LOGINAku hidup lagi. Di detik kesadaran itu, aku bingung untuk tidak merasa bahagia atau harus merasa bahagia, karena mengulang waktu dan kini merasa terhantam rasa malu yang menusuk hingga ke tulang dimasa lalu. Aku, Eleanora de Villon, putri dari keluarga Duke Villon, telah mati di kehidupan sebelumnya di tangan pria yang kucintai—Putra Mahkota. Alasannya sederhana sekali "Aku kejam" Setiap air mata wanita yang kusebabkan, setiap hinaan yang kuucapkan, setiap langkah manipulatif yang kuambil—semua itu adalah Tinta Merah Takdir yang kini kulihat dengan mata kepedihan. Aku berhak dibenci. Aku pantas mati. Kesempatan kedua ini, seperti anugerah untuk memperbaiki takdirku, namun perasaanku tidak bisa bohong karena terasa seperti hukuman untuk mengingat kembali semua kebusukanku dan kematian atas apa yang aku perbuat sebelumnya. Baik! Tujuan hidupku kini hanya satu "Menghapus Tinta Merah itu" dan mati dalam damai, tanpa mengulang kesalahan. Dengan hati yang campur aduk itu mampukah Eleanora menuliskan kisah takdir yang suci, ataukah ia hanya akan kembali ternoda oleh The Erased Red Ink of Fate?
View MoreLampu kristal yang tergantung megah di aula Istana Kekaisaran terasa berputar. Dentuman musik yang harusnya meriah kini bergema mematikan di telingaku.
Aku, Eleanora de Villon, Putri Duke yang berkuasa, berdiri tertegun di tengah lantai marmer, dikelilingi oleh bisikan dan tatapan menghakimi. Gaun satin merah anggur yang kukenakan—gaun favorit yang selalu membuatku merasa superior—kini terasa seperti kain kafan yang basah. Tepat di depanku, Putra Mahkota, pria yang kucintai di atas segalanya, menatapku dengan mata yang dingin, tanpa setitik pun kehangatan yang pernah kukhayalkan. "Kau telah menghukum dirimu sendiri." Bisik Putra Mahkota. "Dengan kejahatanmu ini. Lady Eleanora dari keturunan Duke Villon, telah melampaui batas yang bisa ditoleransi oleh Kekaisaran." ucapnya. Suaranya datar, namun setiap kata terasa seperti es beku yang membelah dadaku. Aku berusaha membantah, untuk menjelaskan, untuk memohon. Tapi, untuk apa? Ribuan mata yang menatapku bahkan terasa seperti pisau pelati yang siap menusuk dadaku. Jika dilihat akan menjadi cermin yang memantulkan satu kebenaran yang mengerikan.Aku adalah monster. Aku telah menghancurkan hidup orang-orang, memanipulasi, dan menggunakan kekuasaanku untuk menyakiti semua bangsawan yang tidak aku sukai, cara yang mengerikan untuk meraih posisi ini. Di saat itulah, kesadaran itu datang, menyakitkan dan terlambat.Tinta Merah Takdir yang selama ini kubuat, bukan hanya ada tercatat di Kekaisaran, tapi juga di jiwaku. Aku baru sadar betapa kejamnya aku, betapa pantasnya aku mendapatkan semua kebencian ini.Tapi nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan terbesarku—bahwa aku terlalu kejam untuk seorang wanita. "Bawa dia pergi. Segel dia di penjara bawah tanah Kekaisaran. Biarkan dia merenungkan perbuatannya hingga akhir." Perintah Putra Mahkota terdengar menusuk di tengah keheningan. Aku diseret oleh Ksatria Kekaisaran, harga diriku hancur berkeping-keping di lantai dansa yang penuh kebohongan. Bruk! Di jeruji besi yang dingin dan lembap, pengawalan tidak menunjukkan belas kasihannya. Makanan yang datang hanya dua hari sekali, dan air bersih hanya sesekali. Dalam kegelapan yang pekat, tubuh bangsawan yang dulu kujaga dengan bangga kini kurus kering, dipenuhi penyakit. Aku mati bukan karena pedang, melainkan karena siksaan kelaparan, kedinginan, dan kesunyian yang memilukan. Namun, yang paling menyakitkan adalah suara yang terbawa angin lembap dari luar jeruji. Beberapa malam sebelum aku mengembuskan napas terakhir, aku mendengar bisikan para penjaga di koridor. "Kau dengar? Akhirnya, Putra Mahkota sudah bertunangan." "Tentu saja aku mendengarnya. Siapa sangka, setelah insiden Lady Eleanora, dia malah memilih Lady Lyra de Castillon dari keluarga Count itu haha. Katanya Lady Lyra adalah wanita yang sangat sederhana, lembut, dan murni..."Lady Lyra. Nama itu terasa seperti belati yang menusuk hatiku. Wanita yang muncul di Pesta Dansa Kedua. Wanita yang dicintai oleh Putra Mahkota. Wanita yang pantas untuk mendapatkan kebahagian.Tidak sepertiku....
