Share

Bab 322

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-07-12 22:42:42

“Stefano, orangmu lah yang terlebih dahulu membohongi adikku, yang seharusnya memberi penjelasan adalah kalian!” Beverly berkata dan menatap pemuda itu dengan marah.

“Cuih! Yang aku tahu, kalian membuat keributan di tempatku, melukai orangku, yang lainnya aku tidak tahu," ujar Stefano membuang puntung rokok ke tanah dengan arogan. "Minta maaf sekarang juga, ganti kerugianku, dan mungkin aku bisa membiarkan kalian tetap hidup!”

“Kalau aku tidak mau?” Nathan menatap Stefano dan menyeringai.

“Kalau begitu, kamu tidak akan bisa pergi!” Disusul dengan suara Stefano, beberapa orang di belakangnya segera mengepung Nathan.

Hanya ada seorang lelaki tua kurus yang berdiri di samping Stefano dan tidak bergerak.

Nathan melirik mereka, lalu menyadari beberapa orang ini merupakan seorang kultivator dengan tingkatan Ingras, dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan para pria kekar tadi. Sedangkan lelaki tua yang ada di samping Stefano itu penuh energi, dan auranya tidak lebih lemah daripada Al
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1464

    KREEK!Jeruji besi yang telah diperkuat sihir itu bengkok dan patah seolah-olah terbuat dari adonan. Ia melangkah keluar dari selnya.Sancho menatap dengan ngeri, matanya membelalak. "Kau... bagaimana kau...""Kau ingin bertanya mengapa formasi sihir di sini tidak berguna bagiku?" Hemin tersenyum dingin. "Jawabannya sederhana, Sancho. Formasi ini tidak pernah berguna bagiku. Selama dua puluh tahun, aku di sini bukan karena terkurung. Aku di sini karena aku ingin."Ia meregangkan tubuhnya. "Tapi sekarang, aku bosan. Aku ingin keluar mencari kesempatan untuk menerobos ke tahap Sovereign. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menjagaku, aku akan membantumu satu kali. Setelah itu, utang kita lunas."Sancho menelan ludah, masih shock. "Aku ingin kau... membunuh seseorang untukku.""Berikan informasinya," jawab Hemin, bahkan tanpa bertanya siapa targetnya.Beberapa saat kemudian, setelah melihat profil Nathan, kening Hemin berkerut. "Seorang kultivator abadi?" serunya."Benar!" angguk Sa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1463

    Di dalam keheningan ruang dimensi yang agung, Nathan menatap Nalan dengan takjub. "Jadi... kita benar-benar bisa menjadi abadi? Tidak menua selamanya?"Nalan tersenyum tipis, sebuah senyum yang mengandung kebijaksanaan ribuan tahun. "Langit dan bumi mungkin abadi, tapi manusia tidak. Itu hanyalah kiasan, Nak. Kultivator abadi juga memiliki batas usia, meskipun sangat panjang. Ribuan, bahkan puluhan ribu tahun. Tapi hidup selamanya?" Ia menggeleng pelan. "Aku belum pernah mendengar atau melihatnya. Semua yang kukatakan padamu, hanyalah cerita para leluhur yang turun temurun."Tatapan Nalan menerawang, penuh dengan kerinduan akan era yang telah lama hilang. Nathan, di sisi lain, merasa dunianya dijungkirbalikkan. Semua rahasia ini, semua pengetahuan ini, terasa begitu berat."Kepala Keluarga Island," kata Nathan, mencoba memproses semuanya. "Lalu bagaimana dengan roh jahat di dalam tubuh orang-orang Martial Shrine? Keempat Ksatria Dosa yang melawanku... mereka semua dirasuki.""Roh-roh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1462

