Wendy mengangkat kepalanya dengan terkejut. Sepertinya dia tidak menduga Nyonya Besar Fernandez akan membiarkannya mencari Romeo.Nyonya Besar Fernandez berkata, "Kenapa kamu masih di sini?""Terima kasih, Nyonya Besar!"Wendy tersenyum dengan gembira. Dia pun bergegas keluar dari rumah.Nyonya Besar Fernandez melihat Wendy pergi dengan wajah berseri-seri, kemudian dia tertawa sinis.Keluarga Spencer memang hanya keluarga kecil, tapi justru karena itulah, dia bisa mengendalikan Wendy dengan mudah.Karena Violet tidak peduli dengan status Nyonya Fernandez, Nyonya Besar Fernandez harus memberikannya peringatan.Banyak wanita yang ingin menjadi suami Romeo.Bukan cuma Violet yang bisa menjadi Nyonya Fernandez.Violet sudah tiba di Restoran Imperial. Romeo sudah memilih tempat dengan pemandangan terbaik di aula. Semua yang datang ke Restoran Imperial hari ini adalah beberapa rekan bisnis Romeo.Violet baru saja datang, tapi dia sudah menangkap perhatian semua orang.Dia mengenakan gaun ber
Saat ini, di luar Restoran Imperial, Kak Silvia masuk bersama Evelyn."Ayo duduk."Silvia mengajak Evelyn duduk di meja yang tidak jauh dari Romeo.Violet telah mendengar suara Silvia, jadi dia berkata pada Romeo, "Aku pergi ke toilet sebentar. Aku akan segera kembali.""Ya," jawab Romeo.Violet berdiri, kemudian dia menuju ke toilet."Apa makan malam hari ini mengejutkanmu? Kamu hanya pekerja magang, tapi aku malah memintamu menemaniku. Maaf, ya."Silvia mengucapkan kata-kata yang menghibur, tapi dia terus mengamati ekspresi Evelyn.Sejak Evelyn masuk, matanya terus mencari sosok Romeo.Tak lama kemudian, dia benar-benar menemukan Romeo sedang duduk di meja tengah aula. Selain Romeo, ada juga beberapa bos lainnya.Mata Evelyn langsung berbinar-binar.Beberapa hari ini, tak peduli apa yang dia lakukan, dia tidak dapat menghubungi Romeo. Levi juga sudah mulai tidak mengangkat teleponnya. Kalau bukan karena Silvia berkata bos-bos besar seperti Romeo sering muncul di tempat ini, Evelyn ju
"Aku baru pergi sebentar, tapi kenapa suasananya menjadi sangat berat?"Violet keluar dari toilet, kemudian matanya tertuju pada Evelyn.Evelyn menoleh. Begitu dia melihat Violet, raut wajahnya langsung menjadi masam.Dandanan Violet tampak mewah dan anggun hari ini. Kalau mereka dibandingkan, Evelyn terlihat sangat sederhana. Karena Evelyn tidak memiliki aura orang kaya dan pakaian bermerek, dia terlihat seperti wanita kelab malam.Dulu Violet juga meragukan selera Romeo. Bagaimanapun juga, Evelyn bukan termasuk sangat cantik. Bentuk tubuhnya juga biasa-biasa saja. Dia hanya memiliki wajah yang suci.Hari ini Evelyn sengaja berpenampilan lebih dewasa dan malah menutupi tampang polosnya yang merupakan keunggulannya.Dia tampak seperti wanita kaya baru yang norak.Violet tersenyum sambil berkata, "Nona Evelyn juga ada di sini, ya. Kebetulan sekali.""Kak Violet ....""Aku lebih suka kamu memanggilku Nyonya Fernandez."Violet langsung menyela Evelyn.Evelyn terlihat enggan. Dia jelas tid
