Alice menatap secara saksama punggung laki-laki yang telah menyelamatkannya. Ia sangat merindukan laki-laki itu. Saking rindunya, ia ingin langsung memeluk tubuh laki-laki itu dan tidak akan melepaskannya lagi untuk selamanya.
Namun Alice tidak bisa melakukan hal itu. Masalah antara dirinya dan Dalfon masih belum selesai. Masih ada beberapa persoalan yang belum menemukan titik terang dan sebelum semua masalah itu selesai, hubungan mereka tidak akan pernah bisa sedekat dulu.
"Sepertinya terlalu banyak yang menjadi korban di sini," ujar seorang perempuan dengan gaun berwarna putih dan sebuah topi berjenis sun hat.
Perempuan itu berjalan santai melewati tubuh para korban dengan sebuah senyuman di wajahnya. Tidak ada satu pun orang yang bisa melihat secara utuh wajah dari perempuan itu. Pasalnya wajah perempuan itu ditutupi oleh selembar kertas dengan sebuah huruf kuno.
Tentu saja itu bukanlah sebuah kertas biasa. Kertas yang digunakan oleh perempuan itu adalah kertas mistis. Kertas yang bisa digunakan untuk menyegel kekuatan dan menghilangkan hawa keberadaan sang pengguna. Dan sekarang perempuan itu menggunakan kertas itu untuk menyegel setengah dari kekuatannya. Karena kalau kekuatannya tidak disegel, maka akan sangat berbahaya jika ia tiba-tiba lepas kendali.
"Kamu siapa?" tanya Volva sambil menatap tajam perempuan itu.
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya? Pada saat acara pertunangan Arasha yang dirusak oleh Dalfon. Ya ... aku hanya sedikit tertarik dengan Fla, jadi aku putuskan untuk mampir sebentar. Namun siapa sangka akan seperti ini jadinya," ujar perempuan itu sambil melepaskan topinya dan memperlihatkan rambut biru muda miliknya.
Dalfon tersenyum kecil melihat kehadiran Nara. Ia tidak menyangka bahwa Nara akan muncul langsung ke tempat. Padahal kalau memang hanya untuk mengawasi, Nara bisa melihatnya dari jauh.
Sedangkan Nara sendiri mengepalkan tangannya saat melihat luka pada tubuh Dalfon. Nara tidak cemas pada luka itu. Melainkan yang ia cemaskan adalah racun yang mulai menyebar pada tubuh Dalfon.
Racun yang berasal dari pisau teroris itu kini mulai berhasil menyebar. Walau penyebarannya tidak begitu cepat, namun tetap saja racun itu akan sangat membahayakan bagi Dalfon.
Nara yakin bahwa Dalfon juga mengetahui hal itu. Namun Dalfon memilih tidak menghiraukannya supaya semua orang yang ada di sana juga tidak mengetahui tentang racun itu.
Tidak tau ada yang tau isi pikiran Shisa. Perempuan itu tiba-tiba saja menerjang Nara dari arah belakang dengan niatan membunuh.
Nara hanya menengok sedikit ke arah Shisa sambil tersenyum kecil. Ia tidak bisa melihat dengan jelas pergerakan Shisa dan ia juga tidak berniat melihatnya. Karena tidak peduli apa pun yang Shisa lakukan, serangan Shisa tidak akan pernah menyentuhnya.
Shisa terpental begitu saja dengan keras tanpa dapat menyentuh sedikit pun bagian tubuh Nara. Seakan-akan di sekitar ada sebuah pelindung yang aktif dan akan menghempaskan seluruh orang yang berniat untuk menyakitinya.
"Sepertinya keputusan ku untuk menghentikan Dalfon membunuhmu waktu itu salah. Harusnya aku membiarkan Dalfon melakukan itu, supaya sampah seperti dirimu ini tidak akan muncul lagi di hadapanku," jawab Nara sambil berbalik menatap Shisa yang masih tersungkur di lantai.
Dan dalam sekejap Volva dan Carles langsung mengelilingi Nara. Mengancam Nara dengan sebuah pedang dan pistol milik mereka. Berniat untuk memaksa Nara tidak melakukan apa pun. Supaya tidak ada lagi pertumpahan darah di tempat itu.
