Share

Bab 3

Penulis: Badriah Raihan
Suasana jadi hening selama beberapa saat, lalu terdengar tawa penuh ejekan setelahnya.

"Apa aku nggak salah dengar? Dia berani berbohong dengan mengaku kalau dia putri presdir!"

"Apa kamu tahu sekaya apa presdir Cakra Group? Keberadaannya nggak akan bisa disamai oleh orang-orang seperti kamu bahkan dalam sepuluh kali kehidupan."

Bakti mengangkat alisnya ketika mendengar hal ini. Dia berjalan mendekat, memberi isyarat kepada Kinan untuk menyudahi semua ini.

"Lucia, ada batas kalau kamu ingin berbohong. Meskipun nama belakangmu Cakra, bukan berarti kamu jadi bagian dari Cakra Group."

Aku mencengkeram ujung rokku dengan erat dan berbicara dengan acuh, "Aku putri Ayah dan itu fakta. Aku nggak perlu bohong sama orang lain."

"Boleh saja kalau mau bohong sama orang lain, tapi jangan bohong sama diri sendiri."

Tatapan Bakti sedikit menunduk. Dia menunjuk ke arah Kinan, lalu bertanya padaku, "Katamu kamu putri presdir, jadi kamu kenal Kinan?"

Aku tidak tahu apa yang ada di kepala mereka, jadi aku berkata jujur, "Kalian temanku saat SMA."

Ekspresi Bakti langsung mengendur. "Kamu nggak kenal sepupumu sendiri, beraninya kamu bilang kamu putri Keluarga Cakra! Lain kali siapkan semuanya dulu dengan matang sebelum membohongi orang lain."

Aku terdiam. Ibuku anak tunggal, mana mungkin punya sepupu?

Mata Kinan sedikit berkilat, mencoba menghindar.

Seketika, aku paham segalanya.

Kinan berpura-pura tenang, menggenggam tangan Bakti dan berkata, "Bakti, jangan dengarkan omong kosongnya. Apa kamu lupa, ibunya itu tukang sapu jalan, kita lihat sendiri waktu itu."

Sejak tadi, Kinan sangat yakin kalau ibuku seorang tukang sapu. Jadi, aku bertanya, "Kenapa kalian seyakin itu kalau aku anak tukang sapu?"

Kinan mendengkus dingin dan melanjutkan sikap sombongnya.

"Saat liburan kelas 11, aku dan Bakti melihatmu di jalan sedang membantu ibumu menyapu jalan."

"Dia memanggilmu Nak, khawatir kamu akan kelelahan, nggak tega kalau kamu membantu menyapu jalan."

"Kalau bukan ibumu, mana mungkin dia akan sebaik itu kepadamu?"

Kelas 11?

Aku ingat, saat itu adalah tahun dimana ibu mengatakan bahwa aku sudah masuk SMA dan bisa terlibat dalam beberapa kegiatan perusahaan.

Setiap tahun, ibu melakukan kegiatan amal atas nama perusahaan, menyantuni para janda dan yatim piatu, mensponsori anak-anak yatim piatu untuk bersekolah, serta memberikan sarapan dan makan siang gratis kepada para petugas kebersihan.

Hari itu, angin berembus sangat kencang. Ibu-ibu tukang sapu kewalahan dalam menyapu jalan. Aku melihatnya belum makan, jadi aku memintanya untuk makan dulu.

Namun, dia sangat khawatir karena tugasnya membersihkan jalan masih belum selesai, jadi dia belum mau makan.

Jadi, aku mengambil sapu untuk menyapu agar dia bisa makan dulu, sementara aku menggantikannya menyapu jalan.

Awalnya ibu-ibu itu merasa tidak enak. Dia makan dengan lahap, ingin cepat-cepat menghabiskan makannya dan mengambil sapu dari tanganku. Dia juga berkata dengan sedih, "Nak, sudah, jangan diteruskan lagi, taruh saja sapunya di sana. Nanti bajumu kotor."

Sepertinya Kinan dan Bakti melihat kejadian ini, jadi mereka menganggapku sebagai anak tukang sapu.

