Dalfon dan Arasha sudah ada di depan kediaman Mafuyu. Dalfon telah mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Dan sekarang adalah akhir dari segala kesenangan mereka.
Berpisah. Mereka akan melakukan itu. Arasha akan melanjutkan kehidupannya, sebagaimana seharusnya. Sedangkan Dalfon harus melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
"Mau mampir sebentar?" tanya Arasha sambil menunjuk rumahnya.
"Sebentar lagi akan hujan, jadi aku harus pulang secepatnya. Ditambah lagi, aku harus mampir ke rumah Vedora untuk mengembalikan mobilnya," jawab Dalfon sambil menggeleng pelan.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat-sangat menikmatinya."
"Ya, aku juga."
Mereka kembali terdiam. Masih banyak lagi hal yang ingin mereka sampaikan, namun mereka bingung dengan cara apa mereka harus memulainya.
"Oh, iya. Ini foto yang tadi diambil di foto box. Kamu simpan dua dan aku juga dua," ujar Arasha sambil mengambil foto card di dalam tasnya lalu memberikannya pada Dalfon.
"Bukankah lebih baik kamu yang menyimpannya? Kamu tau kan kalau aku tidak terbiasa menyimpan foto seperti ini," jawab Dalfon sambil menerima foto card yang diberikan oleh Arasha.
"Makanya itu, aku ingin kamu terbiasa dengan hal ini. Jadi saat kita bepergian lagi dan mengambil foto lagi, kamu bisa menyimpannya dengan baik."
"Aku harap juga begitu."
Bepergian lagi. Dalfon rasa itu bukanlah ide yang buruk. Menghabiskan seluruh waktunya dengan Arasha, tentu saja adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Namun masalahnya apakah itu bisa dilakukan dengan mudah? Tentu saja tidak, selalu saja ada masalah. Dan segala masalah itu selalu saja datang tanpa henti.
"Hei ... ayo kita menikah," ujar Dalfon.
Keheningan langsung terasa di antara mereka. Arasha kembali tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Dalfon barusan.
Kalimat yang ia rasa tidak akan pernah keluar dari mulut seorang Dalfon, akhirnya keluar juga malam ini.
Tentu saja Arasha sangat senang. Saking senangnya ia ingin langsung memeluk Dalfon dan menangis bahagia dalam pelukan laki-laki itu. Namun sayangnya ia tidak bisa melakukan hal itu.
Cinta dan kebahagiaan akan selalu muncul ketika mereka bersama. Namun masih ada terlalu banyak hal yang Arasha tidak tau tentang Dalfon. Masih banyak rahasia di antara mereka.
Dan jika mereka bersatu sekarang, mereka hanya akan menyakiti satu sama lain. Arasha tidak mau hal itu sampai terjadi. Namun ia juga tidak ingin Dalfon meninggalkannya dan pergi bersama wanita lain.
Ia ingin Dalfon tetap berada di sisinya dan menjadi miliknya. Namun, ia tidak ingin ada sebuah hubungan di antara mereka berdua. Arasha tau bahwa keinginannya ini adalah sebuah keegoisan.
"Aku ... aku tidak ingin mendengar hal itu sekarang," ujar Arasha lalu langsung berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Dalfon.
Dalfon tersenyum kecil untuk menutupi luka di hatinya. Tentu saja ia tidak sedang bercanda saat mengatakan kalimat tadi. Ia benar-benar serius. Jadi saat mendapatkan penolakan, ia merasa kecewa.
Ia kecewa bukan pada Arasha. Melainkan pada dirinya sendiri.
Hujan deras mulai datang. Membasahi tubuh Dalfon yang masih bersandar pada sisi mobil milik Vedora dengan kepalanya yang menatap ke arah langit.
"Sepertinya kamu baru saja ditolak. Yahh, tadi itu sebuah tontonan yang sangat menarik," ujar seorang perempuan yang sedang duduk di atas kap mobil.
Dalfon secara perlahan mengalihkan pandangannya ke arah kap mobil. Untuk melihat siapakah perempuan yang baru saja bicara. Dan ternyata perempuan itu adalah Nara.
Nara dengan tampilan manusia sedang duduk di atas kap mobil dengan tubuhnya yang mengeluarkan cahaya.
"Menurutmu apakah salah jika kita ingin memiliki orang yang kita cintai?" tanya Dalfon sambil kembali menatap langit.
