Share

Bab 8

"Ibu bilang, siapa pun yang menanyakan namanya, kami hanya boleh memberi tahu mereka bahwa nama ibu adalah Ibunda Ratu," ujar Jessie sambil tertawa terkikik-kikik.

"Pfftt ...." Darlene juga tidak kuasa menahan tawanya, tetapi dia segera menghentikannya.

Hahaha! Lucu sekali kedua anak ini! Siapa sebenarnya ibu mereka?

Tatapan Javier bergetar melihat Jody yang matanya mirip dengan dirinya.

Jika bukan karena dia hanya pernah berhubungan badan dengan Kayla, Javier bahkan mencurigai bahwa kedua anak ini adalah miliknya.

Jessie melirik jam tangannya sekilas, lalu berkata, "Paman Tampan, kami sudah mau pulang. Kalau nggak, nanti Ibunda Ratu khawatir."

Javier menurunkan Jessie, lalu berpesan pada Roger, "Antar dua anak ini pulang."

Roger mengangguk dan menjawab, "Baik."

"Paman Tampan, sampai jumpa!" Jessie melambaikan tangannya, lalu menggandeng kakaknya untuk mengikuti Roger.

Ketika keluar dari pintu, dia langsung memamerkan sehelai rambut kepada Jody dengan bangga.

Begitu keluar dari gerbang perusahaan, Jessie kembali menarik pakaian Roger dan berkata, "Paman, Ibu kami sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Apa Paman bisa mengantarkan kami ke rumah sakit?"

Roger terdiam, dalam hatinya merasa kagum kepada kedua anak yang pengertian ini.

"Baiklah, ayo naik ke mobil."

Di Vila Kandara.

Sesampainya di rumah, Claire hanya melihat Jerry yang sedang berlatih piano. Dia melihat ke sekeliling, lalu bertanya, "Di mana Jessie dan Jody?"

Jerry menjawab, "Mereka sedang wawancara untuk menjadi model pakaian anak-anak. Bu Candice yang mengantarkan mereka."

Claire meletakkan tasnya di atas sofa, dia terkejut mendengar ucapan Jerry. "Wawancara model?"

"Iya, katanya Ibu terlalu lelah bekerja keras sendirian. Jadi, mereka mau membantu untuk meringankan beban Ibu."

Claire berjalan ke sisi Jerry dan mengelus kepalanya. Jerry mengeluh, "Ibu, jangan mengacaukan model rambutku."

"Wah, si genius musik marah ya?"

"Huh!" Jerry menggembungkan kedua pipinya.

"Jerry, kalian nggak perlu membantu Ibu. Ibu juga bukannya nggak sanggup menghidupi kalian." Melihat anak-anaknya yang begitu pengertian, Claire justru merasa bersalah.

"Nggak bisa, Ibu sudah susah payah, kami juga nggak mungkin membiarkannya. Oh ya, Ibu, aku diterima di Akademi Royal Musik di Negara Makronesia. Ibu nggak perlu mengkhawatirkan masalah uang sekolahnya, aku punya uang."

"Setelah dapat beasiswa nanti, aku akan menyekolahkan Kakak dan Adik ke sekolah bangsawan. Ibu lakukan saja hal yang ingin Ibu lakukan."

Claire terharu hingga berlinang air mata. "Beethoven-ku ini hebat sekali ya. Bahkan bisa menyekolahkan kakak dan adiknya."

Claire baru-baru ini tahu bahwa ternyata Jerry memiliki bakat dalam bidang musik. Dia diterima di Akademi Musik Naver di Negara Sahara. Namun, karena usianya masih terlalu muda, Claire tidak membiarkannya pergi sendirian.

Sekarang, Jerry telah berusia 5 tahun. Awalnya, Claire berencana untuk mengirimkannya ke akademi ketika dia berusia 6 tahun. Namun, melihat Jerry begitu menyukai musik dan nilainya juga selalu bagus, Claire tidak mungkin mematahkan cita-cita anaknya.

"Ibu, Ibunda Ratu, kami pulang!"

Begitu sampai di rumah, Jessie dan Jody langsung berlari ke pelukan Claire. Claire bertanya, "Jerry bilang, kalian pergi wawancara model?"

"Iya! Kami terpilih! Hebat, bukan?!" seru Jessie seraya mengedipkan matanya.

Claire mengecup pipi keduanya dan memuji, "Kalian memang hebat! Ibu buatkan makanan untuk kalian dulu ya, tunggu sebentar."

Seburuk apa pun suasana hati Claire, emosinya langsung mereda ketika berhadapan dengan ketiga anaknya ini.

Ketika Claire berjalan masuk ke dapur, ketiga anak itu langsung berkumpul. Jerry berbisik-bisik bertanya, "Gimana?"

Jody menjawab, "Tenang saja, sudah dibawa untuk dites di rumah sakit. Dua hari lagi baru ada hasilnya."

Jessie menepuk dadanya dengan bangga sambil berkata, "Dijamin nggak akan gagal kalau aku yang turun tangan!"

Di Keluarga Adhitama.

"Apa kamu bilang? Si berengsek Claire itu adalah Zora?" Mendengar keluhan putrinya, raut wajah Imelda langsung berubah.

Si berengsek itu bukan hanya sudah pulang, dia bahkan adalah Zora yang terkenal di seluruh negeri. Ditambah lagi, Zora adalah orang yang direkrut langsung oleh Javier dari luar negeri untuk menyelamatkan Perusahaan Vienna.

Saat itu, putrinya menggantikan Claire mengaku-ngaku telah bermalam dengan Javier. Kalau Claire sampai tahu pria dari 6 tahun lalu itu adalah Javier, bukankah wanita itu akan berebutan dengan putrinya?

"Ibu, bagaimana ini?" tanya Kayla dengan cemas.

Imelda menyunggingkan sudut bibirnya dan berkata, "Lalu kenapa kalau dia itu Zora? Jangan lupa kamu masih punya Javier sebagai pendukungmu. Selama ada Javier, dia nggak akan berani membuat masalah."

"Oh ya, karena si berengsek itu sudah pulang, hubunganmu dan Javier juga harus ada perkembangan. Lebih baik lagi kalau bisa sampai hamil. Kalau ada anak, kamu juga bisa menjadi Nyonya Fernando."

Mengungkit masalah anak, Kayla menundukkan pandangannya. "Tapi, selama 6 tahun ini, Javier nggak pernah menyentuhku sama sekali."

Tentu saja Kayla juga menginginkan hal itu, tetapi tetap saja harus menunggu Javier menidurinya.

Melihat kepolosan anaknya, Imelda berkata dengan cemas, "Kamu bodoh, ya. Kalau mau menunggu dia yang menidurimu, kamu mau menunggu sampai kapan? Kamu juga harus inisiatif, mana ada pria di dunia ini yang bisa menahan godaan?"

Begitu diingatkan oleh ibunya, Kayla langsung tersadar. Selama 6 tahun ini, dia juga tidak berani bersikap semena-mena karena Javier tidak menyentuhnya sama sekali. Namun, perkataan ibunya memang benar, dia harus mengambil inisiatif.

Dengan malu-malu, Kayla tersenyum sambil berkata, "Aku mengerti, Ibu."
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
jangan2 ntar si kayla ngasih si javier sesuatu lagi ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status