Pelayan segera maju untuk mengganti gelas Violet. Itu terjadi di depan mata Evelyn.Violet sengaja mempermalukannya di depan semua orang."Evelyn, apa kamu sudah memesan makanan?"Saat ini, Silvia sudah keluar dari toilet.Evelyn menggelengkan kepalanya. "Belum."Silvia mengernyit dan berkata, "Apa? Kamu bahkan nggak bisa memesan makanan? Ya sudah, aku saja yang memesan."Silvia berbicara menggunakan nada seorang atasan.Orang-orang yang duduk di sana juga tidak bodoh. Silvia bukan rekan kerja Evelyn, melainkan atasannya.Ekspresi Evelyn menjadi masam. Kini dia ingin sekali ditelan belahan bumi. Dia segera duduk kembali di kursinya untuk menjauhi meja Romeo.Romeo tahu kalau tadi Violet sengaja mempermalukan Evelyn. Dia berbisik, "Apa kamu nggak senang?""Nggak."Violet memutar gelas di tangannya, kemudian dia berkata, "Aku hanya nggak suka orang menyentuh barang milikku."Romeo tertawa. "Aku kira kamu cemburu. Sepertinya aku berpikir terlalu banyak."Dulu Violet suka mempersulit Evely
Violet mengarahkan tatapannya ke Wendy yang berada di luar pintu.Wendy sudah berdandan dan dia mengenakan gaun putih. Dia lebih muda daripada Evelyn, jadi sekarang tampangnya yang polos membuat orang merasa kasihan padanya.Dia bahkan tampak lebih disukai para pria daripada Evelyn dulu.Wendy melangkah masuk. Evelyn juga sudah melihat Wendy.Kalau wajah mereka dibandingkan, Wendy lebih cantik daripada Evelyn.Kalau aura mereka dibandingkan, Wendy lebih berwibawa daripada Evelyn.Kalau umur mereka dibandingkan, Wendy lebih muda daripada Evelyn.Begitu Evelyn melihat Wendy, dia merasa wanita ini sudah menirunya. Akan tetapi, peniruan Wendy sudah melampaui dirinya."Kak Romeo, Nyonya Fernandez."Wendy berjalan mendekat. Ketika semua orang melihat Wendy, mereka tercengang. Mereka tidak tahu siapa Wendy.Violet tersenyum sambil berkata, "Ini nona muda dari Keluarga Spencer. Sekarang dia menjadi penjaga nenek kami di rumah."Violet sengaja memperkenalkan Wendy.Wendy tersenyum dengan malu-m
Setelah mereka tiba di luar, Romeo membukakan pintu mobil untuk Violet masuk. Kemudian, dia juga masuk.Wendy melihat Romeo tidak berniat menunggunya, jadi dia mempercepat langkahnya. Namun, dia melihat Romeo sudah pergi bersama Violet.Ekspresi Wendy menjadi murung.Romeo meninggalkannya begitu saja."Apa kamu mengira Romeo akan menyukaimu setelah meniru caraku berdandan?"Di belakang, Evelyn berjalan keluar dengan perlahan. Wajahnya terlihat sombong.Wendy menenangkan dirinya, kemudian dia bertanya dengan bingung, "Apa aku mengenalmu?""Kamu nggak usah berakting di depanku. Kuberi tahu kamu, Violet saja pernah mempelajari caraku berpakaian agar Romeo lebih memperhatikannya. Sekarang ... kamu juga hanya meniru orang."Evelyn memandang rendah Wendy karena tadi dia sudah memikirkan ide terbaik.Dia harus mendapatkan posisi Nyonya Fernandez.Tidak ada yang boleh merebut sesuatu darinya. Violet tidak boleh, begitu juga dengan gadis di depannya ini!"Oh, ya? Tapi, aku melihat Kak Romeo jug
Awalnya Romeo masih ingin menipu diri sendiri. Dia ingin menipu diri sendiri kalau Violet cemburu, makanya Violet melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, Violet terlihat cuek padanya.Dia sudah melakukan begitu banyak hanya untuk keuntungannya sendiri."Romeo, kamu seorang pebisnis dan aku juga. Kamu yang mengajariku semua ini."Violet menatap Romeo dengan dingin tanpa sedikit pun perasaan.Romeo tidak mengerti. Sampai sekarang pun, dia tidak mengerti. Kenapa Violet yang pernah sangat terobsesi dengannya bisa mendadak menjadi seperti ini?Violet tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Tentu saja dia tahu kenapa.Karena Violet yang pernah sangat terobsesi dengan Romeo tidak memiliki akhir yang baik.Dia bersumpah itu tidak akan terjadi lagi.Di kehidupan sebelumnya, Romeo selalu mendahulukan keuntungan. Dia tidak peduli dengan perasaan dan anak di dalam perut Violet.Di kehidupan kali ini, Violet hanya membalas Romeo dengan caranya sendiri.Violet tersenyum, tapi itu tidak mencapai sudut ma
"Kalau Nenek ingin mendengarkanmu, dia bukan Nyonya Besar Fernandez."Di dalam situasi seperti ini, kalau Romeo makin melindungi Violet, Nyonya Besar Fernandez makin kesal.Saat ini, ponsel Romeo berdering.Violet menundukkan kepalanya, lalu dia melihat nama Levi muncul di layar ponsel.Suara Levi terdengar gelisah di ujung telepon. "Tuan Romeo, gawat.""Kenapa?""Nona Wendy ... menghilang!""Apa kamu sudah pergi ke rumah Keluarga Spencer?""Saya sudah mengutus orang ke sana, tapi Nona Wendy nggak ada di rumahnya."Violet di samping mendengar.Hanya ada satu jalan untuk pulang dari Restoran Imperial. Kalau Wendy sudah dalam perjalanan pulang, dia pasti akan berpapasan dengan mobil Levi. Sepertinya sesuatu benar-benar sudah terjadi padanya.Apa Evelyn menculik Wendy?Violet mengerutkan alisnya. Walaupun Evelyn mau melakukan sesuatu pada Wendy, seharusnya dia tidak bertindak secepat ini karena dia baru bertemu dengan Wendy untuk pertama kalinya.Saat ini, Romeo sudah menutup telepon. Dia
Tidak masalah kalau cuman Howard, tapi kini Barry dan Arianna juga berada di sini. Bulu kuduk William berdiri saat melihat Barry. Saat Charles digendong masuk oleh Barry, William tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Saat Wilson masuk, dia berdeham dan menggerakkan lengannya untuk menunjukkan keberaniannya.Ketika begitu banyak bos besar yang berkumpul, jangankan William, Wilson juga takut.Brandon dan Zayn berdiri di samping. Brandon bertanya, "Apa kamu membutuhkan peralatan medis? Aku bisa meminta orang memindahkannya kemari.""Nggak perlu. Keluarga Edris punya semuanya."Wilson maju, lalu menyentuh lengan Charles. Beberapa saat kemudian, dia membuka tangan Charles yang terkepal.Telapak tangan Charles sudah berdarah. Wilson tercengang dan berkata, "Dia benar-benar kejam terhadap dirinya sendiri."Setelah itu, Wilson mengambil cincin yang berlumuran darah itu dari tangan Charles. Dia melihat cincin tersebut, kemudian berkata dengan alis berkerut, "Berliannya besar sekali. Ini pa
"Bagaimana mungkin?"Arianna tersenyum, kemudian berkata, "Kita semua adalah teman lama. Kali ini kami datang hanya untuk menjemput orang kami. Nggak ada yang harus mati. Itu saja, kok.""Kalau hanya begitu, aku bisa mempertimbangkannya."Edward menatap Charles dan berkata, "Tapi, sepertinya orang itu nggak mau mengikuti kalian."Saat ini Howard melangkah maju, lalu berkata, "Kita bisa menyelesaikan masalah nanti. Walaupun kami nggak menginginkan nyawamu saat ini, kami pasti akan menginginkannya di masa depan."Charles tahu Howard ingin dia pergi. Tangannya yang sedang memegang cincin telah berdarah.Ketika Howard dan Barry melihat itu, mereka langsung menahan lengan Charles."Ayo," kata Barry.Mereka harus pergi sekarang.Atau bukan Edward saja yang mati, tapi mereka juga.Charles tidak mau bergerak meskipun dia sedang ditarik Barry dan Howard. Akhirnya, Howard berkata, "Kalau kamu nggak mau pergi, kita semua akan mati di sini. Hei, aku hidup belum cukup lama. Jangan membebaniku."Bra
"Aku akan membunuhmu!"Charles langsung mendongak, lalu menembak Edward tiga kali.Akan tetapi, sepertinya Edward sudah memprediksi apa yang akan dilakukan Charles. Dia hanya mengangkat tangannya, lalu menarik Aaron ke depannya.Tiga tembakan itu mengenai jantung Aaron.Sepertinya Aaron belum sadar apa yang terjadi tadi. Dia melihat dadanya dengan tak percaya. Pada saat ini rasa sakit telah menyebar ke seluruh tubuhnya.Aaron baru sadar kalau dia sudah mau mati.Dia menoleh ke Edward dan membuka mulutnya, tapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah Aaron mati, orang Edward baru mengepung Charles dan yang lainnya.Kali ini Charles datang memang untuk berjuang sampai mati. Kalau dia tidak bisa menyelamatkan Violet, dia juga tidak berencana kembali hidup-hidup.Saat ini Charles menggenggam erat cincin yang berlumuran darah itu.Ketika Romeo melihat itu, dia berkata, "Simpan tenagamu. Kamu bersikeras juga nggak bisa mengubah hasilnya. Kamu nggak akan bisa keluar hari ini, jad
Edward melihat luka tembak Violet kemarin.Baru Edward berkata, "Sayang sekali, padahal dia anak yang baik."Setelah itu, Edward meraih selimut untuk menutupi muka Violet. Dia berkata pada Romeo, "Violet sudah mati. Ini pasti akan membuat empat keluarga besar marah. Kamu tangani masalah ini, ya.""Bagaimana kamu ingin aku menanganinya?""Bakar dia."Edward berkata, "Rahasiakan kematian Violet dari dunia luar. Jangan bocorkan kejadian malam ini."Setelah mendengar apa yang dikatakan Edward, Romeo langsung berjalan ke tepi tempat tidur. Romeo mengeluarkan korek api, lalu dia segera membakar tirai. Tak lama kemudian, seluruh tempat tidur terbakar.Beberapa menit kemudian, wanita di tempat tidur dikelilingi api.Setelah Edward melihat wanita di tempat tidur terbakar, dia baru pergi dengan tenang.Begitu langit menjadi terang keesokan harinya, pemakaman Nyonya Besar Fernandez sudah diadakan.Beberapa orang mengangkat peti jenazah Nyonya Besar Fernandez dan keluar dari pintu Kediaman Fernand
Terdengar petir dan guntur di kamar lantai lima.Beberapa menit kemudian, Romeo yang sekujur tubuhnya penuh dengan darah berjalan masuk.Edward sedang melihat lukisan di dinding kamar, lalu bertanya, "Di mana dia? Apa dia sudah berbicara?"Romeo tidak berkata apa-apa.Baru Edward memutar tubuhnya.Dia melihat setengah badan Romeo penuh dengan darah. Romeo melemparkan pisau kecil berlumuran darah yang dipegangnya ke arah Edward. Lalu, Romeo berkata dengan sinis, "Dia sudah mati."Saat Edward mendengar Violet sudah mati, ekspresinya langsung berubah. "Sudah mati?"Edward maju dan mencengkeram kerah baju Romeo dengan kuat, kemudian berkata, "Aku menyuruhmu bertanya, siapa yang menyuruhmu membunuhnya?! Bagaimana dengan lokasinya? Apa kamu sudah tahu? Cepat katakan!"Romeo tahu kalau pria di depannya ini hanya ingin lokasi harta karun.Semua kata-kata yang Edward ucapkan sebelumnya tentang akan membantu Romeo dan Violet kembali bersama hanyalah sisi munafiknya.Karena mereka adalah ayah dan
Romeo diam-diam sudah memiliki tebakan.Dia hanya tahu hubungan Nenek dan Edward tidak baik.Namun, Romeo tidak pernah menyangka dia akan melakukan itu!Romeo segera tenang kembali. Seperti sedang mengontrol perasaannya saat ini, dia berkata dengan suara yang sangat rendah, "Keluar.""Tapi, Nyonya Besar ....""Keluar!""Baik, Tuan."Martha keluar dan menutup pintu sebelum pergi.Pintu kamar tertutup rapat.Tiba-tiba Romeo mengingat sepuluh tahun lebih yang lalu, Nenek juga menutup pintu ruang kerja seperti itu.Nenek selalu memerintahkannya dengan nada yang tegas. "Kamu nggak boleh keluar sebelum kamu selesai membaca buku-buku ini!"Ingatan itu kembali lagi.Romeo berlutut di lantai dan Nenek mencambuk punggungnya dengan rotan.Nenek berkata dengan tegas, "Kalau kamu nggak rajin, kamu nggak bisa sukses! Kalau kamu nggak bisa sukses, kamu nggak bisa melindungi keluarga ini!"Romeo yang masih remaja sedang berlutut di lantai sambil menahan rasa sakit. Dia merasa dihina, tapi dia tidak bi
