Share

Bab 228

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-06-08 18:57:50

"Berhenti!" Marco ketakutan setengah mati. "Jangan mendekat! Ja-jangan!"

Bugh!

Tanpa menghiraukan ucapan Marco, Nathan menendang pria di hadapannya sekuat tenaga. Marco yang mendapatkan tendangan itu meringkuk kesakitan.

Marco dan Rendy sekarang seperti sepasang udang meringkuk sambil memegangi perut dan menunjukkan ekspresi yang menderita. Menatap dua orang yang terbaring diatas lantai, sebelah kaki Nathan menginjak kepala Rendy. Raut wajahnya terlihat sangat dingin dan ganas, tatapan matanya seperti elang yang sedang menerkam mangsanya.

“N-Nathan, aku bersalah, tolong ampuni aku!” Rendy ketakutan dan segera memohon. “A-aku berjanji, aku tidak akan mencari masalah denganmu lagi, aku bisa memberikan aset Keluarga Orton untukmu, asalkan kamu mengampuni nyawaku!” Rendy terus menerus memohon ampun!

“Aku sudah pernah memberimu kesempatan, tapi, kamu tidak menghargainya,” Nathan memandangnya dengan dingin, kemudian Nathan memusatkan kekuatannya pada sebelah kakinya.

Krraaaakk!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1122

    Pecahnya pertempuran antara Kaidar dan Gill langsung menyeret semua anak buah ke dalam kekacauan. Dua kubu berbenturan seperti ombak ganas di malam yang gelap, tinju, pedang, dan energi spiritual bertabrakan hingga langit mendesah.Gill, meskipun jumlah anak buahnya lebih sedikit, memiliki kekuatan luar biasa. Kedua tinjunya bersinar terang, mengirimkan gelombang energi setiap kali menghantam lawan. Di sisi lain, Kaidar mengandalkan jumlah dan strategi licik untuk mengimbangi kekuatan brutal Gill.Namun, Nathan tidak tinggal untuk menyaksikan hasilnya. Baginya, siapa yang menang atau kalah, tidak ada bedanya. Tanpa suara, dia berbalik dan menghilang ke kegelapan, meninggalkan medan tempur berdarah.***Saibu Care.Udara di dalam Saibu Care terasa tenang namun tegang saat Nathan muncul dengan pakaian compang-camping, wajah pucat, dan langkah terhuyung."Nathan?!" Zephir, Herold, dan yang lainnya berdiri terkejut.Beverly yang sudah hampir sebulan tak melihat Nathan, menutup mulutnya de

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1121

    "Kami bukan bagian dari Keluarga Wilford," salah satu dari mereka berkata datar."Kami di sini hanya untuk harta karun. Hidup atau matinya Gill, bukan urusan kami."Gill menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kalian .... sialan, kalian mengkhianatiku?"Sebelum sempat mendapat jawaban, suara tawa berat dan bergema memecah malam, menambah tekanan di dada siapa pun yang mendengarnya."Hahaha! Ucapan bawahanmu ternyata benar juga."Sosok Kaidar muncul dari balik kabut bersama sekelompok pria berbaju hitam berikat lengan lambang Keluarga Winaya. Matanya menyala saat melihat Gill dalam posisi lemah."Gill, kau memang Tuan Muda Keluarga Wilford. Tapi di sini, di Kota Moniyan, siapa kau sebenarnya? Tanpa Wilford, kau hanyalah seekor anjing pincang!"Gill meraung marah. "Kaidar! Kita punya kesepakatan! Harta dibagi rata!""Kesepakatan? Itu hanya kata-kata bodoh untuk membuatmu bekerja untukku. Ini wilayahku, Gill. Bukan Wilford! Aku ingin semuanya! Termasuk kepala Nathan!"Nathan menyi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1120