"Apa kalian masih belum mengerti? Kalian bukanlah orang yang bisa menghentikan ku. Bahkan jika kalian semua mengeluarkan seluruh kekuatan kalian, itu hanya akan membuang-buang tenaga dan jiwa kalian," ujar Nara dengan santainya.
Tidak begitu lama untuk Carles dan Volva menyadari bahwa mereka juga dalam bahaya. Dalam posisi mereka sekarang yang sedang berhadapan dengan Nara, ternyata ada sebuah ekor rubah dengan ukuran yang cukup besar sedang melayang di belakang mereka dan bersiap-siap untuk menusuk tubuh mereka.
Nara memiliki sembilan ekor. Dan sekarang hanya ada dua ekor yang muncul. Yang artinya Nara benar-benar menekan seluruh kekuatannya supaya tidak terlalu berlebihan saat berhadapan dengan Lima Keluarga Besar.
"Dalfon pergilah bersama keluarga Virgo terlebih dahulu dan beritahu mereka tentang racun itu. Aku ada urusan dengan yang lainnya," ujar Nara sambil mengibaskan tangannya ke arah Dalfon.
Tubuh Dalfon, Vinka, Alyssa, dan Rachel mulai mengeluarkan cahaya. Itu adalah bagian dari reaksi sihir yang baru saja digunakan oleh Nara. Perempuan itu menggunakan sihir perpindahan ruang untuk mengirim keempat orang itu untuk kembali ke kediaman utama keluarga Virgo.
Namun karena kemampuan Nara ditekan hingga setengah, membuat sihir perpindahan itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Mulai sekarang kita akan berada di sisi yang berbeda. Dan mungkin saja kita akan jarang berbicara mulai sekarang. Jadi aku serahkan perempuan merepotkan itu padamu. Kamu adalah orang yang ditunjuknya untuk menggantikan posisiku. Jadi aku percaya padamu, Kawan," ujar Dalfon sebelum tubuhnya benar-benar menghilang.
Langit tersenyum kecil mendengar hal itu. Tidak peduli seberapa banyak Dalfon meminta, Langit tidak akan pernah sanggup memenuhi permintaan Dalfon itu. Karena sejak awal Langit datang, Langit sudah ditampar sebuah fakta bahwa Dalfon adalah orang istimewa. Bisa saja ada seratus orang lebih yang sewa untuk menggantikan posisi Dalfon sebagai pengawal. Namun Langit yakin yang akan tergantikan hanyalah tugasnya saja. Sedangkan posisi Dalfon di hati Alice tidak akan pernah bisa tergantikan sampai kapan pun.
"Katakan padaku, bagaimana caranya aku menggantikan posisimu saat dia saja masih mengharapkan kepulangan mu?" gumam Langit sambil tersenyum kecil.
Nara melirik ke arah Langit. Laki-laki itu mengingatkannya pada Tristan. Kemungkinannya memang sangatlah kecil. Namun sepertinya kisah persahabatan antara Michaels dan Tristan akan diteruskan oleh Dalfon dan Langit. Kisah baru di era baru dan mungkin saja dengan akhir yang berbeda.