Kematian yang wajar bagi wanita penjahat—mati mengenaskan tanpa tahu bahwa perasaanku telah hangus menjadi jiwa yang hampa.
Aku mati.Dalam keadaan sendiri dan terlupakan.
Di saat dunia luar sedang merayakan pertunangan Putra Mahkota dan wanita itu, seseorang yang kini mengisi tempat yang selalu kucita-citakan. Kini hangus ditelan penyesalan.
Hahaha
Saat itu aku pertama kalinya bagiku menangis, menyesali perbuatanku disaat keadaan ku sekarat. Hawa dingin mulai masuk dengan kejam bahkan menusuk jasadku.Akhir yang mengenaskan.Ting! Suara dentingan sendok perak yang beradu dengan piring porselen membawaku kembali. Napas yang sebelumnya terenggah kini kuhela perlahan. Aroma sup asparagus dan daging steak yang mewah memenuhi ruang makan keluarga Villon. Aku tidak lagi berada di jeruji besi, tapi di kursi megah di meja makan panjang—empat tahun sebelum kematianku. Tanganku yang memegang pisau steak gemetar. Bukan karena porselen yang dingin, tapi karena memori kematian yang masih sangat nyata. Di seberang meja, Duke Villon— Ayah dan Duchess Villon— Ibu duduk diam, menatapku dengan pandangan campur aduk antara lelah dan kecewa. "Eleanora," suara Ayah memecah keheningan yang mencekam. "Tolong, kendalikan tingkah lakumu." Ucap Duke sembari memijat keningnya. "Kau adalah Putri Duke Villon. Jangan membuat kami harus terus-menerus menutupi skandalmu, ini demi menjelang Pesta Dansa Keduamu di Perayaan Hari Kelahiran Kekaisaran." Aku merasakan tenggorokanku tercekat. Ini bukan lagi soal mempertahankan citra, ini soal memperbaiki kesalahan. Aku meletakkan sendok dengan sangat hati-hati, menundukkan kepala sedalam-dalamnya, menatap piring di hadapanku, mengambil napas dalam-dalam. Berbeda dengan dikehidupan sebelumnya, dimana seorang Lady yang akan membantah atau melempar garpu dengan arogan, kali ini aku berbicara dengan suara pelan dan mantap. "Saya mengerti, Ayah. Maafkan saya karena telah membuat Ayah dan Ibu kecewa. Mulai saat ini, saya akan berubah. Saya akan membuktikannya bahwa saya bisa menjadi lebih baik. Sekali lagi, mohon maafkan saya, Ayah... Ibu..." Keheningan melingkupi ruang makan. Duke dan Duchess Villon terdiam lama. Di mata mereka, aku melihat dengan campuran kejutan dan keraguan yang menyakitkan. Bertahun-tahun penuh kekecewaan tidak bisa dihapus hanya dengan satu kalimat. Mereka jelas tidak percaya. Rasa sakit kini menusukku, tapi itu pantas kuterima. Aku harus menerima ketidakpercayaan ini dan membuktikan janji itu melalui waktu, bukan kata-kata. Setelah makan malam yang terasa lambat itu usai, aku berdiri dan membungkuk sebentar pada orang tuaku—sebuah tindakan sederhana yang juga tak pernah kulakukan dulu. Saat berjalan menaiki tangga menuju kamarku, aku melirik ke ruang tunggu di ujung koridor. Di sana, Adikku—Elias yang berusia lima tahun, sedang bermain dengan kereta kayu di bawah pengawasan ketat Nyonya Pengasuh. Dia tersenyum dengan polosnya, sudah lama aku tidak melihat raut wajah itu. Beda dengan kehidupan sebelumnya, anak laki-laki itu akan sangat takut dan lari dariku. Jika diingat lagi, seperti ada batu yang langsung menghantam dadaku. Mataku memanas. Aku tidak akan pernah lagi merusak kepolosan itu. Aku terus berjalan, memikirkan langkah selanjutnya. Aku harus mulai dari hal terkecil. Krieeeett... Tanganku menarik kenop pintu kamar yang terbuat dari emas berukir itu, mengeluarkan derit halus khas pintu kayu mahal yang berat, dan melangkah masuk. Di kamar, Seraphina— Pelayan pribadi yang paling sering kurendahkan dan siksa, kini sedang merapikan tempat tidur dengan wajah menunduk. Melihatnya, tenggorokanku tercekat.Di kehidupan lalu, Seraphina mati karena kebodohanku.
