa nikmat" adalah  jalur yang sama untuk " rasa sakit". Maksud saya rasa gatal nan menjengkelkan karena di gigit serangga itu disalurkan ke otak, melalui jalan yang sama dengan rasa nyaman ketika berada di pelukan kekasih. 

Itulah sebabnya, secara alamiah, "kenikmatan" dan "kesakitan" tidak dapat dipisahkan. Tolong anda jawab pertanyaan ini: menggaruk bagian tubuh yang gatal luar biasa sampai marmudar atau berdarah darah itu "sakit" atau "nikmat"? Minum coklat panas begitu panasnya sehingga lidah kita terbakar ditengah hawa pegunungan yang sejuk dan dingin itu "sakit" atau "nikmat"? Makan mie ayam panas dengan sambal pedas, sampai perut mulas, itu "sakit" atau "nikmat"? Kenikmatan dan kesakitan sulit terpisahkan, bukan? 

Agustinus benar ketika ia mengatakan bahwa "dimana pun, suka cita yang lebih besar selalu di dahulu i oleh penderitaan yang lebih besar pula". Tidak pernah orang merasakan nikmatnya makan, seperti ketika ia sedang lapar selapar lapar nya. Atau merasakan kegelegaan begitu dalam, seperti waktu ia berhasil "lolos dari lubang jarum", setelah kecemasan yang mencekam. 

Ke kristenan tidak memuja kesakitan. Sama sekali tidak!. Akan tetapi ia mengajak kita merangkulnya, sebagai bagian dari berkat TUHAN  yang bernama kehidupan karena itu, kata Paulus, kemulian kebangkitan hanya tersedia bagi mereka yang telah mengalami kehinaan salib. Dan biji gandum akan tetap tinggal satu saja, kata Yesus, mandul tak berbuah, kecuali bila ia ditanam, busuk,  dan mati (Yohanes 12:24).

Tujuan kita adalah menghasilkan buah "(dalam Filipi1: 22), bukan mencari cari kesakitan. Hanya saja, untuk "berbuah" kita sering tidak bisa menghindar dari rasa sakit nya di tanam, rasa hinanya membusuk, bahkan anyir nya bau kematian.

Kira kira begitulah menurut saya mengenai bagaimana kita menikmati kesakitan katanya pada wanita yang menanyakan nya ketika konsultasi dengan nya .

Tidak terasa waktu semakin lama berlalu kemudian lanjutkan pak Alex menerangkan pendapatnya mengenai cara menikmati kesakitan itu Kepa wanita yang bertanya padanya kira kira 24 tahunan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status