Semua orang iri pada Nikki, seorang gadis yatim piatu yang berhasil menikah dengan pria dari keluarga konglomerat. Suaminya tampan, lembut, dan kaya raya. Namun, tak ada yang tahu bahwa pasangan ini hanya berbagi ranjang, tetapi tidak impian. Obrolan mereka tak pernah sejalan. Di depan orang banyak, sang suami tampak sempurna luar dalam, sosok suami idaman. Namun, saat malam datang dan dia tertidur, yang dia sebut dalam mimpi adalah nama wanita lain. Bahkan setelah sang istri melahirkan sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan, hatinya tetap sedingin es, tak pernah luluh. Sampai akhirnya, selembar surat gugatan cerai membuat sang presdir yang biasanya berkuasa harus duduk di kursi terdakwa. Melihat istrinya rela meninggalkan anak-anak, bahkan menolak harta benda hanya demi berpisah darinya, pria itu tiba-tiba merasa panik. Apakah selama ini dia telah salah paham pada istrinya? Saat kembali ke rumah, yang ada hanyalah bayi-bayi yang menangis meminta susu, ranjang dingin dan rapi, serta vila mewah tanpa istri. Semuanya ternyata tak lebih dari tumpukan baja dan semen. Ketika sang presdir yang selama ini terobsesi dengan cinta akhirnya sadar bahwa dia telah jatuh cinta pada mantan istrinya, sang mantan justru telah menjadi pewaris yang tak bisa dia jangkau. Nikki: "Pak Ralph, kalau mau kejar aku, antre dulu ya. Mending kamu pulang dan urus anak-anak." Ralph menggendong anak kembar dengan tangan kiri dan kanannya. Wajah tampannya tersenyum tipis. "Anak-anak masih kecil, belum bisa jauh dari ibunya. Lebih baik kamu yang urus." Saat pembantu membawa koper si kembar masuk ke rumah, pria itu tiba-tiba keluar dari kotak kardus besar. "Aku boneka manusia untuk anak-anak. Kamu juga bisa menganggapku robot pintar. Ada layanan tambahan di diriku, yaitu sebagai penghangat ranjang."
View MoreYuni merasa heran. "Suaramu masih parah sekali, kenapa nggak rawat inap saja?""Nggak perlu ...." Nikki menjawab datar. "Cuma flu biasa."Rawat inap .... Sekarang dia memang tidak punya kemampuan finansial untuk itu.Yuni juga tahu kondisi sahabatnya, sehingga dia tidak menyinggung lebih jauh, lalu mengganti topik. "Pak Ralph masih ada di sana? Semalam aku juga nggak menyangka Jovan akan ikut campur. Pagi ini aku sudah memarahi dia lagi. Itu ... kalian berdua ... nggak apa-apa, 'kan? Nggak menyulitkanmu?"Nikki hanya tersenyum getir. "Nggak apa-apa, suamimu juga berniat baik, aku nggak salahkan dia .... Itu, Yuni, aku mau pulang dulu, ponselku hampir habis baterai. Nanti kita bicara lagi.""Baiklah." Yuni mengiakan, lalu teringat sesuatu dan buru-buru berkata, "Biar aku ke apartemen menemanimu, kamu begini seharusnya ada yang merawat.""Nggak usah, jangan datang. Aku takut menularimu, kalau nanti kamu menularkan Sasha malah repot."Mendengar itu, Yuni langsung terkejut. Semua orang tah
Ralph sengaja melontarkan kata-kata tajam, setiap kalimatnya penuh dengan sindiran kejam. Nikki hanya menunduk dengan wajah muram. Karena tubuhnya terlalu lemah, dia tidak ingin menanggapi.Sejak kecil dia jarang sakit, apalagi sampai terserang flu berat seperti ini ... ini benar-benar pertama kalinya. Mungkin karena belakangan ini hidupnya berantakan dan terlalu banyak hal yang mengganggu pikiran, tidurnya jadi tidak nyenyak dan hatinya tertekan.Ditambah lagi dengan kabar mendadak tentang ibu kandungnya yang mengguncang, luka lama yang telah lama terkubur kembali terkuak. Semua itu menjadi pemicu yang menjatuhkan dirinya.Melihat Nikki diam saja, Ralph justru semakin kesal. Namun melihat wajahnya yang memerah dan bibirnya yang pucat, terlihat jelas sakitnya cukup parah. Pada akhirnya, Ralph malas memperdebatkannya.Ralph akhirnya berbalik dan pergi. Dia berpikir, lebih baik tidak melihatnya lagi.Melihatnya pergi, Nikki diam-diam menghela napas lega. Dia menutup mata, lalu akhirnya t
