Share

Ayo Menikah!

Dalfon dan Arasha sudah ada di depan kediaman Mafuyu. Dalfon telah mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Dan sekarang adalah akhir dari segala kesenangan mereka.

Berpisah. Mereka akan melakukan itu. Arasha akan melanjutkan kehidupannya, sebagaimana seharusnya. Sedangkan Dalfon harus melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

"Mau mampir sebentar?" tanya Arasha sambil menunjuk rumahnya.

"Sebentar lagi akan hujan, jadi aku harus pulang secepatnya. Ditambah lagi, aku harus mampir ke rumah Vedora untuk mengembalikan mobilnya," jawab Dalfon sambil menggeleng pelan.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat-sangat menikmatinya."

"Ya, aku juga."

Mereka kembali terdiam. Masih banyak lagi hal yang ingin mereka sampaikan, namun mereka bingung dengan cara apa mereka harus memulainya.

"Oh, iya. Ini foto yang tadi diambil di foto box. Kamu simpan dua dan aku juga dua," ujar Arasha sambil mengambil foto card di dalam tasnya lalu memberikannya pada Dalfon.

 "Bukankah lebih baik kamu yang menyimpannya? Kamu tau kan kalau aku tidak terbiasa menyimpan foto seperti ini," jawab Dalfon sambil menerima foto card yang diberikan oleh Arasha.

"Makanya itu, aku ingin kamu terbiasa dengan hal ini. Jadi saat kita bepergian lagi dan mengambil foto lagi, kamu bisa menyimpannya dengan baik."

"Aku harap juga begitu."

Bepergian lagi. Dalfon rasa itu bukanlah ide yang buruk. Menghabiskan seluruh waktunya dengan Arasha, tentu saja adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Namun masalahnya apakah itu bisa dilakukan dengan mudah? Tentu saja tidak, selalu saja ada masalah. Dan segala masalah itu selalu saja datang tanpa henti.

"Hei ... ayo kita menikah," ujar Dalfon.

Keheningan langsung terasa di antara mereka. Arasha kembali tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Dalfon barusan.

Kalimat yang ia rasa tidak akan pernah keluar dari mulut seorang Dalfon, akhirnya keluar juga malam ini.

Tentu saja Arasha sangat senang. Saking senangnya ia ingin langsung memeluk Dalfon dan menangis bahagia dalam pelukan laki-laki itu. Namun sayangnya ia tidak bisa melakukan hal itu.

Cinta dan kebahagiaan akan selalu muncul ketika mereka bersama. Namun masih ada terlalu banyak hal yang Arasha tidak tau tentang Dalfon. Masih banyak rahasia di antara mereka.

Dan jika mereka bersatu sekarang, mereka hanya akan menyakiti satu sama lain. Arasha tidak mau hal itu sampai terjadi. Namun ia juga tidak ingin Dalfon meninggalkannya dan pergi bersama wanita lain.

Ia ingin Dalfon tetap berada di sisinya dan menjadi miliknya. Namun, ia tidak ingin ada sebuah hubungan di antara mereka berdua. Arasha tau bahwa keinginannya ini adalah sebuah keegoisan. 

"Aku ... aku tidak ingin mendengar hal itu sekarang," ujar Arasha lalu langsung berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Dalfon.

Dalfon tersenyum kecil untuk menutupi luka di hatinya. Tentu saja ia tidak sedang bercanda saat mengatakan kalimat tadi. Ia benar-benar serius. Jadi saat mendapatkan penolakan, ia merasa kecewa.

Ia kecewa bukan pada Arasha. Melainkan pada dirinya sendiri. 

Hujan deras mulai datang. Membasahi tubuh Dalfon yang masih bersandar pada sisi mobil milik Vedora dengan kepalanya yang menatap ke arah langit.

"Sepertinya kamu baru saja ditolak. Yahh, tadi itu sebuah tontonan yang sangat menarik," ujar seorang perempuan yang sedang duduk di atas kap mobil.

Dalfon secara perlahan mengalihkan pandangannya ke arah kap mobil. Untuk melihat siapakah perempuan yang baru saja bicara. Dan ternyata perempuan itu adalah Nara.