Arasha melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah. Ia sangat letih dengan segala kegiatan organisasinya. Jadi ia berniat untuk langsung masuk ke dalam mobil jemputannya dan sesampainya di rumah, ia akan langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.Dari tempatnya sekarang, ia sudah bisa melihat jelas sebuah mobil putih milik keluarganya terparkir di seberang jalan dan ada beberapa pengawal sedang berjaga-jaga di sekitar mobil itu.Pemandangan yang sangat membosankan. Setiap ia pulang sekolah, selalu saja pemandangan seperti ini yang ia lihat. Sebenarnya ia sudah mulai jenuh dengan ini semua. Sebenarnya ia pernah meminta ayahnya supaya tidak mengirimkan mobil jemputan berserta para pengawal untuk dirinya. Namun ayahnya menolak permintaan Arasha mengingat sekarang Fla sedang gencar-gencarnya mencari titik lemah para Lima Keluarga Besar. "Mau kencan sebentar?" Suara itu tiba-tiba saja terdengar di telinga. Sontak dengan kecepatan tinggi, ia langsung menoleh ke arah kanan. Untu
Dalfon dan Arasha sudah sampai di wahana bermain yang sangat terkenal di kota mereka. Tentang penyamaran, Arasha tidak menggunakannya. Karena Dalfon baru teringat bahwa ia bisa menyamarkan penampilan orang lain dengan cara menyelimuti orang itu dengan aura miliknya.Jadi Arasha sekarang bisa melakukan semua yang ingin ia lakukan tanpa harus menjaga martabatnya sebagai penerus keluarga Mafuyu.Dalfon sendiri sangat bahagia saat Arasha terus menerus menariknya menaiki satu per satu wahana yang ada di sana.Arasha terlihat sangat antusias dan berbahagia. Sedangkan Dalfon sendiri juga terlihat sangat menikmati segala sesuatu yang bisa menimbulkan senyuman di bibir Arasha.Roller coaster, bumper car dan beberapa wahana yang lainnya mereka nikmati. Tidak lupa juga mereka memasuki Area Adventure land. Yang merupakan sebuah area yang disiapkan supaya para pengunjung bisa merasakan rasanya berpetualang di dunia antah berantah, banyak area yang bernuansa seperti hutan, teluk, dan gedung-gedung
Dalfon dan Arasha sudah ada di depan kediaman Mafuyu. Dalfon telah mengantarkan perempuan itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Dan sekarang adalah akhir dari segala kesenangan mereka.Berpisah. Mereka akan melakukan itu. Arasha akan melanjutkan kehidupannya, sebagaimana seharusnya. Sedangkan Dalfon harus melakukan apa yang seharusnya ia lakukan."Mau mampir sebentar?" tanya Arasha sambil menunjuk rumahnya."Sebentar lagi akan hujan, jadi aku harus pulang secepatnya. Ditambah lagi, aku harus mampir ke rumah Vedora untuk mengembalikan mobilnya," jawab Dalfon sambil menggeleng pelan."Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk hari ini. Aku sangat-sangat menikmatinya.""Ya, aku juga."Mereka kembali terdiam. Masih banyak lagi hal yang ingin mereka sampaikan, namun mereka bingung dengan cara apa mereka harus memulainya."Oh, iya. Ini foto yang tadi diambil di foto box. Kamu simpan dua dan aku juga dua," ujar Arasha sambil mengambil foto card di dalam tasnya lalu memberikannya pada Dalfon.
Arasha, Alyssa, dan Vedora sedang berada di ruang OSIS. Seperti biasa, mereka sedang mengecek beberapa dokumen sekolah dan memberikan tanda tangan pada surat-surat perizinan acara sekolah.Langit juga ada di sana, namun ia hanya duduk di sofa sambil bersantai. Ia tidak melakukan apa pun selain memainkan ponselnya dan memakan cemilan yang tadi ia beli di kantin bersama Vedora."Aku tidak melihat Dalfon hari ini di sekolah, apa dia tidak masuk lagi?" tanya Langit setelah menguyah makanan yang ada di mulutnya."Bukankah itu sudah biasa? Dia masuk dan bolos sesukanya. Untuk apa kamu memikirkannya?" tanya Alyssa balik.Tangan kanan Arasha berhenti saat mendengar nama Dalfon disebutkan oleh Langit dan Alyssa. Ia masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. Atau lebih tepatnya, ia selalu mengingat segala kejadian malam itu di setiap detiknya. Membuatnya merasa kesal dan sedih."Tentang Dalfon. Sepertinya kemarin dia sedang ada acara. Dan entah bagaimana ceritanya kemarin malam saat hujan der