    Empat, bukan, enam—Nathan mengoreksi perhitungannya dalam hati. Dua di antaranya bahkan lebih kuat dari Gill. Mereka semua adalah puncak penguasa Ingras tingkat akhir, kekuatan elit yang bisa menghancurkan kota dalam satu malam.Nathan mengerutkan kening. Dalam keadaan biasa, dia mungkin bisa bertarung—atau setidaknya melarikan diri. Tapi inti spiritualnya nyaris kering, seperti api kecil yang hampir padam. Tidak ada waktu untuk pulih.Gill melihat wajah Nathan yang menegang. Dia tertawa lebih keras, menyeringai dengan kesenangan seorang pemburu yang tahu mangsanya tak punya jalan keluar. "Serahkan semua yang kau miliki, dan mungkin aku akan memberimu kematian yang cepat," ucap Gill, suaranya menukik tajam."Kau yang membuat Menara Kegelapan runtuh, bukan? Harta karun dari dalamnya pasti sudah ada di tanganmu. Tak ada alasan lain menara itu bisa hancur."Nathan tetap diam. Namun dalam diam itu, pikirannya bergerak cepat. Matanya bergerak, menilai posisi musuh, jarak pohon terdekat, ar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1119

    Sementara itu, Nathan berlari di tengah jalan setapak Kota Moniyan yang mulai lengang saat senja turun. Angin membawa aroma debu dan darah, membalut tubuhnya yang lelah dan penuh luka."Aku terlalu bodoh," Nathan mengumpat dalam hati. Dia mengira Moniyan sudah aman, bahwa badai telah berlalu. Namun hari ini membuktikan sebaliknya, Moniyan hanyalah danau tenang yang di dasarnya tersembunyi ratusan hiu lapar.Di bawah cahaya bulan pucat, Nathan mengarahkan langkah ke Saibu Care. Tujuannya jelas, membawa Zephir pergi, kembali ke organisasi Matilda, satu-satunya tempat yang bisa memberinya perlindungan nyata. Namun belum separuh jalan, hawa tajam menyayat udara di sekitarnya. Nathan berhenti mendadak.Delapan aura kuat tiba-tiba mengurungnya dari segala arah.“Secepat itu?” pikirnya, bibirnya menyeringai getir. “Arteta benar-benar tidak tahu malu!” Dia mempercepat langkahnya, namun tubuhnya tak kooperatif.Tenaga spiritualnya telah menipis, dan taiju-nya hampir habis. Satu-satunya yang ma

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1118

    Scholar menggeleng kagum, namun tetap mematikan. “Kau hebat, sangat hebat. Di generasi muda, hanya kau yang bisa menahan seranganku sejauh ini.”“Tapi justru karena itu, aku tidak bisa membiarkanmu hidup,” aura Scholar kembali melonjak dengan ekstrem.Aura di sekelilingnya menggila.Dengan satu lambaian tangannya, sebuah pagoda besar layaknya candi muncul di udara.! Udara terdistorsi dan pagoda itu berotasi, menghisap kekuatan langit dan bumi, menciptakan pusaran udara raksasa di langit, seperti kuburan abadi yang siap menyegel siapa pun yang menyentuhnya."Penjara Pagoda Suci!"Langit retak oleh seruan itu. Sebuah cahaya suci turun dari awan keemasan, membentuk pagoda raksasa yang perlahan melayang turun, memancarkan aura damai namun menyesakkan. Tubuh Nathan gemetar, bukan karena takut, tapi karena tekanan spiritual yang melumpuhkan. Cahaya itu merangsek ke dalam aliran energi tubuhnya, mengoyak konsentrasi, melemahkan auranya.Namun di tengah kesunyian itu, sesuatu dalam diri Natha

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1117

    Energi pedang luar biasa itu kembali lenyap dalam sekejap ketika bersentuhan dengan aura Scholar, seperti ditelan dimensi kosong. Tidak tersisa apa pun, kecuali sisa panas membakar di udara."Seolah-olah tebasan itu tak pernah ada," Scholar melangkah ringan, tanpa tergores sedikit pun. “Kau hanya seorang puncak penguasa Ingras,” ucapnya pelan. "Artefak sebanyak apa pun tak ada artinya di hadapanku.”Klang!Kemudian, dia mengangkat tangan seperti pedang, dan menebaskannya ke arah Nathan. Cahaya pedang menembus udara seperti kilat petir surgawi.Nathan bereaksi cepat—melompat menghindar, tapi terlambat setengah detik.Srakk!Pedang energi itu menggores punggung Nathan. Sisik-sisik emas beterbangan, dan luka dalam muncul. Tubuh Nathan terjatuh menghantam tanah. Nafasnya berat, pundaknya berguncang."Bahkan fisik bajamu itu tidak mampu menahan serangan itu."Nathan tahu, ini adalah perbedaan mutlak antara dirinya dan seorang Villain sejati.“Kenapa? Hanya sampai sini?” Scholar mencibir. “

