Share

Bab 462

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-08-27 18:56:16

Tuan Nathan, hati-hat! Jangan melawannya di atas danau!” Sasimu yang melihat itu bergegas memperingatkan Nathan.

“Kalian para pengkhianat! Tunggu saja, setelah aku menghabisi bocah ini, aku akan mencabik-cabik mayat kalian!” Dominic meraung mengamuk.

Dia tiba-tiba mendorong telapak tangannya dan tekanan besar menyapu air dari seluruh danau, ombak dahsyat menerjang ke arah Nathan. Dan ular-ular serta makhluk beracun dalam danau itu juga keluar dari air dan menuju ke arah mereka berempat dan Reus yang ada di tepi danau.

“Mundur!” Sasimu yang melihat ini bergegas berteriak ketakutan dan segera mundur.

Nathan yang melihatnya tiba-tiba tubuhnya terangkat dan kemudian dia melangkah mundur dengan cepat. Pada saat bersamaan, dia juga melambaikan tangannya dan tekanan besar langsung menekan gelombang yang mengerikan itu.

Danau itu sudah kembali menjadi tenang, tapi pada saat ini di permukaan ranau muncul sebuah gelombang dan kemudian bergerak ke arah Dominic seperti anak panah yang melesa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1286

    Di perbatasan Barat Daya, Kota Orbit.Sekte Herbivor terasa muram. Sejak Nathan membunuh Julian—sang pemimpin sebelumnya, sekte yang dulunya menjadi nomor satu di wilayah Selatan ini seolah kehilangan cahayanya. Irarki yang sekarang mengambil alih pusing tujuh keliling. Mengurus sekte yang sedang di ambang kehancuran ternyata jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan.Saat ia sedang menatap tumpukan laporan keuangan yang membuat kepala berdenyut, seorang murid masuk dengan tergesa-gesa."Baginda," katanya dengan napas terengah, "Hideo dari Keluarga Himalaya ingin bertemu."Irarki mengerutkan kening. ‘Hideo? Dari Keluarga Himalaya? Keluarga konglomerat sombong yang selalu menganggap diri mereka penguasa tak resmi di wilayah ini? Mau apa dia kemari?’ batin Irarki curiga. Hubungan mereka selama ini bisa dibilang dingin.Melihat Irarki yang diam, murid bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Baginda?"Irarki menghela napas panjang. "Persilakan dia masuk."Mau bagaimana lagi? Sekte Herbivor

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1285

    Nathan perlahan mengangkat telapak tangannya. Seluruh cahaya emas dan merah darah dari tubuhnya tertarik keluar, berkumpul di atas telapak tangannya, membentuk sebuah bola energi yang berdenyut seperti jantung bintang. Udara di sekitarnya menjadi sangat panas, pepohonan di luar jaring mulai layu dan mengering.Melihat ini, senyum di wajah Sancho lenyap. Untuk pertama kalinya, ia merasakan teror yang sesungguhnya. Ia tidak menyangka bocah yang sekarat ini masih bisa mengeluarkan kekuatan sebesar ini. Auranya sendiri meledak secara maksimal, cahaya ungu gelap yang pekat menyelimuti seluruh tubuhnya, membentuk sebuah perisai berlapis-lapis.Keduanya tahu. Ini adalah serangan terakhir.Bola cahaya di tangan Nathan, Matahari Terakhir-nya, tumbuh semakin besar dan menyilaukan.Mata Nathan terbuka. Dengan sebuah raungan yang bukan lagi milik manusia, ia menghantamkan bola cahaya itu ke arah Sancho.Gelombang panas yang dilepaskan begitu dahsyat hingga formasi sutra di sekitar mereka meleleh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1284

    Sancho bingung, tapi ia tidak peduli. Ini adalah kesempatan emas. Dengan raungan penuh kemenangan, ia menghantamkan seluruh kekuatannya ke dada Nathan.Nathan menyemburkan seteguk darah. Organ dalamnya terasa seperti diremukkan. Tubuhnya terlempar jauh ke belakang seperti layang-layang putus.Namun di udara, ia menggertakkan giginya. Dengan sisa-sisa kekuatan spiritualnya, ia menghentakkan kakinya di sebatang pohon, menggunakan momentum dahsyat dari pukulan Sancho untuk melesat lebih jauh lagi ke dalam hutan. Ia sengaja terluka parah demi satu kesempatan untuk kabur.Melihat Nathan yang mencoba melarikan diri, Sancho tidak panik. Ia hanya berdiri di sana, dan seulas senyum yang sangat licik terukir di wajahnya.Nathan yang sempat menoleh ke belakang merasa aneh.Kenapa Sancho tidak mengejarnya?Saat itulah, tubuhnya yang sedang melesat kencang seolah menabrak dinding kaca raksasa.BRAKK!Ia jatuh dengan keras ke tanah. Saat ia mendongak, ia melihat benang-benang energi perak yang tak