    Nama itu terasa asing di lidah Nathan, namun ia pernah mendengarnya sekali, dalam sebuah bisikan dari masa lalu. Ia mengangguk. "Benar. Paman Zephir pernah berkata, nama ibu saya adalah Brillie.""Pantas saja..." Nalan menghela napas panjang, sebuah desahan yang seolah membawa beban puluhan tahun. Ia menatap Nathan dengan pandangan baru, seolah kepingan-kepingan teka-teki yang rumit akhirnya mulai menyatu di benaknya. "Pantas saja...""Kepala Keluarga Island," sela Nathan, suaranya terdengar tergesa-gesa, penuh dengan harapan yang baru lahir. "Anda... Anda mengenal ibu saya?""Sedikit," jawab Nalan, tatapannya menerawang. "Ceritanya adalah sebuah kisah dari masa lalu yang kelam, sebuah tragedi yang hampir meratakan keluarga Zellon saat Klan Movi murka." Ia berhenti sejenak. "Tapi mengenai ayahmu... tidak ada yang ta

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1461

    Kesadaran kembali pada Nathan bukan dalam sebuah ledakan, melainkan seperti kabut pagi yang perlahan menipis. Hal pertama yang ia sadari bukanlah penglihatan atau suara, melainkan ketiadaan. Ketiadaan rasa sakit. Tubuhnya, yang ingatan terakhirnya adalah sebuah kanvas penderitaan—tulang yang retak, daging yang terkoyak—kini terasa utuh.Tenang~Perlahan, ia membuka matanya.Langit-langit di atasnya terbuat dari kayu jati yang dipernis hingga berkilauan, diukir dengan pola awan yang rumit. Ia merasakan kelembutan sutra di bawah punggungnya, sebuah kemewahan yang terasa asing bagi tubuhnya yang terbiasa dengan tanah keras dan medan perang. Udara di sekitarnya beraroma cendana dan bunga-bunga segar.Ia mengerutkan keningnya. ‘Di mana aku?’

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1460

    Keheningan total.Ketiga Ksatria Dosa itu membeku. Kaidar membeku. Bom informasi itu meledak di tengah-tengah mereka, mengubah seluruh narasi.Salah satu Ksatria Dosa perlahan menoleh ke arah Sancho, suaranya kini dingin dan menusuk. "Pingsan? Jadi... kau ada di sana saat dia tidak sadarkan diri?"Sancho tersentak, menyadari kesalahannya. "Aku—""Ketua Sancho," sela Kaidar, matanya yang cerdas kini berkilat seperti predator yang menemukan celah pada mangsanya. Ia melangkah mendekat, suaranya tenang namun penuh dengan bobot yang menekan. "Karena Nathan sudah pingsan di ujung tanduknya... seharusnya Anda bisa membunuhnya dengan mudah, bukan?"Ia berhenti sejenak, membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara yang tegang. "Apakah Anda sudah melakukannya?"Awalnya aku memang akan membunuhnya," geram Sancho. "Tapi di tengah jalan, keluarga Arteta dan yang lebih gila lagi, keluarga Island. Mereka mati-matian melindunginya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.""Keluarga Island?" Kaidar, yang bi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1459

    Nathan dibawa ke kediaman keluarga Island, sebuah manor terpencil yang dikelilingi oleh taman-taman yang tenang dan dinding-dinding tinggi, sebuah kedamaian di tengah dunia yang penuh kekacauan. Ia ditempatkan di sebuah kamar yang nyaman dan terawat baik.Setelah Scholar dan yang lainnya pergi, Chelsea menghampiri ayahnya, wajahnya penuh dengan kebingungan."Ayah," tanyanya. "Mengapa? Mengapa kau melanggar tradisi leluhur hanya demi satu orang? Aturan keluarga kita jelas, jangan pernah terlibat dalam perselisihan dunia bela diri."Nalan menatap putrinya, ekspresinya lembut namun tatapannya jauh. "Dunia sedang berubah, Chelsea. Terkadang, ada hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menjaga diri sendiri." Ia meletakkan tangannya di bahu putrinya. "Terkadang, cara terbaik untuk melindungi tamanmu sendiri adalah dengan memastikan badai tidak meratakan seluruh hutan di sekelilingnya."Ia tersenyum misterius. "Ada banyak hal yang belum kau ketahui. Fokus saja pada latihanmu."Nalan meng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status