Setelah Romeo meninggalkan kamar, Violet baru menghela napas.Dia bersandar di tempat tidur dan tampak bingung.Namun, kedatangan Edward memberinya banyak informasi.Satu, Edward terlahir kembali.Dua, harta karun Kota Poseidon dan kelahiran kembali berkaitan.Tiga, Edward adalah pembunuh orang tuanya dan orang tua Charles. Bahkan orang tua Nathan dan Nicholas juga tidak dilepaskannya.Empat ....Ketika Violet memikirkan poin keempat, dia merasakan sakit kepala yang luar biasa.Edward mengira dia tahu lokasi harta karun Kota Poseidon.Namun, sebenarnya dia tidak tahu.Jangan-jangan dia telah melupakan ingatan yang sangat penting?Pada saat yang sama, di Kediaman Edris ....Nathan sedang bersandar di depan jendela. Sebuah ingatan dari beberapa tahun yang lalu muncul di dalam benaknya. Violet berlari ke arahnya, kemudian memeluk kakinya."Kakak, mereka sedang ngapain?""Mereka sedang melakukan sesuatu untuk melindungi kota.""Apa kota ini sangat berbahaya? Kenapa mau dilindungi?""Ada ba
"Aku percaya kalau Nyonya Besar Fernandez pasti memiliki niat itu. Tapi, kalau bukan karena Pak Edward menyetujuinya, bagaimana Nyonya Besar Fernandez bisa menyakiti Nyonya Ruby? Dan bagaimana dia bisa mengurung Nyonya Ruby dengan mudah di rumah?"Violet berkata, "Pak Edward paling mengerti bagaimana semua itu bisa terjadi. Kamu adalah kepala Keluarga Fernandez, kalau saja kamu mau membela istrimu, dia nggak akan mati karena depresi."Plak!Tiba-tiba, Edward kehilangan kendali dan menampar Violet.Darah menetes dari sudut mulut Violet.Violet menatap Edward dengan sinis. Untuk sesaat, Edward merasa wanita di depannya berubah menjadi Ruby.Tatapan mata itu penuh dengan rasa benci dan sinis.Edward mundur selangkah, kemudian berkata, "Omong kosong! Kamu beromong kosong! Kamu paham apa?!""Pak Edward tinggal melihat internet untuk tahu apa aku beromong kosong atau nggak."Violet berkata dengan tenang, "Di Kota Poseidon, siapa yang nggak tahu cerita pemimpin Grup Fernandez dan istrinya? Ny
Saat melihat sikap Violet yang tidak bersahabat, Edward pun duduk di sofa sebelah.Edward berkata, "Nak, seharusnya kamu memanggilku Paman."Edward menatap Violet dan berkata, "Aku nggak mempunyai niat jahat terhadapmu. Hanya saja, ada hal yang ingin kulakukan dan kalian nggak bisa menghentikanku."Violet masih diam saja.Edward lanjut berkata, "Aku melakukan ini semua untuk istriku. Aku hanya berharap kamu bisa memahamiku."Ketika Edward mengatakan itu, nadanya menjadi sedikit lebih lembut. "Aku sangat mengagumimu. Kalau Ruby masih hidup, dia pasti akan menyukai menantu sepertimu. Sayangnya ... putraku nggak tahu cara menghargaimu.""Pak, aku nggak paham apa yang sedang kamu katakan."Nada Violet terdengar sangat sinis.Saat berhadapan dengan laki-laki munafik di depannya ini, tak ada pikiran lain yang terlintas di benaknya kecuali ingin menjauhinya.Dia sudah bukan gadis berusia 17 tahun. Dia juga tidak bodoh.Pendekatan seperti ini sama sekali tidak bisa menggoyahkannya."Aku bisa b