Share

Bab 104

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-04-13 19:43:53

Melihat jari telunjuk pria di hadapan, River terlihat murka. “Bajingan, apa maksud jarimu itu, hah?!”

Debra yang juga melihat jari itu langsung panik. “K-kak River, mungkin dia sedang stress karena baru saja bebas dari penjara!” Dia sedang membantu Nathan untuk mendapatkan belas kasihan.

“Baru bebas dari penjara?” River tercengang. “Pantas saja berani langsung memukuli orang, nyalinya juga lumayan, aku tidak peduli dia baru bebas atau tidak!”

Debra melihat River yang menolak hanya bisa berkata pada Nathan. “Apa-apaan kamu ini, hah?! Apa kamu ingin mati disini?!”!”

“Tentu tidak!” Nathan menggeleng. Nathan berkata sambil mengeluarkan sebuah koin dan memutarkannya dengan pelan di tangannya. “Jika kamu menginginkan uang, ambil ini!”.

Melihat Nathan hanya melemparkan uang koin ke arahnya, River seketika mengamuk. “Sialan, berani mempermainkanku, aku akan membunuhmu!”

Debra juga seketika mengamuk. “Nathan, apa maksudmu? Aku sedang membantumu memohon belas kasihan, kamu malah tidak tahu di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mohamad Saiful Ridzuan Yahaya
bagus sekali tapi ceritanya singkat sedikit
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1130

    Di aula utama organisasi Matilda, suasana terasa dingin dan kaku saat seorang pria asing melangkah masuk.Dengan wajah sombong dan senyum yang tipis, pria itu menangkupkan kedua tangan dan memberi hormat dengan formalitas yang tidak tulus.“Soyir dari keluarga Wilford, Kota Hulmer, memberi salam kepada Penguasa organisasi Matilda.”Famrik membalas dengan anggukan kecil, lalu memberi isyarat agar Soyir duduk. “Tuan kedua dari keluarga Wilford,” ujar Famrik tenang. "Apa yang membawamu menempuh jarak sejauh ini untuk datang ke Matilda? Setahuku, kita tak pernah punya hubungan apa pun dengan Wilford.”Soyir terdiam sejenak, sebelum akhirnya menyampaikan maksudnya dengan nada tajam. “Aku datang untuk meminta seseorang.”Alis Famrik terangkat sedikit. “Seseorang?”“Namanya Nathan.” Tatapan mata Soyir berubah dingin. “Dia telah membunuh keponakanku dan melarikan diri ke tempat ini. Serahkan dia padaku.”Sekilas kegusaran muncul di wajah Famrik. Dia tidak menyangka bahwa Nathan benar-benar pu

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1129

    Ternyata, dugaan Nathan benar—organisasi Matilda kini hampir kehabisan sumber daya. Tak ada lagi bahan obat, ramuan, atau bahkan kristal energi. Semua lenyap ditelan waktu dan keterasingan mereka dari dunia luar.“Tenang saja,” Nathan berkata, menepuk bahu Famrik sambil tersenyum tipis. “Kultivasiku tak bergantung pada sumber daya dari luar. Aku sudah membawanya sendiri. Yang kubutuhkan hanyalah tempat yang terpencil dan luas.”Famrik segera memandu Nathan ke tempat bagian dalam, wilayah paling sunyi dan tak terjamah di kompleks Matilda.Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah dataran datar yang tersembunyi di balik kabut. Pepohonan menjulang, angin sejuk berembus pelan.“Tuan Ace, apakah tempat ini cukup?” tanya Famrik.Nathan mengangguk, lalu tanpa berkata panjang lebar, mengangkat tangannya dan mengeluarkan menara kegelapan dari dalam cincin ruang. Dalam sekejap, menara hitam legam itu melesat ke udara. Dengan suara bergemuruh yang menggetarkan tanah, menara itu tumbuh tinggi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1128

