공유

Bab 11

작가: Imgnmln
last update 최신 업데이트: 2024-02-02 10:44:06

“Tuan, hari ini Tuan Muda dari Keluarga Orton sedang melangsungkan pernikahannya, resepsi pernikahannya diselenggarakan di aula lantai dua, makanya diluar ribut!” Manajer itu segera menjelaskan situasi kepada Kevin.

Saat mendengarnya Kevin kemudian mengangguk, dia juga seorang pebisnis yang bergerak dalam bidang usaha perhotelan, keributan yang terjadi karena ada resepsi pernikahan memang suatu hal yang tidak bisa dikontrol.

“Tuan Kevin, kalau begitu, aku pamit!” Nathan kemudia berjalan keluar dari dalam kamar.

Dan saat Nathan baru turun ke lantai bawah, dia kembali bertemu dengan Rendy yang sedang menggendong pengantinnya, Sherly memasuki hotel.

Saat melihat Nathan, Rendy tercengang sesaat lalu mencibir. “Nathan, tidak disangka, kamu benar-benar datang untuk menghadiri pernikahan kami, hebat!”

Nathan tidak bersuara dan ganga melirik dingin ke arah Rendy, dan sama sekali tidak mengatakan apapun, dia berbalik dan hendak pergi.

“Tunggu dulu, kenapa terburu-buru? Jangan pergi begitu saja
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (3)
goodnovel comment avatar
Upik Rara
aplikasi akan saya hapus
goodnovel comment avatar
Efri Wandi
bab berbayar. aplikasi akan saya hapus.
goodnovel comment avatar
Norhanida Mohamad
bagus bangat
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1238

    Di gerbang utama Martial Shrine yang megah.Dua penjaga berdiri tegak seperti tombak. Aura mereka kuat, keduanya telah mencapai puncak penguasa Ingras tahap akhir. Di kota lain, mereka bisa mendirikan sekte mereka sendiri. Di sini, mereka hanyalah penjaga pintu, menukarkan kebebasan mereka dengan sumber daya kultivasi yang melimpah dari aliansi."Tiga tetua itu keluar dengan wajah masam lagi," gumam salah satu penjaga kepada rekannya. "Sepertinya suasana hati Ketua sedang sangat buruk hari ini. Sebaiknya kita jangan cari masalah.""Tentu saja buruk," balas yang lain. "Aku dengar tujuh wayang mayat kiriman—"Perkataannya terhenti. Kedua penjaga itu terdiam saat mendengar suara langkah kaki tunggal berjalan mendekati gerbang dengan tenang yang tak terduga.Sosok yang sama yang menjadi sumber dari semua ketegangan di Martial Shrine hari ini.Nathan telah tiba.Udara di sekitar mereka tiba-tiba terasa dingin. Niat membunuh yang begitu pekat dan murni, seperti es kering, menyapu mereka.Ke

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1237

    Setelah membersihkan sisa-sisa wayang mayat, Nathan tidak beristirahat.Darah di tubuhnya bahkan belum sepenuhnya kering saat ia berangkat seorang diri menuju jantung kekuasaan kota Moniyan. Harapan untuk berhasil mungkin tipis, tetapi keputusasaan bukanlah pilihan. Sarah ada di dalam sana, dan membiarkannya menderita sendirian adalah dosa yang tidak akan pernah ia ampuni pada dirinya sendiri.Di saat yang sama, di ruang terdalam Martial Shrine.Hawa di ruangan terasa berat dan menyesakkan. Sancho duduk di kursinya yang megah, matanya terpejam, tetapi rahangnya yang mengeras menunjukkan badai yang berkecamuk di dalam dirinya.Di atas mejanya, tujuh keping giok hitam retak dan hancur, simbol dari tujuh wayang mayatnya yang telah musnah. Sebuah aset yang tak ternilai, kini menjadi debu."Bodoh," desisnya pada ruangan yang kosong.Kemarahannya bukanlah kemarahan yang meledak-ledak, melainkan kemarahan dingin seorang ahli strategi yang rencananya digagalkan oleh kebodohan alatnya."Kenapa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1236

    "Api Naga!" Nathan mengubah taktik. Tangan kirinya mendorong ke depan, dan semburan api keemasan yang dahsyat menyelimuti dua mayat boneka yang menerjangnya.Bau daging hangus yang memuakkan memenuhi udara, disertai suara letupan kulit dan lemak yang terbakar. Nathan mundur sedikit, berharap api akan melahap mereka.Namun, harapannya pupus. Dua sosok obor manusia keluar dari lautan api itu, tubuh mereka terbakar hebat, daging mereka meleleh dari tulang. Tapi mereka tidak melambat. Mereka tidak panik. Mereka terus maju, dua arwah penasaran dari neraka yang bertujuan untuk menyeretnya ikut bersama mereka."Ini gila!" Nathan menghindar dengan susah payah saat salah satu obor itu melewatinya, hawa panasnya menyengat kulit.Di tengah kekacauan itu, Famrik yang sedang menahan dua mayat sekaligus, tidak hanya bertarung—ia mengamati. Ia melihat sesuatu yang aneh. Tak peduli seberapa hancur tubuh mereka, patah, terpotong, atau terbakar. Kepala mereka selalu tetap tegak dan terfokus pada Nathan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1235

    "Tuan Nathan, hati-hati!" raung Famrik.Waktu seolah melambat bagi Nathan. Dengan raungan naga di dalam dirinya, sisik-sisik emas meledak dari kulitnya. Ia tidak mencoba lari; ia melesat mundur dengan kecepatan kilat. Tepat saat ia menghilang dari posisinya, ketujuh serangan itu bertemu di satu titik.BAAM!Ledakan yang memekakkan telinga mengguncang seluruh area. Tanah tempat Nathan berdiri beberapa saat yang lalu kini menjadi kawah yang dalam dan berasap."Lindungi Tuan Nathan!" teriak Nelson.Famrik dan ketiga rekannya tidak perlu diperintah. Mereka sudah melesat maju, mencegat ketujuh mayat boneka itu sebelum mereka bisa melancarkan serangan kedua. Pertarungan pun meletus."Tuan Nathan, mereka bukan manusia!" teriak Famrik di tengah-tengah bentrokan, suaranya tegang saat ia menangkis pukulan yang bisa meremukkan baja. "Mereka mayat yang dikendalikan! Jangan coba-coba melukai mereka, hancurkan mereka!"Mendengar itu, Nathan yang kini berdiri puluhan meter jauhnya, menyipitkan matan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1234

    Setelah kekuatannya pulih sepenuhnya, Nathan keluar dari menara.Famrik dan yang lainnya sudah menunggunya di aula utama, wajah mereka kini tidak lagi dipenuhi duka, melainkan rasa hormat yang besar."Tuan Nathan, tubuhmu sudah pulih?" tanya Famrik."Sudah," jawab Nathan. "Kalian tetaplah di Matilda, bangun kembali kekuatan kalian. Aku harus pergi ke Martial Shrine."Sontak semua orang terkejut."Untuk apa Anda pergi ke sarang ular itu, Tuan Nathan?" tanya Famrik bingung. "Mereka menganggap Anda sebagai duri dalam daging."Sebelum Nathan menjawab, Nelson yang sudah tahu situasinya melangkah maju. "Tuan Nathan, Anda akan menyelamatkan Nona Sarah, bukan?"Nathan mengangguk."Apa?!" raung Zechar, auranya berkobar seketika. "Sancho si tua bangka itu berani menyentuh kekasih Tuan Nathan?! Kurang ajar! Kami ikut! Kita akan merobohkan tempat itu dan membawa Nona Sarah kembali!""Benar, Tuan Nathan! Semakin banyak orang, semakin besar kekuatan kita!" tambah Nelson bersemangat."Tidak perlu,"

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1233

    "Nyawa kami ini adalah hadiah dari Tuan Nathan," kata Zechar dengan suara lantang yang kini terdengar berat karena tekad. "Sudah sepantasnya kami mengembalikannya untuk menemaninya di alam baka, sambil membawa seluruh Keluarga Winaya sebagai persembahan."Nelson menatap keempat pria di hadapannya. Mereka bukan lagi sekadar tetua atau master. Mereka telah menjadi empat peti mati berjalan, empat tombak yang terbuat dari jiwa, empat matahari terakhir yang siap meledak demi satu tujuan.Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya,Tepat di puncak sumpah kematian yang khusyuk itu, saat keempat tetua siap berjalan menuju takdir mereka, sebuah suara yang tenang dan mengandung sedikit ironi membelah udara yang tegang."Sejak kapan meledakkan diri menjadi salam perpisahan yang baru di Matilda?"Seluruh prajurit yang tadinya menunduk dalam-dalam, serentak mengangkat kepala. Keheningan yang tadinya dipenuhi duka kini berubah menjadi keheningan yang penuh dengan ketida

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status