"Aku tidak tau, karena aku bukanlah manusia. Tapi sepertinya manusia seperti kalian memang makhluk yang seperti itu. Mereka hidup untuk mengejar dan membahagiakan orang-orang yang mereka cintai," jawab Nara.
"Namun sepertinya kamu sudah melakukan kesalahan yang besar. Kamu yang sekarang adalah sisi jahat Dalfon. Kalian adalah kedua kepribadian yang berbeda. Dan orang yang kalian cintai juga berbeda. Kalau kamu bertindak lebih jauh kemungkinan semuanya akan hancur. Jadi lebih baik kamu fokus pada hal yang seharusnya kamu lakukan," lanjut Nara sambil melirik ke arah Dalfon.
Nara bisa melihat wajah sedih Dalfon dengan jelas. Sudah lama sekali ia tidak melihat ekspresi sedih Dalfon. Ekspresi itu membuatnya kesal. Dan secara tidak langsung mengganggu kenyamanannya. Membuatnya ingin membunuh orang yang telah membuat Dalfon seperti itu. Namun ia tidak bisa melakukannya. Karena jika ia melakukan hal itu, Dalfon pasti akan membencinya.
"Kamu sudah hampir menyentuh garis batasan mu. Kamu terus menggunakan auramu untuk menyamarkan penampilan gadis itu. Jika kamu masih bertahan lebih lama lagi di bawah hujan seperti ini, kamu akan pingsan," ujar Nara.
"Ya. Aku tau itu. Namun jika aku masuk ke dalam mobil, kamu pasti akan bisa melihat air mataku dengan jelas. Dan itu akan sangat memalukan," jawab Dalfon sambil tersenyum kecil.
Nara menatap sinis Dalfon. Ia tidak menyangka bahwa memang selemah itu. Sampai-sampai akan menangis hanya karena sebuah penolakan dari seorang perempuan. Namun pada akhirnya Dalfon tetaplah manusia. Jadi Nara akan menganggap bahwa tangisan Dalfon kali ini adalah sesuatu yang wajar.
"Nara berjanjilah padaku. Jika seandainya setelah ini aku kenapa-kenapa, jangan menyentuh keluarga Mafuyu sedikit pun," ujar Dalfon dengan suara yang sedikit lemah dari biasanya.
"Ha?! Jangan bercanda. Aku tidak akan tinggal diam saja saat tau ada orang yang menyakitimu!" ujar Nara dengan suara yang cukup tinggi.
"Berjanjilah!"
Suara yang sangat keras muncul dari mulut Dalfon. Ini adalah pertama kalinya Dalfon membentak Nara seperti itu. Dan tentu saja Nara kaget akan hal itu, pasalnya selama ini Nara berpikir bahwa Dalfon tidak akan pernah membentaknya.
"Baiklah. Tapi hanya kali ini saja. Selebihnya, aku tidak akan tinggal diam saja," jawab Nara dengan berat hati.
"Terima kasih. Selanjutnya aku serahkan padamu," ujar Dalfon dengan nada yang sangat amat rendah.
Tidak lama setelah Dalfon menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya langsung jatuh ke atas trotoar. Dengan tubuhnya yang sangat lemas dan wajahnya sudah terlihat sangat pucat.
Nara yang melihat Dalfon sudah tidak sadarkan diri itu pun langsung mendekat. Mencoba untuk membopong tubuh Dalfon. Lalu menggunakan sihir perpindahan ruang dan waktu untuk membawa Dalfon kepada orang yang bisa membantunya.
"Dasar bodoh. Bukankah sekarang kamu masih dalam siklus jahat? Namun mengapa kamu masih baik terhadap orang-orang ini? Ataukah memang seperti ini dirimu yang sebenarnya?"
