Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan

Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan

By:  Hana PangestuUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
100Chapters
8views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Semua orang iri pada Nikki, seorang gadis yatim piatu yang berhasil menikah dengan pria dari keluarga konglomerat. Suaminya tampan, lembut, dan kaya raya. Namun, tak ada yang tahu bahwa pasangan ini hanya berbagi ranjang, tetapi berbeda mimpi. Obrolan mereka tak pernah sejalan. Di depan orang banyak, sang suami tampak sempurna luar dalam, sosok suami idaman. Namun, saat malam datang dan dia tertidur, yang dia sebut dalam mimpi adalah nama wanita lain. Bahkan setelah sang istri melahirkan sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan, hatinya tetap sedingin es, tak pernah luluh. Sampai akhirnya, selembar surat gugatan cerai membuat sang presdir yang biasanya berkuasa harus duduk di kursi terdakwa. Melihat istrinya rela meninggalkan anak-anak, bahkan menolak harta benda hanya demi berpisah darinya, pria itu tiba-tiba merasa panik. Apakah selama ini dia telah salah paham pada istrinya? Saat kembali ke rumah, yang ada hanyalah bayi-bayi yang menangis meminta susu, ranjang dingin dan rapi, serta vila mewah tanpa istri. Semuanya ternyata tak lebih dari tumpukan baja dan semen. Ketika sang presdir yang selama ini terobsesi dengan cinta akhirnya sadar bahwa dia telah jatuh cinta pada mantan istrinya, sang mantan justru telah menjadi pewaris yang tak bisa dia jangkau. Nikki: "Pak Ralph, kalau mau kejar aku, antre dulu ya. Mending kamu pulang dan urus anak-anak." Ralph menggendong anak kembar dengan tangan kiri dan kanannya. Wajah tampannya tersenyum tipis. "Anak-anak masih kecil, belum bisa jauh dari ibunya. Lebih baik kamu yang urus." Saat pembantu membawa koper si kembar masuk ke rumah, pria itu tiba-tiba keluar dari kotak kardus besar. "Aku boneka manusia untuk anak-anak. Kamu juga bisa menganggapku robot pintar. Ada layanan tambahan di diriku, yaitu sebagai penghangat ranjang."

View More

Chapter 1

Bab 1

Pukul 2 dini hari, Nikki Hidayat yang baru saja tidur sebentar, kembali terbangun karena tangisan anak-anak.

Dengan kelopak mata yang berat, dia duduk dan mengambil putrinya dari pelukan pengasuh, Bulan. Kemudian, dengan gerakan setengah sadar dan terampil, dia membuka baju bagian depan.

Kamar kembali sunyi. Tepat saat Nikki memejamkan mata dan melanjutkan tidurnya dengan setengah berbaring, terdengar suara dari arah pintu.

Dia mengira Bulan membawa putranya ke kamar, tetapi saat menoleh, sosok yang amat familier yang terlihat.

Hati Nikki menegang. Saat matanya bertemu dengan wajah tenang dan dingin milik pria itu, dia pun terdiam.

Pukul 2 dini hari, suaminya akhirnya bersedia pulang. Dua jam sebelumnya adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Namun, jelas sekali suaminya sama sekali tidak ingat.

Ralph Nafiz bertatapan dengan istrinya. Untuk sesaat, ada keraguan di sorot matanya. Pada akhirnya, keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.

Dengan langkah panjang dan tegap, Ralph masuk ke kamar. Seketika, bau alkohol yang menyengat memenuhi ruangan.

Nikki mengerutkan kening. Dia sangat tidak suka pria mabuk.

Ralph berjalan lebih dekat. Ketika melihat ranjang bayi kosong, dia bertanya dengan suara rendah, "Di mana putraku?"

Tanpa mengangkat kepala, Nikki menjawab dengan dingin, "Dibawa Bi Bulan untuk ditenangkan."

Setelah itu, kamar kembali sunyi. Meskipun tubuhnya letih, otak Nikki langsung menjadi jernih dan waspada.

Ralph berdiri diam di sana, tanpa berkata apa-apa lagi. Dia melepaskan dasi dengan satu tangan, lalu perlahan membuka kancing kemejanya satu per satu.