    “Organisasi Matilda,” kata salah satu dari mereka dengan suara berat dan bergaung. “Kami, Ravensclaw, memberi salam kepada Penguasa!”Suara itu menggema dalam lorong batu seperti gema palu di atas lonceng perang.Waktu seakan berhenti. Zephir, yang berdiri di samping Nathan, memucat. Bola matanya membelalak, dan suara napasnya tertahan seperti tercekik. Nathan, sebaliknya, tak menjawab, tak bereaksi. Ia hanya memandangi mereka—diam, namun tidak damai dan dingin. Pupil matanya mengerut, rahangnya mengencang, dan telapak tangannya mengepal perlahan.“Apa yang kalian katakan?” Nathan akhirnya bersuara, tapi kalimatnya terdengar seolah ditarik paksa dari tenggorokan yang terbakar.Famrik menatap langsung ke arah Nathan, lalu berlutut lagi dengan satu tangan menekan dadanya.“Tuan Ace, Anda telah mewarisi takhta Dragnows. Maka Matilda, yang sejak awal adalah fondasi bayangan dari Dragnows, tunduk padamu.”Zephir menoleh cepat ke Nathan. “Nathan, kau tahu tentang ini?” suaranya nyaris bisik

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1127

    Kaidar berdiri di balkon lantai tiga rumah besar keluarga Winaya. Dari tempat itu, dia menyaksikan Soyir dan pasukannya menghilang di ujung jalan. “Nathan, kau pikir bisa melawanku? Terlalu naif,” gumamnya sambil menyeringai sinis.Dia menoleh ke bawah, ke arah salah satu bawahannya yang setia. “Bagaimana? Sudah kau kumpulkan semua anggota kuat?”“Sebagian besar sudah, Tuan Muda. Tapi, ada beberapa yang menolak hadir tanpa perintah langsung dari Tuan Besar.”Kaidar mengumpat sambil mengepalkan tangan. “Sialan! Ayahku sedang mengasingkan diri, dan mereka masih saja tak menghormatiku sebagai pewaris sah keluarga Winaya?!”Namun, amarah itu cepat berubah menjadi senyuman licik. “Tak masalah. Mereka yang datang sudah cukup. Jika Wilford dan Matilda saling menghancurkan, kita akan menjadi pihak yang terakhir tertawa.”Mata Kaidar bersinar dengan kelicikan dan ambisi. “Dan begitu Nathan mati, semua harta karun itu akan menjadi milikku!”Soyir mungkin terlihat garang. Tapi dalam permainan in

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1126

    Kaidar menggigit lidahnya, tubuhnya menegang sepersekian detik. Tapi wajahnya tetap tenang, seolah tak gentar berdiri di hadapan seorang singa yang baru kehilangan anaknya. “Nathan .…” katanya, pelan namun jelas. “Tuan Muda Gill dibunuh oleh Nathan!”Soyir mengernyit. Nama itu asing, namun penuh dendam. “Nathan?” ulangnya pelan. “Siapa dia?”Sebelum Kaidar sempat menjawab, kepala pelayan tua melangkah maju, membisikkan informasi di telinganya. Nama, latar belakang, dan keterlibatan Nathan, semua disampaikan cepat dan ringkas.Wajah Soyir mengeras. Matanya menyipit seakan menganalisis kepingan teka-teki yang tak masuk akal. “Keponakanku tidak memiliki urusan dengan orang seperti itu. Mengapa dia harus membunuhnya?”“Itu karena saya yang memperkenalkan soal menara kegelapan,” kata Kaidar, berpura-pura tulus. “Gill ingin menyelidikinya lebih lanjut dan menemui Nathan. Dia membawa beberapa orang dari pihak saya, lalu tak pernah kembali.”Kaidar menyampaikan kisah itu dengan presisi nyaris

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1125

    Kaidar menyeka pedangnya dengan ujung jubahnya, perlahan, seolah dia bukan baru saja membunuh orang-orang yang bersumpah setia padanya. "Mereka akan mengira Nathan yang melakukan ini," gumamnya sambil menyeret tubuhnya yang terluka kembali ke kediaman Keluarga Winaya. "Dan tidak akan ada satu pun saksi yang bisa berkata lain."***Keesokan paginya.Matahari terbit enggan dari balik celah dua gunung raksasa yang menjulang seperti rahang iblis yang siap menelan siapa pun yang berani masuk.Di sanalah, organisasi Matilda berdiri—atau lebih tepatnya, tersembunyi. Sebuah lembah sempit yang tampak kecil dari kejauhan, namun berubah menjadi ruang luas dan suram penuh gua batu alami ketika dimasuki. Angin menderu di antara celah batu seperti rintihan jiwa-jiwa yang tersesat.Nathan dan Beverly berjalan beriringan, langkah mereka berat namun mantap. Di belakang, Zephir menyusul, tampak rapuh setelah kehilangan kekuatannya. Herold telah mengirim pengawal untuk melindunginya, tanda bahwa bahkan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1124

