Share

45

“Berapa lama?” tanya Bryan kemudian setelah berusaha menekan perasaan galau yang menyergapnya dan membuatnya tak bisa bernapas untuk beberapa saat. “Katakan berapa lama sisa hidupku.”

“Aku bukan Tuhan. Aku tidak berhak memvonis usia hidupmu. Jika memang masih bisa kita pertahankan, maka aku akan lakukan segalanya agar kau bisa bertahan lebih lama dengan hidup yang berkualitas. Namun jika—“

“KATAKAN BERAPA LAMA SISA HIDUPKU!” Bryan lepas kendali dan ketika sadar, Ryan hanya memandanginya dengan tatapan penuh sesal.

“Ini tidak seperti penyakit lain. Jika kukatakan kau akan bertahan satu tahun, maka bisa jadi kurang dari itu, atau lebih. Semua bergantung padamu dan seberapa massive antibodimu. Aku hanya bisa melakukan tugasku sebagai seorang dokter Bryan. Tapi kumohon, lakukan segala yang terbaik dalam hidupmu. Jika kau sangat ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Shienna, maka perjuangkan dia. Habiskan sisa hidupmu dengan bahagia. Berjanjilah padaku kalau kau akan menjalani hidup dengan bahagia. Katakan, Bryan!”

Bryan tak bisa berucap. Isi kepalanya sudah tak karuan dan carut-marut sehingga ia tak tahu apa yang seharusnya ia lakukan saat ini. Ia bangkit dari kursinya dan pergi begitu saja tanpa memberikan respon atas perkataan Ryan dan untuk saat ini, jika boleh, ia menginginkan satu keajaiban. Satu saja.

Ia ingin Tuhan berbaik hati padanya dan menyatukan dirinya dengan Shienna. Setelah ia mati nanti, terserah apa kata Tuhan.

Bryan kembali mengemudikan mobil dengan konsentrasi yang sudah bercerai-berai hingga tak mampu ia kumpulkan. Ia tengah berpikir, bagaimana jika ia mengakhiri hidupnya sekarang sehingga tak perlu merasakan sakit berlipat-lipat akibat kegagalan cinta dan penyakitnya. Toh usianya tak akan lama. Tak ada bedanya apakah ia mati sekarang atau nanti.

Akan tetapi saat ia berniat untuk melakukan pikiran buruk itu, ponselnya berdering dan suara panik Edward membuat kesadaran Bryan kembali terkumpul.

“Bryan, bajingan itu telah menyalahi kontrak! Ia tidak ingin bekerja sama dengan Amara. Baru saja ia datang dan mengambil beberapa berkas penting yang sebelumnya telah ia balik nama atas namamu.”

“Apa? Bagaimana Jun bisa mendapatkan berkas itu?”

“Tamara. Tapi aku sedang mengurusnya sekarang. Bisakah kau menemui Jun? Aku akan menyusulmu setelah menyelesaikan masalah dengan iblis betina ini.”

Edward mengakhiri perbincangan dan dengan segera Bryan menuju ke kantor Jun untuk menyelesaikan masalah yang ia buat.

“Berani sekali ia mencari gara-gara denganku! Dasar keparat!”

Bryan mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan tanpa peduli akan keselamatannya atau keselamatan pengguna jalan lain. Yang ia inginkan sekarang adalah tiba di kantor Jun dengan segera sebelum pria itu melarikan diri.

Tiba di tempat tujuannya, Bryan berlari dan menuju ke ruangan Jun dengan menggila dan ketika ia merangsek masuk ke ruangan Jun, pemandangan yang tak ia duga terpampang jelas di depan matanya.

“Shienna?” gumam Bryan dan seketika, dua pasang mata bertemu dan seolah saling melepaskan rindu tanpa sepatah kata pun yang terucap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status