Aku tertawa marah dan balik bertanya, "Meskipun aku anak tukang sapu, kalian nggak berhak menyerangku secara fisik.”

Tatapanku begitu tajam, menatap lurus ke arah Bakti. "Beginikah caramu bekerja sebagai direktur di Cakra Group? Kamu meremehkan orang miskin, menganggap orang miskin bisa diganggu sesuka hati?"

Dia sedikit lemas saat melihat tatapanku. Namun, dia menjawab dengan ledakan amarah.

"Kamu cuma anak tukang sapu jalanan, beraninya menceramahiku!"

Kinan mengeluarkan alat untuk merapikan alis dari dalam tas. "Beraninya kamu menceramahi pacarku. Hari ini aku akan membuatmu merasakan akibatnya."

"Laki-laki sebaik bakti itu hadiah dari surga."

Setelah mengatakan itu, dia mengedipkan mata memberi isyarat. Beberapa teman-temannya pun melangkah maju dan memegangiku.

"Gores tasnya, lalu gores wajahnya. Dengan begitu, dia nggak akan berani bertemu orang lain lagi."

Dia melangkah ke arahku dengan memegang alat untuk merapikan alis di tangan. Aku ditahan oleh beberapa orang, membuatku tidak bisa bergerak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Deniwati lahagu
sangat menarik
goodnovel comment avatar
Siti Asiah
menarik sih cerita diawal semoga menarik seterusnya
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
makanya jangan sok baik. mampus lah jdnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 9

    Aku menggigit lidahku, mencoba untuk tetap sadar.Bakti yang ada di depanku perlahan-lahan berubah menjadi dua dan mulai bergetar tanpa henti."Lucia, kamu yang membuatku melakukan ini. Aku nggak akan sampai begini kalau kamu nggak memaksaku mengembalikan uangnya.""Aku sempat punya rencana buat membuat pertemuan pertama kita menjadi sedikit lebih baik. Aku sudah memerintahkan beberapa preman untuk menghentikanmu, kemudian melakukan penyelamatan yang heroik.""Sayangnya, pengawalmu nggak pernah meninggalkanmu, membuatku nggak punya kesempatan buat melakukan itu.""Tapi jangan khawatir. Selama kamu jadi wanitaku, aku pasti akan membawa Cakra Group ke tingkat yang lebih tinggi.""Percayalah, memilihku sebagai suamimu akan menjadi pilihan terbaik dalam hidupmu."Bibirnya yang berisi dan penuh minyak terus berbicara di depan mataku. Aku mengulurkan tangan untuk melawan, tetapi aku terlalu lemas untuk bisa bergerak."Sudahlah, obat ini bisa bereaksi sama orang dengan berat seratus kilo, apa

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 8

    "Lucia, aku tahu aku salah. Ini semua salahku karena aku nggak mengenali identitasmu.""Tapi percayalah, sebenarnya aku nggak cinta sama Kinan. Aku mau pacaran dengannya hanya karena statusnya.""Kamu juga tahu kalau aku selalu mencintaimu.""Bahkan saat kamu menolak pengakuanku saat itu, aku nggak pernah membencimu. Aku selalu menganggapmu sebagai dewi di dalam hatiku. Aku selalu mengagumimu dalam diam."Entah bagaimana, Bakti menemukan jalan untuk mendatangi rumahku dan menunggu di sana selama beberapa hari. Suatu hari, dia akhirnya mendapat kesempatan untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan menyatakan cintanya yang mendalam padaku.Dia menganggap bahwa itu adalah cinta yang mendalam.Melihat wajah yang menjijikkan ini, aku teringat apa yang dia anggap sebagai pengakuan.Saat kelas 10 SMA, aku pindah sekolah dan menjadi teman sekelasnya.Sejak hari pertama, dia terus menggangguku tanpa henti, bahkan berdiri di depan kelas dan berteriak bahwa aku ini wanita miliknya, jadi tidak

