Istri Gelap Sang CEO Dingin

Istri Gelap Sang CEO Dingin

last updateLast Updated : 2025-11-17
By:  RejuOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
106Chapters
216views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pernikahan itu seharusnya hanya rahasia. Tidak ada saksi. Tidak ada pesta. Tidak ada cinta. Alaire Davina menikahi pria yang tak pernah tersenyum Nayel Arvanden, CEO muda dan pewaris tunggal kerajaan bisnis terbesar di negeri itu. Baginya, pernikahan itu hanyalah formalitas dingin untuk memenuhi janji lama antara keluarga. Tapi bagi Nayel… itu adalah bagian dari rencana panjang. Rencana untuk menghancurkan keluarga yang pernah menghancurkan hidupnya. Di balik cincin yang berkilau, ada kebohongan, pengawasan, dan rahasia yang nyaris membunuh mereka berdua. Karena satu hal yang tidak pernah Nayel duga Wanita yang ia jadikan alat balas dendam itu ternyata adalah kunci masa lalunya sendiri. Dan saat kebenaran terbuka… cinta mereka menjadi dosa terbesar. “Kau tidak pernah kucintai, Alaire.” “Lalu kenapa setiap kali aku berusaha pergi, kau malah menahanku?”

View More

Chapter 1

Pernikahan Tanpa Saksi

Hujan sore itu turun tanpa ampun, memukul kaca besar ruang marmer putih dengan ritme yang berat dan muram. Awan kelabu menggantung rendah, seolah menolak menjadi saksi dari pernikahan yang tidak seharusnya terjadi. Di tengah kesunyian yang dingin, suara pena menoreh di atas dokumen terdengar seperti cambuk kecil yang memecah udara.

“Alaire Davina,” suara itu berat, dalam, tanpa getaran perasaan. “Tandatangani.”

Alaire menatap pena di tangannya. Jemarinya gemetar, tapi bukan karena dingin. Pria di seberangnya — Nayel Arvanden — berdiri tegak, mengenakan jas hitam berpotongan tajam yang membuat bahunya tampak seperti dinding.

CEO termuda Arvanden Corp, pewaris imperium bisnis yang ditakuti siapa pun yang mengenalnya. Dan sekarang, dia — orang perempuan biasa yang hanya ingin hidup tenang — akan menjadi istrinya. Bukan karena cinta, tapi karena sebuah perjanjian.

“Ini bukan pernikahan,” gumam Alaire pelan, suaranya serak. “Ini hukuman.”

Nayel menatapnya. Tatapannya abu-abu dingin, seperti batu yang sudah lama kehilangan panas matahari. “Kau bebas menyebutnya apa pun yang membuatmu nyaman,” katanya datar. “Tapi kontrak sudah ditandatangani. Mulai sekarang, kau adalah Ny. Arvanden.”

Senyum tipis muncul di bibirnya — senyum yang lebih mirip luka daripada kebahagiaan.

Alaire akhirnya menorehkan tanda tangannya di atas dokumen itu. Tinta hitam menempel di ujung jarinya, sama hitamnya dengan takdir yang baru saja ia terima.

Petugas upacara pernikahan yang berdiri di sisi meja mulai berbicara. “Apakah Anda, Alaire Davina, bersedia menerima Nayel Arvanden sebagai suami Anda?”

Alaire mengangkat wajahnya, menatap kosong ke arah pria di hadapannya. Ada jeda panjang, sebelum akhirnya bibirnya bergetar dan berkata lirih, “Saya… bersedia.”

Kata itu keluar seperti bisikan yang mematikan sesuatu di dalam dirinya.

Petugas berpaling pada Nayel. “Apakah Anda, Nayel Arvanden, bersedia menerima Alaire Davina sebagai istri Anda?”

“Ya.”

Jawabannya pendek, dingin, dan tajam seperti pisau yang menutup pembicaraan.

Cincin perak melingkar di jari manisnya, dingin dan berat. Sama seperti mata suaminya.