Wajah Ralph yang tampan tampak penuh dengan sindiran. "Nggak usah terima kasih. Lebih baik kamu kurangi ucapan yang bikin aku kesal, itu jauh lebih berguna."Setengah jam sebelumnya, dia sedang tertidur lelap ketika telepon berdering. Melihat itu panggilan dari Harfi, dia sempat mengira ada urusan darurat perusahaan.Siapa sangka, Harfi berkata bahwa seorang pengacara bernama Jovan menelepon, memberi tahu kalau Nikki sakit. Dia sendirian dan tidak ada yang merawat. Saat itu Ralph sempat bingung, bahkan tidak ingat siapa Jovan.Setelah Harfi menjelaskan, barulah dia teringat. Pria itu adalah suami sahabat Nikki, pria yang dulu sempat disalahpahaminya sebagai selingkuhan Nikki.Seusai kesalahpahaman itu, mereka pernah makan malam bersama, lalu saling bertukar kontak. Hanya saja, Ralph yang sehari-harinya sibuk dengan urusan besar, tentu saja tidak peduli dengan orang tidak penting seperti itu. Kontak yang dia berikan pun hanyalah nomor ponsel kerja untuk urusan luar.Nomor itu biasanya d
Ralph sudah benar-benar kehilangan kesabaran. Melihat wajah Nikki yang memerah, dia khawatir demamnya semakin tinggi hingga merusak otaknya. Tanpa membuang waktu untuk berdebat, dia langsung masuk ke dalam rumah.Tak lama kemudian, pria itu kembali dan menyelimuti Nikki memakai jaket tebal dan syal. "Ayo, ke rumah sakit.""Aku nggak ... Yuni sebentar lagi datang, aku mau menunggunya." Nikki masih ingat bahwa mereka sudah dalam proses perceraian, bahkan sudah mengajukan gugatan ke pengadilan. Sekarang seharusnya mereka tidak punya keterikatan lagi. Kalau terus begini, semuanya hanya akan semakin rumit.Ralph benar-benar marah. Dia tiba-tiba membungkuk dan mengangkat Nikki ke dalam pelukannya, lalu berkata dengan geram, "Nanti aku yang kasih tahu dia, nggak usah datang! Kita ke rumah sakit!"Tubuh Nikki mendadak terangkat di udara. Tangannya refleks melingkar di leher pria itu. Ralph menutup pintu dengan cepat, lalu membawanya langsung menuju lift.Sesampainya di area parkir, dia membuka
Mendengar suara Nikki yang parau, rasa kantuk Yuni langsung hilang setengah. "Nikki, kamu kenapa? Sakit?""Ya ... entah kenapa, tiba-tiba masuk angin dan demam. Di rumah nggak ada obat, rasanya benar-benar nggak tertahankan ...."Yuni sangat memahami sahabatnya. Kalau bukan sudah benar-benar kesakitan, Nikki tidak mungkin meneleponnya tengah malam begini.Sambil buru-buru bangun dan mengenakan pakaian, Yuni menenangkannya, "Jangan panik, kamu di apartemen, 'kan? Aku segera ke sana."Telepon belum selesai, pria yang tidur di sampingnya berguling dengan wajah tak senang, lalu melanjutkan tidur. Setelah menutup telepon, Yuni menggoyang suaminya. "Sayang, Nikki sakit, nggak ada yang merawat, aku mau ke sana sebentar. Kamu jaga anak di rumah ya."Jovan menjawab dengan ketus, "Mana mungkin nggak ada yang merawat? Dia punya suami, ada pembantu juga ...."Yuni berkata, "Dia sudah pindah keluar, mau bercerai.""Dasar aneh ...." Jovan menggerutu, lalu menarik selimut menutupi kepalanya.Yuni mal
Anjani tersenyum canggung dan tidak melanjutkan kata-katanya lagi, tetapi Nikki sudah mengerti.Waktu ibunya pergi merantau dulu, usianya baru 20-an tahun, masih muda dan cantik. Hanya dengan sedikit berdandan saja, penampilan dan auranya tidak kalah dengan orang kota.Di luar sana, dunia penuh godaan. Hati manusia pun sulit ditebak. Ada pria yang terpikat pada kecantikannya, itu hal yang wajar. Kalau dia tidak berani membawa pria itu pulang, kemungkinan besar karena pria itu sudah berkeluarga, sementara dirinya hanyalah orang ketiga.Inilah yang menjelaskan kenapa bertahun-tahun dia tidak mau kembali, mungkin karena merasa malu untuk pulang. Namun kalau memang begitu, kenapa tiba-tiba sekarang dia kembali?Saat Nikki menyuarakan kebingungannya, Anjani juga merasa heran. "Aku juga penasaran, lalu aku tanyakan. Dia bilang ... mungkin karena usianya sudah bertambah, jadi merasa rindu kampung halaman, ingin tahu apakah kamu sudah menikah, hidupmu bagaimana ....""Dia bahkan bilang, kalau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments