"Kau mengenal pria bernama Noah?" "Noah?" Lucas tampak berpikir, mengingat nama yang terdengar tidak asing di pendengarannya."Dia adalah putra dari dokter pribadi Arion, jika aku tidak salah ingat," seru Lucas setelah mengingat pernah mendengar nama tersebut."Sekarang dia dokter pribadi Arion," balas Azalea.Kening Lucas berkerut saat mendengar Azalea mengatakan hal itu, "Maksud mu?""Iya, sebelum kau tiba pria bernama Noah itu menghampiri ku," jawab Azalea menjawab kebingungan Lucas."Dia menganggap ku sebagai Elena, dan--" sengaja ia menggantungkan ucapannya, sambil menatap pada Lucas."Kau mengaku sebagai Elena?" tebak Lucas yang mendapatkan anggukan kepala Azalea."Bodoh! Bagaimana bisa kau lakukan itu? Jika Arion tahu rencana kita akan gagal!" pekik Lucas karena Azalea melakukan tindakan di luar rencana mereka.Azalea sedikit terkejut, "Apa maksud mu, seharusnya kau merasa bangga aku melakukan itu," kesal Azalea.Ia pikir Lucas akan senang karena ia bertindak demikian, tapi t
Sore harinya, Noah memutuskan untuk mendatangi kantor Arion. Ia berniat ingin mengejutkan pasien kesayangannya. Namun, yang ia temui pada akhirnya hanyal Jeff seorang.Jeff yang melihat kehadiran Noah tentu bingung. Sementara pria yang usianya lebih muda darinya itu duduk santai tanpa merasa bahw kehadirannya mengganggu, “Apa yang kau lakukan di sini? Apakah tuan meminta mu datang?” tanya Jeff.Noah menggelengkan kepala santai, “Aku pindah tugas di kota ini, mungkin mulai sekarang kau akan sering bertemu dengan ku,” jawab Noah bangga.Jeff mendengus pelan, “Pulanglah, kau mengganggu pekerjaan ku,” usir Jeff secara terang-terangan.Noah menganga tidak percaya, pria lajang yang hampir berkepala empat itu mengusirnya secara terang-teraangan, “Kau mengusirku? Bahkan kau tidak memberiku minum,” rengut Noah kesal.“Minumlah di rumah, aku tidak ada waktu untuk meladeni mu. Urusan ku dengan mu hanya tentang kesehatan tuan,” ucap Jeff tak peduli.Jeff bahkan tak melihat Noah saat berbicara de
"Aku harap aku bisa selalu bersama mu, El," Arion mencium kening Elena dengan lembut. Tersenyum menatap sang istri yang begitu terlelap.Namun, tiba-tiba Arion merasakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, ia buru-buru keluar dan meraih telepon untuk menghubungi Jeff."Akh!" rintih Arion.Tangannya berpegangan pada dinding, mencoba menahan sakit sambil menekan tombol panggilan.Untungnya panggilan langsung tersambung, "Halo, Tuan," sapa Jeff di sebrang sana."Cepatlah datang kemari," perintah Arion.Suaranya terdengar bergetar, keringat sebesar biji jagung itu sudah membanjiri pundak. Dirinya bahkan sudah tidak bisa menopang beban tubuh hingga terjatuh."Tuan, saya akan segera kesana!" pekik Jeff.Jeff tahu bagaimana keadaan tuannya, sebab hal ini sudah terjadi berkali-kali sebelumnya.Sementara itu, Arion yang sudah tidak tahan kini terkapar tak sadarkan diri. Pria itu berada dibawah tangga dan untungnya kebetulan ada Bu Rah."Astaga, Tuan!" Bu Rah langsung menghampiri dan meminta b
Tut! Tut! Tut!Lama panggilan tersebut tersambung, sementara di tempat Vero ia merasakan ponsel nya yang bergetar.Dengan mata yang masih tertutup, ia menjawab telepon tersebut, "Halo siapa?"Elena merasa senang karena akhirnya Vero menjawab panggilannya, "Halo, Vero! Kau harus membantu ku," seru Elena."Bantu aku mencari keberadaan Arion! Vero? Halo?"Sementara di sana, ponsel Vero sudah terjatuh ke bawah tempat tidur. Dan sang pemilik ponsel tersebut sudah kembali terlelap lagi.Elena mengusap wajah asar, "Astaga, Vero!" umpat Elena kesal.Karena asisten nya itu tidak bisa membantu dalam keadaan darurat seperti saat ini membuat Elena menghubungi semua bawahan lainnya untuk mencari dimana keberadaan Arion.Sementara itu, di dalam mobil Jeff tak kalah panik. Pria matang itu berusaha agar tetap tenang dan memastikan sang tuan akan baik-baik saja.Meskipun kata baik-baik saja itu begitu sulit untuk dirinya percaya, "Aku mohon Tuhan, tolong selamatkan nyawa tuan," harap nya dengan cemas.