Dalam lima belas menit, semuanya selesai. Tak ada musik, tak ada tawa, bahkan tak ada senyum di antara saksi. Dua orang yang tak mereka kenal menandatangani dokumen lalu pergi.

Hanya keheningan yang tersisa.

Begitu pintu tertutup, mereka berdua berdiri berhadapan dalam diam.

Alaire meremas ujung gaunnya, menunduk. “Apakah… semua ini sungguh perlu disembunyikan?” tanyanya akhirnya. “Tidak akan ada yang tahu kita menikah?”

Nayel menatap jendela besar di belakangnya, tempat hujan mengaburkan pemandangan kota. “Tidak media, tidak publik, bahkan tidak stafku,” katanya. “Kau akan tinggal di penthouse lamaku. Hanya staf kepercayaanku yang akan mengantarmu ke sana.”

Alaire menegakkan punggungnya, berusaha terdengar tegas. “Jadi… aku akan hidup seperti tahanan?”

Nayel memutar tubuhnya perlahan, menatapnya dengan mata yang sulit dibaca. “Kau akan hidup seperti seseorang yang membayar utang.”

“Utang?” Alaire memicingkan mata. “Saya tidak berutang apa pun pada Anda.”

“Tidak,” Nayel menimpali, suaranya rendah dan tenang. “Tapi keluargamu berutang banyak padaku.”

Ia melangkah mendekat, langkahnya tenang, tapi setiap langkah memukul jantung Alaire lebih keras.

“Orang tuamu menghancurkan keluargaku. Dan aku… hanya menuntut keadilan dengan caraku sendiri.”

Alaire terdiam, tubuhnya menegang. “Anda menikahiku untuk membalas dendam?”

Senyum Nayel muncul lagi, samar tapi menakutkan. “Setiap dendam butuh panggungnya sendiri, Alaire. Dan kau adalah panggungku.”

Hujan di luar semakin deras, memantulkan cahaya lampu ke wajah pucat Alaire. Ia merasa dadanya sesak, tapi ia tak mau menunjukkan ketakutannya. “Anda pikir saya akan diam saja setelah tahu semua ini?”

Nayel berhenti di hadapannya, begitu dekat hingga Alaire bisa mencium aroma aftershave mahal di kulitnya.

“Ya,” katanya pelan. “Karena kalau tidak, keluargamu tidak akan lagi hidup dengan tenang.”

Satu kalimat itu menutup semua jalan keluar.

Alaire menelan ludah, berusaha menahan air mata yang mendesak di pelupuk. “Anda benar-benar… monster.”

“Dan kau memilih untuk berdansa dengan monster itu,” balas Nayel dingin. “Karena tanpa aku, keluargamu sudah tenggelam.”

Keheningan panjang menggantung. Hanya suara hujan yang memecah waktu.

Nayel menatap jam tangannya, lalu berkata tenang, “Aku ada rapat pukul enam. Staf akan menjemputmu dalam satu jam. Jangan berusaha kabur, Alaire. Aku akan tahu bahkan sebelum kau sempat membuka pintu.”

Ia berbalik, melangkah pergi.

Alaire berdiri terpaku, napasnya berat. Setiap detik terasa seperti jarum jam yang menusuk pelan ke jantungnya.

Ketika pintu tertutup, keheningan kembali menelan ruangan. Ia menatap cincin di jarinya, benda kecil yang tiba-tiba terasa seperti belenggu besi. Hujan menetes di luar, menari di atas kaca, memantulkan bayangan dirinya yang pudar.

“Aku tidak akan tinggal diam,” bisiknya perlahan. “Kalau ini permainanmu, Nayel Arvanden…”

Ia menatap keluar jendela, matanya memantulkan kilat yang menyambar di kejauhan.

“…aku akan mempelajari setiap aturannya. Dan pada akhirnya, aku yang akan menutup panggung ini.”

Petir kembali menyambar, mengguncang langit sore.

Hujan makin deras, seolah mengaburkan batas antara dunia nyata dan kutukan yang baru saja dimulai.

Dan di tengah badai itu, pernikahan mereka resmi dimulai — dengan kebencian sebagai saksi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
106 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status