Meskipun Ralph tidak menatap langsung, bagian dada Nikki yang terbuka saat menyusui tetap menarik perhatiannya. Apalagi, kulitnya begitu putih dan mulus.

Suara si kecil menelan ASI bergema jelas di malam yang sunyi. Suara dan penampilan yang begitu lahap itu, entah kenapa membuat Ralph merasa lapar juga. Dia bahkan penasaran apakah ASI yang diminum itu benar-benar enak.

Saat sadar apa yang dia pikirkan, Ralph langsung kesal sendiri dan mengumpat dalam hati, 'Gila!' Kemudian, dia berbalik dan masuk ke kamar mandi.

Brak! Suara pintu yang ditutup dengan keras mengejutkan Nikki, bahkan tubuh mungil di pelukannya ikut terlonjak.

Nikki menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat itu. Matanya dingin dan keningnya berkerut. 'Gila! Nggak ada yang gangguin juga, ngapain ngamuk sendiri?'

Tiba-tiba, ponsel berbunyi dan mengalihkan perhatiannya. Tengah malam begini sudah pasti pesan sampah. Namun, saat dia meraih ponselnya dan membaca isinya, kepalanya seakan-akan dihantam keras.

[ Ralph kebanyakan minum. Kamu buatkan teh pereda mabuk buat dia ya. Kalau nggak, besok pagi dia bakal sakit kepala. ]

Itu dari Shireen. Nikki menatap layar ponsel lama sekali. Jari-jarinya menggenggam ponsel dengan erat sampai tangannya memutih.

Itu adalah provokasi dan penghinaan dari rivalnya. Maknanya tak lain adalah suamimu bersamaku malam ini.

Nada arogan itu bahkan membuat Nikki seolah-olah hanyalah pembantu, sedangkan Shireen barulah nyonya yang sesungguhnya.

Beberapa saat kemudian, Nikki akhirnya lebih tenang dan amarahnya mereda. Dia lantas membalas pesan.

[ Kalau mau, aku bisa mundur. Silakan ambil posisi Nyonya Keluarga Nafiz. ]

Tak ada balasan setelah itu. Mungkin Shireen pun terbakar emosi. Bagaimanapun, dia sendiri juga seorang istri.

Nikki meletakkan ponselnya dengan wajah datar. Meskipun sempat membalas, dadanya tetap sesak.

Di hari ulang tahun pernikahan mereka, suaminya malah bersenang-senang dengan wanita yang dicintainya hingga larut malam. Apa yang mereka bicarakan? Apakah suami Shireen juga di sana? Atau mereka hanya berdua?

Pertanyaan memenuhi pikirannya ....

Di dalam kamar mandi, Ralph berdiri di bawah pancuran air. Air hangat mengguyur tubuhnya yang tinggi, tegap, dan ramping. Dia mencoba mengusir rasa lelah dan bau alkohol, anehnya itu justru membangkitkan hasratnya.

Matanya terpejam, wajah tampannya diguyur air, dan otaknya kembali mengingat pemandangan tadi. Meskipun Nikki dikenal sebagai wanita manipulatif, saat itu dia terlihat bersinar dalam kasih sayang seorang ibu. Ini sungguh aneh!

Ekspresi Ralph menjadi dingin. Dia mengangkat tangan menyesuaikan suhu air. Tak lama kemudian, air dingin mengguyur, menyapu bersih kegelisahan, amarah, dan nafsu. Yang tersisa hanyalah kehampaan dan hawa dingin.

Dia sengaja berlama-lama di kamar mandi, ingin menunggu Nikki tertidur sebelum keluar. Namun, dia meremehkan betapa sulitnya menyusui dua bayi kembar.

Saat pintu kamar mandi dibuka, Nikki baru saja selesai menyusui putranya. Putrinya sudah lebih dulu dibawa pergi oleh pengasuh.

Tanpa melihat ke arah Ralph sedikit pun, Nikki memeluk bayinya dan memiringkan tubuhnya untuk berbaring.

Ralph yang tubuhnya masih membawa hawa dingin pun mendekat ke ranjang. Posturnya tegap dan penuh tekanan.

Kasur ikut bergerak saat dia naik. Hati Nikki seketika bergetar. Meskipun telah menikah dua tahun, mereka jarang berbicara. Setiap kali bersama, Nikki selalu berhati-hati.