Saat itu, Ayahku—Sang Duke, memang sudah tidak bisa memberi pengawalan lagi, alhasil ia hanya bisa menyediakan pengawal biasa- Alasannya karena satu pun dari para Ksatria militer tingkat tinggi itu tidak mau menghadapi tingkah lakuku yang memuakkan. Pada saat itu, aku tidak peduli. Aku hanya ingin pergi ke Toko Elite yang ada di pertengahan kota dan ingin membeli Bros Mahal Khusus untuk Putra Mahkota.Karena terlalu senang, tanganku terus memandangi tas belanja.
Lalu, tiba-tiba seseorang merampasnya dari tanganku yang sedang memegangnya.Itu sangat cepat. Aku panik saat itu.
Aku yang merasa berhak atas Bros itu, dengan rasa tidak mau tahu, menyuruh Seraphina mengambil kembali perhiasan berharga itu. Pencuri itu lari dan dikejar oleh Seraphine. Di gang sempit dia berhenti. Aku langsung menyuruhnya untuk mengambil Bros. Tapi, tiba-tiba sekelompok orang datang. Aku ingat, mereka adalah teman-teman pencuri itu. Walau dengan tangan yang gemetaran, Seraphine harus dan ingin mengambilnya kembali. Saat itu aku sadar, kami kalah jumlah dan kekuatan. Aku lari, tapi Serphine terlanjur dipukuli hingga mati- mengenaskan. Kini, di hadapanku, dia hidup. Aku menarik napas panjang, menenangkan gejolak penyesalan di dada. Ada banyak hal besar yang harus ku ubah, tapi semua harus dimulai dari tempat yang paling kuingkari.Berhenti menyakiti, dan mulai menghargai. Tindakan kecil yang tulus, sehalus embusan napas, adalah awal dari segalanya.Aku mengulang waktu.Aku membawa beban dosa, namun kini aku juga memiliki pengetahuan. Aku akan menggunakannya untuk menghindari takdir kematian, melindungi keluargaku—termasuk Kakakku, si jenius Menara Sihir— kutu buku yang mencari kedamaian.Tinta Merah Takdir memang terhapus sesaat oleh waktu, tapi jejaknya masih melekat kuat di jiwaku. Dengan hati yang penuh penyesalan dan harapan baru, aku ingin menempuh Takdir yang berbeda.Waktu kini bergerak dengan ritme yang aneh bagi Eleanora. Ia merasakan bahwa detik, menit, dan jam tidak lagi mengikuti ketepatan mekanis yang selama ini ia yakini. Waktu terasa lebih lambat, lebih tebal, dan lebih padat dibandingkan saat ia masih sendirian, bersembunyi di balik tumpukan kertas kerja.Ia resmi menjadi 'kekasih' Putra Mahkota Zepyr. Status ini, sebuah deklarasi tak terhindarkan, diukir paksa di atas harga dirinya yang kaku, diterima di bawah ancaman yang memalukan di koridor yang sepi. Perasaan penyerahan diri membakar pipinya setiap kali ia mengingatnya.Kekasih. Kata itu terasa asing dan geli di lidahnya, sebuah kategori baru yang tidak pernah ia masukkan ke dalam rencana hidupnya yang sangat terstruktur. Eleanora Villon, si Ahli Logistik Kekaisaran, tidak pernah merencanakan keberadaan romansa sebagai variabel.Ia menambahkan syarat terakhir: 'hanya kekasih'. Sebuah deklarasi yang tipis, sebuah batasan terakhir yang ia harap dapat menahan gelombang keintiman tak ter