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1116

    Saat dia melompat ke udara, Scholar mengayunkan tangannya. “Kau mau kabur?”Dalam sekejap, jaring energi raksasa muncul dari langit, menutupi seluruh jalan keluar seperti penjara transparan yang kokoh.BANG!Nathan menghantamnya dengan tinju, memecah jaring itu menjadi titik-titik cahaya, namun tubuhnya terpental keras ke tanah. Debu berhamburan, dan lantai retak di sekelilingnya.Nathan menggeram pelan."Kesempatan terbaik telah lewat."Tak ada pilihan. Menyerang adalah satu-satunya pertahanan yang tersisa.Dengan raungan keras, kekuatan taiju meledak dari tubuhnya. Cahaya keemasan mengalir dari pori-porinya. Kulitnya mulai berubah mengeras seperti baja, dan sisik emas tumbuh cepat menyelimuti tubuhnya.“Tinju Peledak!”BANG! BANG! BANG!Serangkaian bayangan tinju membelah udara menuju Scholar. Langit di atas vila Keluarga Arteta tampak bergetar hebat. Aura menghancurkan menyebar, membuat tanaman di sekitar kering seketika.Scholar sempat menyipitkan mata, ekspresi wajahnya berubah s

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1115

    Wajah Nathan seketika berubah dingin. Suaranya tajam dan datar. “Maaf, tapi itu satu hal yang tidak bisa kuberikan pada siapa pun.”Nathan bangkit berdiri. “Aku permisi.”Tapi saat dia sampai di depan pintu—"Tutup pintunya," titah Scholar dengan lantang.Kepala pelayan dan empat penjaga tiba-tiba berdiri menghalangi jalan keluar.Nathan berbalik, menatap Scholar yang kini berdiri dengan ekspresi bengis. “Apa maksudmu, kepala keluarga Arteta?” tanyanya dengan suara dalam.Scholar tersenyum tipis, namun kini penuh racun. “Tentu saja, mengambil yang aku inginkan. Jika kau tidak memberikannya, maka aku akan mengambilnya sendiri.”Tatapan Nathan berubah tajam dan penuh ancaman. “Aku datang sebagai tamu, kau tahu itu? Dan aku memberi muka pada Bachira. Tapi jika kalian memaksaku ….”Suara Nathan semakin dalam, dingin seperti logam. “Aku tidak segan menjadikan tempat ini ladang pembantaian.”“Hahaha!” Scholar hanya tertawa keras. “Pembantaian?”Raut wajah Scholar semakin dingin dan tatapan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1114

    Malam itu, mobil hitam mengantar mereka menuju kediaman keluarga Arteta. Rumah besar dengan arsitektur kuno bergaya Eropa itu menyambut mereka dengan lampu-lampu temaram yang menambah suasana misterius. Scholar, dengan jubah mewah dan senyum penuh pesona, menyambut Nathan secara langsung di halaman depan.Saat melihat sosok pemuda yang memasuki kediamannya, Scholar mendekat dengan wajah senang. “Hahaha! Nathan!” serunya, menggenggam tangan Nathan erat. “Akhirnya aku bisa melihat langsung pemuda yang selama ini diceritakan Bachira. Luar biasa, benar-benar luar biasa!”Nathan menunduk sopan. “Terima kasih atas undangannya, Kepala Keluarga.”Perjamuan sudah disiapkan. Meja bundar besar dipenuhi hidangan lezat dari berbagai penjuru dunia. Scholar mempersilakan Nathan duduk di sebelahnya, posisi terhormat yang menunjukkan bahwa malam itu, Nathan adalah tamu utama.“Anggap saja ini rumah sendiri,” kata Scholar ramah. “Aku senang Bachira punya teman seperti dirimu.”Ia menoleh pada anaknya d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status