"Tensi pasien 130/80 mmHg, Dok!"Tensi Arion dinyatakan tinggi, Noah dan juga para dokter lain yang ada di sana tahu ini adalah Hipertensi Pulmonal."Terjadi pengumpulan cairan di paru-paru!"Mereka terus bergerak cepat, setiap detik yang terbuang begitu berati bagi para tim medis. Kecepatan dan ketepatan mereka sangat diperlukan dalam menangani masalah kesehatan yang berkaitan dengan nyawa seorang pasien."Lakukan oksigenasi!" ucap Noah.Di bawah penerangan lampu yang begitu terang, Noah melihat jelas bagaimana wajah Arion yang mulai memucat.Wajah kaku itu semakin kaku dan dingin saat pasokan oksigen mulai berkurang di tubuhnya.Pemasangan kateter oksigen mulai dilakukan, pemantauan denyut jantung ditindaklanjuti."Tensi pasien mulai kembali normal, Dok,"Perlahan tubuh Arion kembali bekerja dengan normal, pemantauan infus juga dilakukan agar memperhatikan cairan dalam tubuh Arion."Baiklah, segera siapkan ruangan. Pasien membutuhkan pemantauan denyut jantung,""Baik, Dok!"Setelah
"Dok! Denyut jantung pasien berhenti berdetak!"Seru seorang perawat yang berlari tergesa-gesa menghampiri Noah yang baru saja meregangkan tubuhnya.Mata Noah langsung terbuka seketika, bahkan pegal di tubuhnya langsung hilang saat mendengar kalimat tersebut terucap dari mulut perawan senior itu.Jeff yang masih di sana ikut terkejut dan bangun dari duduknya, "Bagaimana bisa terjadi!" Nada suara Jeff langsung meninggi, ia menatap nyalang pada Noah. Sementara pria itu langsung berlari menuju ruangan dimana Arion berada.Jeff ikut menyusul, wajah pria yang hampir berkepala empat itu begitu sulit diartikan."Ada apa? Kenapa tiba-tiba jantung Arion berhenti berdetak?" batin Noah bertanya-tanya.Pengumpulan cairan di paru-paru bisa saja terjadi pada penderita penyakit jantung bawaan, itu bisa diakibatkan dari kurangnya beristirahat dan stress.Tapi, dengan penanganan yang tepat waktu tak mungkin itu bisa terjadi "Apa harapan hidupnya sudah habis?" Pikir Noah akhirnya.Noah menggeser pintu
Elena menyemprotkan parfum pada titik tertentu untuk memaksimalkan penampilan nya malam ini. Tak terasa dua hari telah berlalu sejak Arion yang tiba-tiba pergi.Dan malam ini sesuai janji, Elena akan makan malam di sebuah restoran bersama keluarga nya untuk membahas kenaikan jabatan dirinya yang tak selesai.Elena mematut diri di depan cermin, "Sempurna," seru Elena yang melihat keseluruhan penampilan diri nya.Elena menuruni tangga satu persatu sambil tangannya sibuk mencari kunci mobil di tas mahal miliknya itu, "Dimana kunci mobilku?" gumam Elena.Langkah Elena terhenti saat mendapati seorang di depan nya, "Jeff?" gumam Elena."Jeff, kau sudah pulang? Lalu, dimana Arion?" tanya Elena.Mata Elena menelisik, melihat mungkin Arion masih di luar, "Arion masih di luar?" lanjutnya lagi tanpa menunggu Jeff menjawab."Maaf, Nyonya. Tuan belum pulang, kemarin saya hanya mengantarkan sampai bandara," jawab Jeff dengan sopan.Elena mendesah lesu saat mendengar itu, "Lalu kau juga kemana dua h
"Maaf membuat kalian menunggu, "Elena berseru saat melihat orang tuanya sudah duduk di sana, "Tapi, aku tepat waktu bukan?" sambung nya lagi.Tuan Miller tersenyum menanggapi ucapan sang putri, "Tidak apa, El," Sementara Nyonya Lia tersenyum kecut, entah hal apa lagi yang membuat Nyonya besar itu tidak senang."Dimana Arion? Apa dia tidak ikut?" tanya Tuan Miller yang tidak melihat kehadiran sang menantu."Arion tidak bisa hadir, dua hari yang lalu dia ada perjalanan bisnis," ucap Elena.Baru mereka akan melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba seorang masuk dan menarik perhatian mereka."Azalea?" batin Elena, ia tidak menyangka bahwa wanita itu akan ikut hadir di acara makan malam ini."Maaf, aku terlambat," seru Azalea.Wanita itu melangkah masuk, tubuh ramping nya dibalut dengan dress mewah berwarna merah dengan bagian dada yang terbuka.Perhiasan yang bersinar semakin membuat kesan glamor yang dipadukan dengan make up tebal."Malam, Kak," sapa Azalea yang duduk di samping Elena.Elena
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln