Mencari sang anak.
Hari semakin sore, di ruang perawatan pada sebuah klinik, di mana tante Naira bekerja yang mana ada seorang anak dirawat di sana. Sang anak yang baru membuka mata, merasa asing dan kaget dengan tempat yang dia singgahi kali ini. Suasana serba putih dan tangan terdapat selang infus membuatnya sedikit tahu di mana ia sekarang.
"Hah, ini kan? Rumah sakit? Oh tidak, aku tidak punya uang. Tidak ada keluarga, handai taulan atau sanak famili. Bagaimana nanti aku membayarnya?"
Sang anak yang ditolong oleh tante Naira. Kini sudah membuka mata secara perlahan, namun ia kaget saat tahu sedang dirawat. Juga bingung jika nantinya dimintai bayaran. Sementara dia tidak punya apa-apa. Tidak juga punya saudara.
Selang infus segera dilepasnya. Sebisa dia begitu juga dengan selang oksigen. Dilihatnya sekeliling tempat ia di rawat. Netranya tertuju kepada sebuah jendela. Segera anak ini beranjak dan melihat jendela itu. Diamatinya sekitar wilayah luar dari
Menjenguk di rumah sakit."Roy?"Sambil mendekatkan jarunya ke tangan pemuda yang masih terpejam matanya. Clara berbisik lirih memanggil nama sang pemuda. Roy sudah hampir tiga tidur pulas siang ini. Mungkin karena efek dari obat yang dia konsumsi.Karena sudah tiga jam, saat Clara dan Lira datang menjenguk. Mamanya Roy yang sedang menunggu, membiarkan teman anaknya untuk sekedar membisikkan nama sang putra dan ingin didekatnya. Dengan penuh santun dan halus Clara berbisik ditelinga Roy.Pemuda itu sepertinya mendengar. Dan ia membuka mata perlahan. Dipandanginya sekitar keberadaannya saat ini. Agak sedikit terkejut sih, saat tahu Clara ada di dekat dan memanggil namanya."Clara, kau di sini sayang?" Roy langsung duduk dan terlihat sumringah. Sementara mamanya Roy ikut tersenyum dan segera mengambil posisi duduk setelah membuka mata lebar."Aku tidak menyangka, jika dirimu akan mengalami sakit yang lebih dariku."Den
Terpesona pada pandangan peetama."Bagaimana keadaan anak itu tante?"Clara dan Lira yang tadi habis dari menjenguk Roy dan Hendra, kini berjalan menuju ruang sang anak yang ditolong tantenya berada. Anak itu seharusnya sudah bisa diajak bicara tentang tempat tinggalnya. Namun karena kesalahan dari para penolong yang kurang memberi penjagaan. Kini ia harus mengalami luka di kaki dan tangannya.Kemungkinan akan ada tindakan operaai untuk tangannya yang ada retak pada salah satu jarinya. Pemasangan pen akan dilakukan hari ini juga. Dan anak itu belum membuka mata sejak tadi. Di keoalanya juga ada luka dan beberapa lebam di wajah.Ah, seandainya dia tadi langsung mendapat pengarahan dan pengertian saat membuka mata. Tidak akan seperti ini jadinya. Tante Naira sangat sedih melihatnya. Untuk beberapa waktu ia tadi menunggui anak itu. Dan saat akan keluar membeli sekedar air mineral dalam kemasan botol. Tante bertemu Lira dan Clara. Segera Clara men
Ketemu Brian."Kau di sini nona manis?" tanya orang yang baru dikenal neberapa hari itu."Kamu..? Kamu kan adiknya mas Bintang?" tanya Clara."Iya, memangnya mengapa?"Clara terdiam, pikirannya teringat pada peristiwa beberapa hari lalu yang tidak mudah dilupakan begitu saja. Wajahnya memerah ada rasa ingin marah dan juga kesal di hatinya. Dulu Bintang mengajak kenalan dengan cara yang kurang nyaman buat Clara. Beberapa hari lalu Bintang menghadangnya saat sedang dengan kakaknya.Penghadangan yang membuat Clara cemas terlebih sedang ada massa yang kemudian brutal. Namun akhirnya Bintang yang terkena sasaran. Kesal memang rasanya, tetapi saat ini Bintang sedang sakit. Sekesal apa jua tetap ada rasa iba terhadap sesama insan yang sakit."Aku tadi bertanya, tidak kau jawab Clara?"Brian adiknya Bintang memandang tajam ke arah Clara. Ia juga ingin marah rasanya. Tetapi wajah manis Clara meredamkan emosinya. Gadis ini merupakan
Rencana RoyTiga hari kemudian Roy, Hendra dan anak itu sudah doperbolehkan pulang dari perawatan di sebuah rumah sakit ini. Disusul Bintang juga pulang. Sementara temannya yang koma masih di rumah sakit. Harus menjalani perawatan intensif di sana. Hingga sembuh atau terpejam selamanya. Karena kondisinya kritis. Hanya berharap sebuah keajaiban.Hendra sangat berterimakasih kepada keluarga Roy yang telah dengan ikhlas membebaskan semua biaya perawatan selama di rumah sakit. Juga saat di klinik. Dan untuk kendaraannya Nanda sudah melunasi. Sehingga Hendra tinggal fokus pemulihan serta kontrol berobat nantinya.Sepeda motor yang dikendari oleh Roy, sudah dilunasi perawatan bengkelnya oleh keluarga. Namun mamanya Roy tidak membawa pulang, melainkan diberikan kepada yang menolong Roy saat P3K. Demi kebahagiaan sang anak, mamanya Roy akan membelikan sepeda motor baru keluaran tahun ini, tahun 2013.Sang mama dan papa Roy jarang di rumah. Tentu ingin anakn