Arasha, Alyssa, dan Vedora sedang berada di ruang OSIS. Seperti biasa, mereka sedang mengecek beberapa dokumen sekolah dan memberikan tanda tangan pada surat-surat perizinan acara sekolah.Langit juga ada di sana, namun ia hanya duduk di sofa sambil bersantai. Ia tidak melakukan apa pun selain memainkan ponselnya dan memakan cemilan yang tadi ia beli di kantin bersama Vedora."Aku tidak melihat Dalfon hari ini di sekolah, apa dia tidak masuk lagi?" tanya Langit setelah menguyah makanan yang ada di mulutnya."Bukankah itu sudah biasa? Dia masuk dan bolos sesukanya. Untuk apa kamu memikirkannya?" tanya Alyssa balik.Tangan kanan Arasha berhenti saat mendengar nama Dalfon disebutkan oleh Langit dan Alyssa. Ia masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Atau lebih tepatnya, ia selalu mengingat segala kejadian malam itu di setiap detiknya. Membuatnya merasa kesal dan sedih."Tentang Dalfon. Sepertinya kemarin dia sedang ada acara. Dan entah bagaimana ceritanya kemarin malam saat hujan der
Vedora kebingungan karena tiba-tiba saja Dalfon mengajaknya untuk pergi pada tengah malam. Menaiki sebuah mobil, mereka pergi ke kaki bukit. Dan sepanjang jalan, Dalfon sama sekali tidak memberitahunya tentang ke mana mereka akan pergi.Vedora sendiri tidak banyak tanya, karena yakin Dalfon akan langsung memberitahunya jika mereka sudah sampai di tempat.Vedora memarkirkan mobilnya sesampainya di kaki bukit. Mereka melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki. Di perjalanan kali ini, Vedora sangat yakin bahwa tujuan mereka adalah puncak. Namun Vedora masih bingung untuk apa Dalfon mengajaknya ke sana.Dan akhirnya mereka benar-benar sampai di puncak bukit. Mereka berdua berjalan ke tepian dan melihat ada sebuah kota mati yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak ditinggali.Di kota itu sama sekali tidak ada pencahayaan dan terlihat sangat kosong. Yang menandakan bahwa memang di kota itu tidak ada siapa pun."Pakai ini," ujar Dalfon sambil memberikan sebuah topeng rubah pada Vedor
Rachel, Gio, Alyssa, Arasha, dan Vedora sedang berjalan menuju ke sebuah cafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Mafuyu.Sebelumnya mereka sedang berkumpul di rumah Arasha. Dan karena mereka jenak sekaligus lapar, mereka putuskan untuk pergi ke cafe terlebih dahulu. Mereka pikir tidak akan ada masalah jika mereka jalan kaki. Namun ternyata pemikiran mereka itu salah, saat mereka sedang melewati sebuah gang kecil, mereka dihadang oleh segerombolan orang menggunakan jas hitam.Jumlah dari orang itu sangatlah banyak. Bahkan tiga kali lipat dari jumlah mereka. Membuat mereka langsung bersiap-siap jika memang harus bertarung.Namun menggunakan sihir di tempat sempit seperti sekarang, sangatlah beresiko. Akan ada kemungkinan sihir yang mereka gunakan akan salah target dan bisa saja mengenai teman mereka sendiri. Maka dari itu, mereka tidak bisa menggunakannya secara sembarangan. Yang artinya kemampuan fisik akan sangat diperlukan sekarang.Hanya Gio dan Vedora yang mempunyai kem
Dalfon menatap malas Rachel yang sedang mengucapkan sebuah mantra sihir tingkat menengah di hadapannya.Memang tidak salah. Namun entah kenapa, ia merasa bosan saja saat mendengar seseorang menyebutkan mantra sihir saat hendak menggunakannya. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar. Bahkan lumrah. Karena mantra sihir adalah dasar dari sebuah sihir. Jika mantranya saja salah, maka sihir yang diinginkan pasti tidak akan muncul. Hanya beberapa orang saja yang bisa menggunakan sihir tanpa harus mengucapkannya. Dan orang-orang itu adalah orang-orang yang memang pantas disebut sebagai penyihir.Sekarang kondisinya adalah Rachel masih memerlukan mantra sihir untuk menggunakan sihir tingkat menengah. Kondisi itu saja sudah menunjukkan bahwa untuk saat ini Rachel tidak akan bisa menggunakan sihir tingkat atas.Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah sihir tingkat atas. Rachel harus menguasainya supaya tidak ada satu orang pun yang meragukan kemampuannya setelah ia benar-benar dilantik sebagai pe