Vedora kebingungan karena tiba-tiba saja Dalfon mengajaknya untuk pergi pada tengah malam. Menaiki sebuah mobil, mereka pergi ke kaki bukit. Dan sepanjang jalan, Dalfon sama sekali tidak memberitahunya tentang ke mana mereka akan pergi.Vedora sendiri tidak banyak tanya, karena yakin Dalfon akan langsung memberitahunya jika mereka sudah sampai di tempat.Vedora memarkirkan mobilnya sesampainya di kaki bukit. Mereka melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki. Di perjalanan kali ini, Vedora sangat yakin bahwa tujuan mereka adalah puncak. Namun Vedora masih bingung untuk apa Dalfon mengajaknya ke sana.Dan akhirnya mereka benar-benar sampai di puncak bukit. Mereka berdua berjalan ke tepian dan melihat ada sebuah kota mati yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak ditinggali.Di kota itu sama sekali tidak ada pencahayaan dan terlihat sangat kosong. Yang menandakan bahwa memang di kota itu tidak ada siapa pun."Pakai ini," ujar Dalfon sambil memberikan sebuah topeng rubah pada Vedor
Rachel, Gio, Alyssa, Arasha, dan Vedora sedang berjalan menuju ke sebuah cafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Mafuyu.Sebelumnya mereka sedang berkumpul di rumah Arasha. Dan karena mereka jenak sekaligus lapar, mereka putuskan untuk pergi ke cafe terlebih dahulu. Mereka pikir tidak akan ada masalah jika mereka jalan kaki. Namun ternyata pemikiran mereka itu salah, saat mereka sedang melewati sebuah gang kecil, mereka dihadang oleh segerombolan orang menggunakan jas hitam.Jumlah dari orang itu sangatlah banyak. Bahkan tiga kali lipat dari jumlah mereka. Membuat mereka langsung bersiap-siap jika memang harus bertarung.Namun menggunakan sihir di tempat sempit seperti sekarang, sangatlah beresiko. Akan ada kemungkinan sihir yang mereka gunakan akan salah target dan bisa saja mengenai teman mereka sendiri. Maka dari itu, mereka tidak bisa menggunakannya secara sembarangan. Yang artinya kemampuan fisik akan sangat diperlukan sekarang.Hanya Gio dan Vedora yang mempunyai kem
Dalfon menatap malas Rachel yang sedang mengucapkan sebuah mantra sihir tingkat menengah di hadapannya.Memang tidak salah. Namun entah kenapa, ia merasa bosan saja saat mendengar seseorang menyebutkan mantra sihir saat hendak menggunakannya. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar. Bahkan lumrah. Karena mantra sihir adalah dasar dari sebuah sihir. Jika mantranya saja salah, maka sihir yang diinginkan pasti tidak akan muncul. Hanya beberapa orang saja yang bisa menggunakan sihir tanpa harus mengucapkannya. Dan orang-orang itu adalah orang-orang yang memang pantas disebut sebagai penyihir.Sekarang kondisinya adalah Rachel masih memerlukan mantra sihir untuk menggunakan sihir tingkat menengah. Kondisi itu saja sudah menunjukkan bahwa untuk saat ini Rachel tidak akan bisa menggunakan sihir tingkat atas.Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah sihir tingkat atas. Rachel harus menguasainya supaya tidak ada satu orang pun yang meragukan kemampuannya setelah ia benar-benar dilantik sebagai pe
Alice menolak keras permintaan Vinka untuk tidak menemui Dalfon lagi. Tentu saja itu adalah hal yang sangat berat baginya. Selama ini saja, ia selalu memendam segala rasa rindunya dan saat ia ingin bertemu dengan Dalfon, dengan mudahnya Vinka memintanya untuk pergi.Vinka sendiri tidak bisa mengingkari kesepakatan yang telah ia sepakati dengan Dalfon. Dalfon sudah menjalankan tugasnya sebagai pelatih Rachel dengan baik. Jadi sekarang saatnya ia menjalankan tugasnya untuk menjauhkan Alice dari Dalfon.Vinka sadar bahwa ini akan sangat bahaya untuk hubungan keluarga Virgo dengan keluarga Gracia. Namun apa daya. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Dan ia harus menepatinya tidak peduli apa pun yang terjadi."Dia sudah tidak ingin menemui mu. Pergilah dan aku akan merawatnya seperti aku merawat anakku yang lainnya," ujar Vinka sambil menatap lekat wajah Alice."Jangan bercanda! Aku tidak akan tinggal diam saja saat ada orang yang ingin mengambilnya dari ku! Aku adalah orang yang pertama kali