Karena pernikahan mereka tidak didasari cinta dan kedua keluarga juga berbeda kelas. Nikki bisa menikah dengan Ralph karena kakek mereka pernah menjadi sahabat seperjuangan di medan perang.

Puluhan tahun lalu, kakek Nikki pernah menyelamatkan nyawa kakek Ralph di medan tempur, meskipun harus kehilangan satu kakinya.

Sesudah pensiun, mereka kehilangan kontak. Beberapa tahun lalu saat kakek Nikki sakit parah, mereka baru bertemu kembali. Sayangnya, beberapa hari setelah reuni itu, kakek Nikki meninggal.

Kakek Ralph merasa sangat bersalah, merasa terlalu terlambat untuk membalas budi. Sebagai bentuk penyesalan, dia memberi kasih sayang kepada Nikki, memperlakukannya seperti cucu sendiri.

Namun, dua tahun lalu, dia divonis kanker lambung stadium akhir. Waktunya tidak banyak lagi. Sebelum meninggal, harapan terakhirnya adalah melihat cucu sahabatnya menikah dengan pria baik.

Untuk mencegah agar keuntungan diambil orang lain, dia memaksa Ralph menikahi Nikki. Namun, Ralph sudah memiliki orang lain di hatinya dan Nikki pun sadar dirinya bukan pasangan yang setara dengan Ralph.

Awalnya, mereka sepakat untuk bercerai setelah kakek Ralph meninggal. Namun, di luar dugaan, mereka malah berhubungan intim dan Nikki hamil anak kembar. Perceraian menjadi tak semudah itu. Sekarang, nasib pernikahan mereka entah akan ke mana ....

Setiap kali Ralph pulang, Nikki sudah siap jika sewaktu-waktu dia meminta cerai. Kenyataannya, Ralph bahkan malas untuk berbicara dengannya.

Seperti malam ini, meskipun satu ranjang, suasana dingin membeku menyelimuti mereka dan kamar ini. Dalam sunyi yang menyesakkan, Nikki memastikan bayinya tertidur. Tangannya perlahan berhenti menepuk.

Bagian dalam bajunya basah karena menyusui. Dia pun mengambil tisu dan menempelkannya, lalu mematikan lampu di nakas.

Sementara itu, Ralph yang minum terlalu banyak sudah tertidur. Dia berbaring telentang, matanya terpejam, napasnya berat.

Nikki duduk kembali, diam-diam meliriknya. Melihatnya sudah tertidur, dia mulai membereskan baju tidurnya yang basah dalam kegelapan.

Saat hampir selesai, tiba-tiba suara kesal pria itu terdengar. "Ngapain sih? Ribut sekali! Cepat tidur!"

Nikki kaget, buru-buru menjawab, "Sebentar lagi ...."

Karena di sisi lainnya ada putranya, Nikki otomatis bergeser ke arah Ralph saat berbaring. Namun, karena gugup, dia terlalu dekat dan tangannya tak sengaja menyentuh lengannya saat ingin berbaring.

"Ah!" Nikki panik, langsung meminta maaf, "Maaf, aku nggak sengaja. Kamu ...."

Ralph langsung meledak. "Ranjangnya begitu besar, kenapa harus nempel ke aku?"

Nikki terkejut dengan amarahnya, tetapi segera menenangkan diri, lalu menjelaskan, "Aku cuma takut bayiku tertimpa. Kalau kamu nggak nyaman, bisa pindah ke kamar lain."

Itu memang kenyataan. Toh mereka juga tidak punya perasaan untuk satu sama lain, untuk apa tidur seranjang? Lagi pula, ada begitu banyak kamar di rumah ini.

Mendengar itu, meskipun dalam kegelapan, Nikki bisa merasakan amarahnya yang terpancar dari sosoknya. "Nikki, kamu pikir punya anak kembar otomatis membuatmu jadi nyonya besar?"

"Aku nggak bermaksud begitu."

"Terus, maksudmu apa?"

Sekarang sudah hampir pukul 3 pagi. Nikki telah menyusui beberapa kali malam ini. Dia benar-benar lelah.

Karena tak ingin berdebat, dia diam sejenak, lalu tiba-tiba berucap, "Ralph, kita cerai saja."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status