Nara dengan tampilan manusia sedang duduk di atas kap mobil dengan tubuhnya yang mengeluarkan cahaya. 

"Menurutmu apakah salah jika kita ingin memiliki orang yang kita cintai?" tanya Dalfon sambil kembali menatap langit.

"Aku tidak tau, karena aku bukanlah manusia. Tapi sepertinya manusia seperti kalian memang makhluk yang seperti itu. Mereka hidup untuk mengejar dan membahagiakan orang-orang yang mereka cintai," jawab Nara.

"Namun sepertinya kamu sudah melakukan kesalahan yang besar. Kamu yang sekarang adalah sisi jahat Dalfon. Kalian adalah kedua kepribadian yang berbeda. Dan orang yang kalian cintai juga berbeda. Kalau kamu bertindak lebih jauh kemungkinan semuanya akan hancur. Jadi lebih baik kamu fokus pada hal yang seharusnya kamu lakukan," lanjut Nara sambil melirik ke arah Dalfon.

Nara bisa melihat wajah sedih Dalfon dengan jelas. Sudah lama sekali ia tidak melihat ekspresi sedih Dalfon. Ekspresi itu membuatnya kesal. Dan secara tidak langsung mengganggu kenyamanannya. Membuatnya ingin membunuh orang yang telah membuat Dalfon seperti itu. Namun ia tidak bisa melakukannya. Karena jika ia melakukan hal itu, Dalfon pasti akan membencinya.

"Kamu sudah hampir menyentuh garis batasan mu. Kamu terus menggunakan auramu untuk menyamarkan penampilan gadis itu. Jika kamu masih bertahan lebih lama lagi di bawah hujan seperti ini, kamu akan pingsan," ujar Nara.

"Ya. Aku tau itu. Namun jika aku masuk ke dalam mobil, kamu pasti akan bisa melihat air mataku dengan jelas. Dan itu akan sangat memalukan," jawab Dalfon sambil tersenyum kecil.

Nara menatap sinis Dalfon. Ia tidak menyangka bahwa memang selemah itu. Sampai-sampai akan menangis hanya karena sebuah penolakan dari seorang perempuan. Namun pada akhirnya Dalfon tetaplah manusia. Jadi Nara akan menganggap bahwa tangisan Dalfon kali ini adalah sesuatu yang wajar.

"Nara berjanjilah padaku. Jika seandainya setelah ini aku kenapa-kenapa, jangan menyentuh keluarga Mafuyu sedikit pun," ujar Dalfon dengan suara yang sedikit lemah dari biasanya.

"Ha?! Jangan bercanda. Aku tidak akan tinggal diam saja saat tau ada orang yang menyakitimu!" ujar Nara dengan suara yang cukup tinggi.

"Berjanjilah!"

Suara yang sangat keras muncul dari mulut Dalfon. Ini adalah pertama kalinya Dalfon membentak Nara seperti itu. Dan tentu saja Nara kaget akan hal itu, pasalnya selama ini Nara berpikir bahwa Dalfon tidak akan pernah membentaknya.

"Baiklah. Tapi hanya kali ini saja. Selebihnya, aku tidak akan tinggal diam saja," jawab Nara dengan berat hati.

"Terima kasih. Selanjutnya aku serahkan padamu," ujar Dalfon dengan nada yang sangat amat rendah.

Tidak lama setelah Dalfon menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya langsung jatuh ke atas trotoar. Dengan tubuhnya yang sangat lemas dan wajahnya sudah terlihat sangat pucat.

Nara yang melihat Dalfon sudah tidak sadarkan diri itu pun langsung mendekat. Mencoba untuk membopong tubuh Dalfon. Lalu menggunakan sihir perpindahan ruang dan waktu untuk membawa Dalfon kepada orang yang bisa membantunya.

"Dasar bodoh. Bukankah sekarang kamu masih dalam siklus jahat? Namun mengapa kamu masih baik terhadap orang-orang ini? Ataukah memang seperti ini dirimu yang sebenarnya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status