    Sementara itu, Beverly, yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca, akhirnya berkata lirih. “Bolehkah aku ikut bersamamu? Aku tak sanggup tinggal di sini, hanya untuk terus mengkhawatirkanmu ….”Nathan menatapnya dengan lembut, lalu menggeleng pelan. “Tidak, Eve, Jika kau bersamaku, kau justru dalam bahaya. Aku tak cukup kuat untuk melindungi orang lain saat ini. Dan kau pun harus mulai melatih dirimu sendiri. Siapa tahu, nanti, aku yang akan membutuhkan perlindungan darimu.” Ucapannya dibungkus senyum hangat.Beverly tahu, itu adalah keputusan final. “Ya, Tetua Herold juga sedang meracik banyak ramuan obat untukku,” katanya sambil mencoba tersenyum. “Aku akan berlatih keras.”Nathan mengangguk, lalu membuka cincin ruangnya. Dari dalamnya, dia mengeluarkan lukisan aliran sunyi. “Ini untukmu. Kamu tahu cara menggunakannya, kan? Ini akan mempercepat kultivasimu.”Beverly terkejut. “Kenapa kamu memberikannya padaku? Bukankah kamu lebih membutuhkannya?”Nathan tertawa kecil. “Aku su

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1123

    Bagi Nathan, bisa berkultivasi dengan tenang seperti para pendekar lainnya adalah kemewahan yang nyaris mustahil.Dunia tak memberinya waktu untuk bernapas.Satu-satunya harapan saat ini adalah meminjam perlindungan organisasi Matilda, tempat terakhir yang mungkin bisa memberinya waktu untuk tumbuh.Saat Nathan mengutarakan niatnya pada Zephir untuk menyelamatkan ibunya dari Keluarga Zellon dan Sarah dari Martial Shrine sebelum tahun naru.Zephir hanya menggeleng, sorot matanya serius. “Nathan, jangan bodoh. Ini bukan sekadar misi penyelamatan. Ini perang melawan dua kekuatan terbesar di dunia bela diri!”“Keluarga Zellon dan Martial Shrine. Mereka bukan hanya apa yang terlihat di permukaan. Kau hanya melihat puncak gunung esnya!” Zephir berjalan pelan ke arah jendela, menatap langit kelam. “Kau tahu kenapa Ryujin begitu ingin melindungimu sekarang? Dia sedang memakai tanganmu untuk mengguncang dunia.”“Semakin kau menggila, semakin banyak monster lama keluar dari persembunyian mereka

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1122

    Pecahnya pertempuran antara Kaidar dan Gill langsung menyeret semua anak buah ke dalam kekacauan. Dua kubu berbenturan seperti ombak ganas di malam yang gelap, tinju, pedang, dan energi spiritual bertabrakan hingga langit mendesah.Gill, meskipun jumlah anak buahnya lebih sedikit, memiliki kekuatan luar biasa. Kedua tinjunya bersinar terang, mengirimkan gelombang energi setiap kali menghantam lawan. Di sisi lain, Kaidar mengandalkan jumlah dan strategi licik untuk mengimbangi kekuatan brutal Gill.Namun, Nathan tidak tinggal untuk menyaksikan hasilnya. Baginya, siapa yang menang atau kalah, tidak ada bedanya. Tanpa suara, dia berbalik dan menghilang ke kegelapan, meninggalkan medan tempur berdarah.***Saibu Care.Udara di dalam Saibu Care terasa tenang namun tegang saat Nathan muncul dengan pakaian compang-camping, wajah pucat, dan langkah terhuyung."Nathan?!" Zephir, Herold, dan yang lainnya berdiri terkejut.Beverly yang sudah hampir sebulan tak melihat Nathan, menutup mulutnya de

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status