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1283

    "Lihat dirimu! Ketua Martial Shrine, tapi kelakuan seoerti bos preman, mainnya keroyokan. Kau bilang anti-kultivator hitam, tapi? Apa kau tidak malu? Jika arwah orang tuamu lihat kelakuanmu sekarang, mereka mungkin minta dilahirkan kembali jadi anjing karena malunya!"Sancho melongo. Seluruh anak buahnya juga terbengong.Selama hidupnya, Sancho terbiasa dengan rasa hormat, ketakutan, atau tantangan yang formal. Ia belum pernah dimaki-maki seperti ibu-ibu di pasar oleh seseorang.Ini aneh. Ini tidak berkelas. Dan ini sangat efektif membuatnya marah."Ayo, serang aku, dasar pengecut!" lanjut Nathan, sengaja memanas-manasi. "Aku tidak takut! Maju semua sini!"Wajah Sancho yang tadinya pucat kini memerah karena amarah. Aura pembunuh yang pekat meledak darinya, begitu kuat hingga anak buahnya sendiri gemetar ketakutan."Bocah bedebah!" geramnya, "Hari ini, jika aku tidak mencabik-cabik mulut dan tubuhmu, aku akan pensiun jadi Ketua Aliansi!"Cahaya keemasan langsung menyelimuti tubuh Natha

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1282

    Di tengah perjalanan, pikiran Nathan terus berkecamuk. Bayangan lengan Sarah yang penuh bekas jarum terus menghantuinya. Kekuatanku masih kurang, pikirnya frustrasi.Di mata orang lain, peningkatannya mungkin seperti roket. Tapi baginya, rasanya seperti siput. Dunia bela diri ini ternyata jauh lebih rumit. Di balik setiap klan besar, seolah ada tangan-tangan tak terlihat yang mengendalikan segalanya.Lelah, ia berhenti di bawah sebuah pohon beringin tua yang rindang. Ia menatap langit yang luas, pikirannya melayang. ‘Kalau aku benar-benar bisa jadi kultivator abadi, apa aku bisa membawanya pergi dari semua kekacauan ini?’Tiba-tiba, instingnya berteriak. Beberapa aura kuat yang familiar mendekat dengan kecepatan tinggi. Semuanya tahapan Villain.Wajah Nathan langsung berubah. "Orang-orang Martial Shrine?" gumamnya tak percaya. "Bagaimana mungkin mereka bisa menemukanku secepat ini?"Ia sudah lari ratusan mil. Tidak mungkin auranya masih bisa dilacak. Tanpa sempat berpikir lebih jauh,

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1281

    "Bonang," kata Sancho, suaranya rendah dan mengancam. "Karena aku bisa sampai di sini, artinya aku sudah tahu siapa kau sebenarnya. Jadi, jangan pura-pura bodoh. Buatkan aku dua Jimat Pelacak, dan aku akan anggap kita tidak pernah bertemu."Pria tua yang dipanggil Bonang itu menatap Sancho, lalu ke token di atas meja. Akhirnya, ia menghela napas panjang, pasrah. Tanpa berkata apa-apa, ia mengangkat kasur jeraminya yang tipis dan mengeluarkan sebuah kotak kayu. Di dalamnya, ada setumpuk kertas jimat kuning dan sebuah batu sinabar berwarna merah darah.Ia menarik napas dalam-dalam, mengambil kuas, dan tangannya mulai menari di atas kertas dengan kecepatan kilat. Ujung kuasnya meninggalkan jejak cahaya merah yang samar. Tak sampai semenit, dua jimat yang rumit sudah selesai digambar.Kening Bonang basah oleh keringat.Sancho mengambil kedua jimat itu dengan puas."Jimat itu butuh setetes darah target untuk—""Aku tahu cara pakainya," potong Sancho cepat. "Tetap di sini. Aku mungkin akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status