Ralph mengerutkan alisnya, sempat terdiam. Dia menyukai Shireen selama lebih dari sepuluh tahun. Bahkan setelah Shireen menikah dengan Irfan, Ralph tetap memperhatikannya dan menyayanginya.Namun, sekarang saat Ralph melangkah keluar dari perasaan itu, perasaan Shireen tiba-tiba berubah dan malah peduli padanya? Ralph hanya bisa mentertawakan diri sendiri dalam hati, merasa takdir mempermainkan mereka."Pokoknya kalau kalian berdua sudah harmonis, rumah tangga stabil, aku baru bisa tenang. Ralph, sebagai sahabatku, tolong jangan sampai cerai," pinta Irfan sambil menatapnya serius dan duduk tegak.Ralph menatap dengan wajah datar. Tatapannya dalam dan penuh kompleksitas. Untuk sejenak, dia tak tahu harus menjawab apa.Sementara itu, Nikki yang pergi ke kantor juga melewati hari yang sulit. Dia mengikuti Lena mengerjakan proyek. Pekerjaan berjalan cukup lancar, tetapi justru itu memicu ketidakpuasan beberapa rekan kerja. Secara sengaja atau tidak, dia dijauhi.Saat istirahat makan siang,
Menjelang tengah hari, Irfan datang untuk membicarakan sesuatu.Melihat sahabatnya murung, sementara para sekretaris di luar kantor tampak ketakutan, dia duduk dan bertanya dengan penasaran, "Kenapa kamu? Harfi sampai khusus berpesan padaku, bilang mood-mu lagi jelek hari ini, suruh aku jangan bikin kamu kesal.""Bukan apa-apa. Mereka kerjaannya berantakan, kena marah sedikit masih mending," sahut Ralph dengan datar.Irfan tersenyum kecil, tidak menanggapi. Dia duduk tegak sambil membuka ponselnya, lalu memutar layar dan menyodorkannya kepada Ralph. "Lihat ini.""Apa?" tanya Ralph. Matanya terangkat, melihat sebuah video pendek yang sedang diputar di layar.Meskipun nomor polisi mobil sudah diburamkan, dia tetap langsung mengenali mobilnya. Lebih tepatnya, Maybach yang kemarin dia parkir di area istirahat jalan tol.Alis Ralph berkerut, tak menyangka kejadian kemarin saat beberapa anak muda memotret mobilnya di area istirahat akan diunggah ke media sosial."Itu mobilmu, 'kan? Kemarin k
Nikki memakai kemeja karena akan berangkat kerja. Kamar ini juga hangat. Setelah duduk dan menenangkan diri, Nikki langsung membuka kancing di dada untuk menyusui si kecil.Menggenggam tangan mungil putrinya yang lembut, hatinya kembali terasa hangat.Sebenarnya kalau bukan demi kedua anak ini, dia sudah sejak lama tak peduli dan sanggup pergi begitu saja. Sekalipun Ralph tidak setuju, memangnya kenapa? Asalkan tidak kembali ke rumah ini, itu sudah cukup.Mungkin trauma masa kecilnya terlalu dalam. Nikki teringat lagi momen saat ditinggalkan ibunya dulu dan tak ingin tragedi serupa terulang pada anak-anaknya.Namun, pernikahan yang dijalani dengan cara seperti ini membuat Nikki hampir tak bisa bernapas. Dia merasa serbasalah, bimbang, terombang-ambing, dan juga ragu. Dia tidak tahu harus bagaimana.Mencium tangan mungil putrinya, mata Nikki memerah. Dia hanya bisa diam-diam meminta maaf kepada anak-anaknya, berharap kelak mereka tidak membencinya, bisa memahami alasan ibunya.Tiba-tiba
Begitu Nikki mendengar Ralph lagi-lagi mulai melontarkan kata-kata bermakna menggoda, hatinya dipenuhi rasa muak. Dia menjawab dengan kesal, "Pokoknya aku nggak suka. Aku cuma mau tidur nyenyak."Ralph pun merasa malu, wajah tampannya sedikit canggung, dan senyuman di wajahnya seketika sirna. Setelah hening beberapa detik, sikapnya tiba-tiba berubah dingin. Dia melemparkan kalimat pendek, "Terserah. Makin dibujuk makin merajalela."Padahal, Ralph sudah menurunkan gengsi dengan menghampiri Nikki dan mengajaknya mengobrol. Orang yang tahu diri pasti akan mengalah dan membiarkan masalah berlalu. Namun, Nikki tetap saja tidak tahu berterima kasih.Dada Ralph terasa sesak. Kata-kata Indah sore tadi kembali terngiang di telinganya, membuatnya tiba-tiba muak pada kelemahan diri sendiri. Di dunia ini masih banyak perempuan. Kenapa harus terpaku pada Nikki?Nikki melihat Ralph berbalik dan melangkah pergi dengan wajah murka. Dia sadar dirinya baru saja kembali menyinggung perasaan suaminya, tet
Sejak keributan yang terjadi karena Indah, kini Nikki merasa dirinya sangat menolak keberadaan Keluarga Nafiz, termasuk Ralph di dalamnya.Dulu saat melihat banyak orang di internet mengatakan mertua adalah biang kerok kehancuran rumah tangga, Nikki masih polos menganggap itu mustahil, percaya bahwa cinta sejati bisa mengalahkan segalanya.Kemudian, dia baru sadar ternyata kuasa seorang mertua memang luar biasa besar. Meskipun tidak tinggal serumah, serangan yang datang sesekali saja sudah cukup membuatnya lelah lahir dan batin.Apalagi, suaminya sendiri tidak benar-benar mencintainya. Jelas, mempertahankan pernikahan ini semakin sulit.Nikki mendorong pintu, lalu duduk di tepi ranjang dengan tubuh yang terasa begitu berat. Setelah itu, dia berbaring begitu saja, membiarkan pikirannya kosong.Dia terlalu lelah .... Bukan hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya. Dia tidak tahu harus bertahan sampai kapan, juga tidak yakin apakah setelah meninggalkan rumah ini, segalanya akan benar-benar men
Yuni mendengarkan, sampai beberapa kali berdecak. "Gila, tetanggamu itu keren banget! Ini sih benar-benar pulang kampung dengan penuh kejayaan!"Yuni mendengar cerita sahabatnya. Meskipun hatinya ikut sakit karena pengalaman Nikki, rasa ingin tahunya lebih besar. "Terus, benar nggak yang Ralph bilang, tetanggamu itu tertarik sama kamu?""Mana mungkin. Aku ini perempuan yatim piatu, sudah menikah dan punya anak. Sudah kayak bunga layu, mana ada orang yang mau lihat aku. Dia cuma orang baik, mungkin kasihan sama aku, soalnya dari kecil memang sering perhatian sama aku."Nikki sejak dulu rendah diri. Dia tidak percaya dirinya masih bisa menemukan pasangan yang baik. Apalagi kondisi Kennedy jauh lebih unggul dari 99% pria lainnya. Kennedy menyukainya? Jangan mimpi!Yuni mencebik, lalu menggeleng. "Kalau dari ceritamu, aku malah curiga dia benaran suka sama kamu. Kenapa memangnya kalau nggak punya orang tua? Kamu 'kan nggak tumbuh jadi orang yang nggak benar.""Justru pola pikirmu lurus, ha