Saat Rangga kembali.Sementara itu seorang anak yang ditolong tante Naira, kini di rumah perawat ini. Clara, Lira dan sang pemuda juga ikut mengantar saat di rumah tante Naira. Suami dan anak tante ini juga menyambut ramah. Bahkan anaknya tante Naira akan sangat senang jika jadi teman saat di rumah.Dengan kata lain, anak yang ditolong itu harus menjadi anak angkat sang tante. Dan semua itu perlu minta ijin kepada keluarganya. Sang anak bercerita jika ia terlantar dari orang tua. Tinggal bersama seorang nenek yang masih kerabatnya yang juga terlantar. Bekerja seadanya untuk menyambung hidup dan membayar kontrakan sederhana.Masih beruntung sih tinggal di sebuah kontrakan yang hanya seukuran kamar 3*4 meter. Masih ada loh anak jalanan lain yang tinggal di bantaran sungai, pemukiman kumuh dan kolong jembatan.Sang pemuda yang menolong anak ini juga berkehendak untuk mengadopsinya besrta sang nenek seandainya anak itu mau. Karena sang pemuda ini di tem
Kepergian nenek Rangga.Rangga histeris saat melihat sang nenek terbujur kaku. Kondisinya sungguh membuat pilu semua yang melihat saat itu. Wajah penuh luka dengan kondisi mata yang keluar dari rongganya dengan keadaan sudah rusak sebagian. Clara, Lira dan sang pemuda sempat menutup mata tak sampai hati melihatnya."Mengapa bisa seperti ini kondisinya? Ini alami atau ada suatu peristiwa?" tante Naira bergumam dalam hati.Tidak cuma tante saja yang merasa aneh. Bahkan semua anak kecil yang ikut masuk ke rumah yang ditinggali Rangga, juga ikut sedih dan histeris serta bertanya-tanya dalam hati. Salah satu dari mereka keluar dan segera berteriak meminta tolong kepada warga sekitar."Tolong..tolong! Tolomg neneknya Rangga!" teriak salah satu teman yang neneknya tiada ini."Ada apa hei?"Seluruh warga sekitar segera lari sambil bertanya dan penasaran. Tanye Naira dan pemuda meminta keterangan apa yang terjadi sebelumnya? Kepada semua warga
TrenyuhKeesokkan harinya Clara dan Lira juga tante Naira beraktifitas seperti biasa. Sementara Rangga yang sedang berduka kini bersama para temannya yang belum sekolah. Ada tetangga juga. Serta saudara dan keluarga dari desa ada yang menjenguk.Meski bukan orang tuanya, ia yang selama ini sedikit memiliki nurani untuk mengasihi. Tidak banyak yang bisa dilakukan saudaranya ini. Hanya menjenguk dan menyampaikan duka serta memberi tahu kepada warga yang selama ini berbuat baik. Serta memikirkan kelanjutan hidup untuk Rangga.Mereka yang datang adalah saudara yang selalu kepikiran selama Rangga tidak bersama keluarganya. Mereka hanya kerabat tidak bisa berbuat apa? Terlebih keadaan ekonomi yang belum mendukung untuk menambah anggota keluarga baru yaitu Rangga. Miris rasanya hal ini, hingga salah satu dari mereka bersikeras setelah tujuh hari ini akan membawa Rangga tinggal bersama mereka.Hal ini sempat didengar oleh Ibrahim bahkan disampaikan juga ke
Rihlah bersama teman kecil."Kita jadi liburan nih."Ibrahim berkata dengan penuh keceriaan. Keinginannya untuk mengajak orang bertamasya akhirnya tercapai. Berbagi rezeki untuk kebahagiaan bersama. Rangga akan doajak juga kelima belas temanya. Setelah empat puluh hari berlalu.Anak itu saat ini tinggal di rumahnya Ibrahim. Sebenarnya tante Naira yang mengadopsi, namun karena saat ini srdang ada keperluan di luar kota. Ia titipkan Rangga pada Ibrahim. Tentu pemuda itu sangat senang sekali. Hampor setiap hari ia membelikan makanan dan buah yang Rangga suka. Juga diberikan kepada teman kecilnya Rangga.Rangga sendiri merasa nyaman tinggal di rumah pemuda ini. Kadang para teman Rangga diajak bermain juga ke rumah sang pemuda ini. Rasanya senang bisa membuat orang lain ceria. Kehadiran Rangga di rumah ini juga atas ijin dari keluarganya. Setelah empat puluh hari kemarin, keluarganya kembali ke kampung halaman.Ibrahim memberikannya banuak b