Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota

Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota

last update최신 업데이트 : 2025-11-17
에:  Leva Lorich방금 업데이트되었습니다.
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
평가가 충분하지 않습니다.
7챕터
7조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Orang tuaku akan menjualku pada seorang rentenir tua bangka. Aku kabur ke Ibu Kota, disana justru aku terkena jebakan seorang mucikari. Sejak saat itu hidupku berubah.

더 보기

1화

1. Dijual

“Aku tidak mau tahu," seru Pak Johan dengan suara bergetar. "Karena kalian terlambat membayar utang dua ratus lima puluh juta itu, maka sekarang kalian harus membayar lima ratus juta!" teriak Pak Johan, sang rentenir desa.

Pak Kusen, ayah Bita, memohon dengan sangat. Ia melipat kedua tangan di depan dada. "Tolong, Pak Johan. Beri kami keringanan waktu agar kami bisa membayarnya."

Pak Johan merengut, senyum sinis tersungging di bibirnya. "Waktu? Kalian tidak memiliki jaminan apa pun. Atas dasar apa aku berani memberikan kalian kelonggaran waktu? Bahkan, meski diberikan waktu dua puluh tahun sekalipun, kalian tidak akan mampu membayarnya!"

Bu Ita, ibu Bita, mulai menangis panik. "Kami akan berusaha, Pak. Saya mohon."

Brak!

Pak Johan menggebrak meja dengan keras, membuat seisi ruangan terhenyak. "Sudah kubilang, kan? Kalian itu tidak memiliki jaminan apa-apa. Jangan hanya bisa memberikan janji mimpi padaku!"

Sabita hanya diam, menatap dingin, tanpa ada niatan untuk ikut campur urusan utang tersebut. Baginya, itu adalah konsekuensi yang harus Ayah sambungnya tanggung karena hanya menghamburkan uang untuk mabuk-mabukan dan judi.

Pak Johan beralih menatap Bita. Tatapannya berubah total, menjadi mesum dan menjijikkan.

Ia mencolek dagu Bita, matanya berkedip menggoda. "Gadis cantik,  kenapa diam saja, hah?! Apa kau tidak ingin membantu orang tuamu untuk melunasi utang ini?“

Tiba-tiba, mata Pak Kusen berbinar sesaat. Ia seolah menemukan solusi. "Pak Johan, kami memang tidak memiliki uang, tetapi kami memiliki Bita. Bagaimana jika putri kami saja yang kamu gunakan sebagai alat pembayaran?"

Seketika Bita tersentak, menatap ayahnya dengan sorot tak percaya. "Bapak! Jangan asal bicara dong! Apa-apaan ini?!"

Pak Kusen menatap tajam Bita, tanpa sedikitpun rasa kasihan. "Buat apa aku peduli padamu? Kamu, kan, bukan anak kandungku. Apalagi selama dua puluh lima tahun aku menanggung hidupmu, seharusnya kamu menggantinya!"

Bu Ita sejenak terlihat kaget, namun tiba-tiba ia ikut mengangguk. "Bita, perkataan Bapakmu ada benarnya. Bukankah kamu nanti justru bisa hidup enak di rumah Pak Johan?"

Pak Johan manggut-manggut, menyambut ide itu dengan tawa kecil. "Hehe, orang tuamu cukup cerdas juga ternyata, Bita!"

Bita memicing, menatap Ibunya dengan perasaan tak percaya. Muncul perasaan terbuang yang seketika menyesak ke dalam jiwanya. Ia meragukan apa yang baru saja didengarnya. Lalu air mata Bita mulai mengalir deras di atas pipi. "Tidak! Ibu, aku ini anakmu, Bu. Aku memang bukan anak kandung Bapak, tetapi aku anak kandungmu, Bu!"

Bu Ita tersenyum getir, senyum yang terasa dingin. "Kehadiranmu tak diharapkan, Bita. Kelahiranmu adalah kesalahan pacar Ibu yang dulu menghamili Ibu dan pergi minggat entah ke mana. Kamu harusnya berterima kasih karena selama ini masih diterima oleh Pak Kusen, meski dia bukan ayahmu. Jadi, kali ini, tolong balas kebaikannya."

Bita menggeleng, menangis tersedu-sedu. "Ibu! Setega itu Ibu dengan darah dagingmu sendiri? Apakah nurani Ibu sudah mati?" ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Aku sudah dewasa, Bu. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri!”

Pak Johan yang menyaksikan pertikaian kecil tersebut merasa tak peduli. “Sepertinya diskusi kalian cukup alot. Silakan kalian rembukkan dulu urusan ini. Aku tak akan ikut campur masalah internal di keluarga kalian,” ia kemudian melangkah pergi begitu saja.

Sehari kemudian, Bita sedang menyetrika pakaiannya saat tiba-tiba terdengar panggilan keras Pak Kusen dari arah ruang tamu.

“Bitaaa!“

Bita masih merasakan api amarah yang belum padam di dalam dadanya sejak perkataan Pak Kusen kemarin yang ingin memberikan dirinya pada Pak Johan.

Dengan malas Bita melangkah masuk dan melihat Pak Kusen dan Ibunya sedang duduk di ruang tamu sambil menatapnya. “Ada apa, Pak?“ tanyanya dengan wajah enggan.

Pak Kusen berdiri, menatap tajam Bita. “Pak Johan baru saja menemui Bapak tadi pagi di ladang. Dia meminta keputusan secepatnya. Jadi, Aku dan Ibumu sepakat untuk memberikanmu pada Pak Johan sebagai pelunasan utang.”

Bita menatap tajam ke arah Pak Kusen dan Bu Ita. Ada kepedihan yang muncul dari kilat tatapannya. Ia seperti tak percaya jika kalimat itu diucapkan oleh orang yang selama ini ia panggil sebagai ‘Bapak’, orang yang sudah dua puluh lima tahun ini tinggal serumah dengannya. Bita susah payah menahan agar air mata supaya tidak jatuh dari kelopak matanya. “Itu kesepakatan kalian, bukan keputusanku. Aku tetap tidak setuju.”

Bu Ita menyela. “Bita, kau harus tahu cara berbakti pada kami. Lagipula, jika kau sudah menjadi miliknya, kesejahteraanmu dan keluarga akan terjamin. Kita akan kaya raya!” ucapnya penuh penekanan.

Bita tersenyum dingin. “Maaf, Bu. Aku tidak sependapat. Aku ini manusia. Aku adalah wanita dewasa yang memiliki akal dan martabat, bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan.”

# #

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

더보기

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

댓글 없음
7 챕터
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status