Pagi tiba. Cicitan burung berkicau dari taman Kediaman Bintang Utara terdengar nyaring, sebuah nada ceria yang bertentangan telak dengan suasana hati Eleanora.Eleanora terbangun, matanya terasa berat, seolah kelopak matanya terbuat dari timah. Lingkaran hitam tipis di bawahnya membuktikan bahwa logika hatinya telah menang atas kebutuhan tidurnya. Ia menghela napas panjang, suara yang mengandung keputusasaan seorang ahli logistik yang gagal mengendalikan variabel internalnya.Tugas harus diselesaikan. Kalimat itu adalah satu-satunya jangkar yang ia pegang di tengah kekacauan emosional.Seraphina masuk, ia melihat kondisi Eleanora dan tanpa bertanya, ia segera menyiapkan air hangat. Seraphina membantu Eleanora bangun dari tempat tidur.Di kamar mandi, Eleanora bersandar lemah di tepi bak porselen. Seraphina dengan gerakan lembut membantu Eleanora mandi, mengguyur air hangat ke tubuhnya, menggosok perlahan bahunya. Setiap gerakan Seraphina terasa menenangkan, tetapi kelelahan Eleanora t
Malam Pesta Panen Kekaisaran. Aula agung diselimuti oleh kilauan lampu kristal yang memantul pada lantai marmer. Eleanora memasuki aula dengan gaun velvet hijau tua, sebuah gaun yang disponsori oleh rayuan Putra Mahkota. Gaun itu jatuh sempurna, memberinya aura elegan dan menarik perhatian dari semua mata yang penuh spekulasi.Saat namanya diumumkan oleh Master Upacara, sebuah keheningan kecil terjadi. Eleanora melangkah maju, segera merasakan tatapan ratusan bangsawan yang penuh rasa ingin tahu.Di tengah aula, Zepyr, yang berdiri di samping tahta Kaisar, tersenyum merekah — senyum yang tulus dan tidak terkendali, sebuah oasis kehangatan yang bertentangan dengan persona dinginnya.Musik dansa kedua — sebuah waltz yang megah dan penuh gairah — baru saja dimulai. Zepyr, dengan langkah tegas dan penuh hak, melintasi lantai yang terbuat dari kayu terbaik Kekaisaran. Ia bergerak dengan presisi, mengabaikan semua etiket jarak yang seharusnya ia pertahankan.Ia berhenti tepat di hadapan Ele
Satu hari penuh telah berlalu sejak Eleanora dipaksa untuk merasakan ketidakpastian. Pagi itu, udara di aula utama Istana terasa dingin dan berwibawa, sebuah suasana yang seharusnya murni didominasi oleh politik dan angka.Eleanora, mengenakan gaun tweed abu-abu arang, berdiri di dekat pintu aula. Gaun itu adalah perisai visual, sebuah penolakan keras terhadap semua bentuk kelembutan.Ia bersama Count Vilos, bangsawan tua yang kaku dan sekutu setia Kediaman Villon. Mereka membahas angka-angka terakhir dari biaya pengemasan gandum. Eleanora menunjuk pada sebuah paragraf di dokumennya, sebuah gestur yang penuh otoritas."Perbedaan biaya 0,05% tersebut, Count Vilos, seharusnya bisa kita negosiasi jika kita..."Tiba-tiba, sebelum Eleanora menyelesaikan analisisnya, sebuah suara yang kuat, penuh otoritas Kekaisaran, namun sangat tidak pantas untuk situasi formal ini, menggema dari tengah aula. Suara itu memantul dari langit-langit berukir, memotong ucapan Eleanora dengan kekerasan yang mem












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.