Alice menolak keras permintaan Vinka untuk tidak menemui Dalfon lagi. Tentu saja itu adalah hal yang sangat berat baginya. Selama ini saja, ia selalu memendam segala rasa rindunya dan saat ia ingin bertemu dengan Dalfon, dengan mudahnya Vinka memintanya untuk pergi.Vinka sendiri tidak bisa mengingkari kesepakatan yang telah ia sepakati dengan Dalfon. Dalfon sudah menjalankan tugasnya sebagai pelatih Rachel dengan baik. Jadi sekarang saatnya ia menjalankan tugasnya untuk menjauhkan Alice dari Dalfon.Vinka sadar bahwa ini akan sangat bahaya untuk hubungan keluarga Virgo dengan keluarga Gracia. Namun apa daya. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Dan ia harus menepatinya tidak peduli apa pun yang terjadi."Dia sudah tidak ingin menemui mu. Pergilah dan aku akan merawatnya seperti aku merawat anakku yang lainnya," ujar Vinka sambil menatap lekat wajah Alice."Jangan bercanda! Aku tidak akan tinggal diam saja saat ada orang yang ingin mengambilnya dari ku! Aku adalah orang yang pertama kali
Alyssa mendengar secara jelas apa yang terjadi di ruangan kerja ibunya. Tentu saja itu adalah hal yang mengejutkannya, karena sejak awal ia tidak mengetahui bahwa Dalfon memiliki hubungan dan perasaan khusus kepada Alice, Sang Kepala Keluarga Gracia.Ia tidak tau bagaimanakah secara rinci kisah antara Dalfon dan Alice. Namun ia sangat yakin bahwa Alice adalah wanita yang sangat hebat. Karena bisa membuat laki-laki sedingin Dalfon mencintainya.Ia mengira bahwa saingannya hanyalah perempuan-perempuan biasa. Namun nyatanya tidak. Alice adalah wanita yang sangat sempurna. Ia mengakui itu. Alice memiliki segalanya yang tidak pernah bisa ia miliki. Dan menurutnya sangatlah wajar jika Dalfon mencintai perempuan itu.Ia dalam keadaan bimbang saat ini. Ia kecewa saat mengetahui bahwa Dalfon mencintai wanita lain. Namun ia juga senang karena mengetahui bahwa perasaan Dalfon tidak mendapatkan respon.Ia tidak tau harus berbuat apa. Mendukung Dalfon untuk memperjuangkan cintanya atau malah membe
Rachel, Vedora, Gio, Vedora, Alyssa, dan Langit mendapatkan izin untuk memasuki hutan larangan dari para pemimpin Lima Keluarga Besar. Perizinan ini diberikan karena keenam orang itu datang ke hutan itu untuk melatih diri mereka. Dan selama pelatihan ini, mereka tidak bisa meminta bantuan pada pasukan bayangan yang juga ada di hutan itu. Jadi jika mereka menemukan masalah, mereka harus menghadapinya sendiri.Melatih mental, fisik, pikiran, dan kemampuan sihir mereka. Hutan larangan dipilih menjadi tempat mereka berlatih karena di hutan larangan terdapat banyak sekali hewan-hewan buas dan bunga-bunga beracun. Dan mungkin saja jika mereka beruntung, mereka bisa bertemu dengan salah satu hewan suci di hutan itu.Langit memang sudah beberapa kali memasuki hutan larangan. Namun saat itu ia bersama para pasukan bayangan yang memang sudah sangat hafal titik-titik larangan dan titik-titik aman, jadi ia bisa tenang. Namun kali ini berbeda, ia bersama para pemula. Jadi akan sangat berbahaya jik
Arisha, Gio, Rachel, Alyssa, Arasha, Langit dan Vedora mendirikan tenda di pinggir rawa. Mereka berniat untuk menjadikan tempat itu sebagai titik kumpul mereka, setelah mereka berpeluang memasuki hutan larangan lebih dalam lagi.Arisha sendiri sekarang bersama mereka bukan untuk ikut mereka. Melainkan untuk mengawasi seorang laki-laki yang sekarang sedang tertidur di belakangnya dengan berbagai perban di tubuhnya.Arisha tidak tau alasan kenapa Dalfon dan perempuan itu bertarung. Namun dari pertarungan itu, Arisha bisa menyimpulkan bahwa perempuan itu lebih kuat dari Dalfon. Dan fakta itu secara tidak langsung memberikan sebuah peringatan pada semua orang yang ada di hutan larangan. Peringatan bahwa perempuan itu sangatlah berbahaya.Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Dalfon adalah orang terkuat di pasukan bayangan. Dengan kemampuan sihir dan aura yang dimilikinya, Dalfon diakui sebagai pelindung dan penyerang terhebat pasukan bayangan. Dan sekarang dengan mata kepala Arisha sendiri