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 7

    Bakti bergumam, "Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin anak seorang tukang sapu jalan bisa foto bareng presdir?""Kamu pasti berbohong padaku. Bagaimana mungkin Kinan nggak kenal sama sepupunya sendiri, kamu pasti bohong!"Dia terus mengoceh. Jelas-jelas dia sudah tahu akan kebenaran dari situasi ini, tetapi dia menolak untuk mengakuinya.Aku terus mencecarnya, "Oh ya, Ayahku sudah memecatmu. Kamu akan dituntut karena melakukan penggelapan selama bekerja, serta dicurigai mengambil aset perusahaan secara ilegal. Kamu harus bersiap karena harus kehilangan banyak uang."Bakti terduduk lumpuh dan terus berkeringat dingin.Setelah beberapa saat, dia bereaksi, "Lucia, aku salah, ini semua karena aku percaya dengan kebohongan Kinan, aku juga tertipu.""Aku juga korban, bisakah kamu bicara dengan ayahmu dan jangan menuntutku?""Setelah bebas nanti, aku akan membuat Kinan berlutut dan kamu boleh memukulnya sekeras yang kamu mau, sampai kemarahanmu terbalaskan."Aku menyimpan alat perekam di dala

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 6

    Bakti mendengkus dingin, "Kamu pasti komplotan Lucia. Kalaupun sudah merencanakan semuanya dengan baik, akting kalian kurang meyakinkan.""Putri Pak Rudhi kuliah di Jerman."Aku menunjuk pada secarik kertas sobekan di lantai.Bakti tidak mengerti dengan sikapku. "Apa ini?"Aku berbicara lirih, "Tiket pesawat dari Jerman hari ini."Tubuh Bakti menegang, dia menoleh ke arah Kinan. "Kamu nggak kenal putri Pak Rudhi? Dia itu sepupumu!"Nathan tidak ingin membuang-buang waktu dengan mereka dan mengeluarkan ponselnya."Aku di lobi Cakra Group. Amankan situasi dalam tiga menit."Kinan masih bersikap keras kepala, memaksa dirinya untuk tenang. "Terus saja pura-pura."Begitu dia mengatakan itu, sekelompok orang berkacamata hitam mengerumuni kami, mengelilingi kami berempat.Nathan menunjuk ke arah para penjaga keamanan dan beberapa orang yang berkerumun. "Mulai sekarang, aku nggak mau melihat mereka lagi.""Baik."Para pengawal dengan sigap membawa orang-orang itu pergi.Mereka melakukannya den

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 5

    Braak!Tinju Nathan mengenai ujung telinga Kinan dan menghantam dinding di belakangnya."Aku nggak main tangan sama perempuan, tapi kalau kamu membuat rumor lain tentang Lucia, aku nggak keberatan membuat pengecualian."Tubuh Kinan bergetar karena terkejut dan butuh beberapa saat baginya untuk bereaksi akan apa yang terjadi. Dia melemparkan dirinya ke dalam pelukan Bakti dan menangis, "Apa kamu akan diam saja melihatku diperlakukan seperti ini?"Bakti melirik ke arah tubuh kekar Nathan, lalu melihat perut buncitnya. Dia tidak berani membalas Nathan dengan kekerasan."Kamu tahu siapa aku? Beraninya kamu menyentuh wanitaku!"Sayangnya, gertakannya tidak membuahkan hasil.Aku menarik ujung jas Nathan, memberi isyarat agar dia membantuku berdiri.Meskipun lukaku terlihat parah, karena luka ada di hampir semua kulitku, aku berdiri perlahan sambil memegang tangan Nathan.Aku melangkah selangkah demi selangkah, berjalan mendekati Kinan.Dia menganggap serius keberadaan Nathan yang berpihak ke

  • Ketika Karma Berbicara   Bab 4

    Tasku mulai disayat, membuat sebuah kotak di dalamnya terjatuh.Kinan memungutnya dan memainkannya di tangannya sambil mencibir."Lucia, kamu serakah sekali, menerima begitu banyak hadiah dari para laki-laki tanpa batasan."Aku tidak bisa menghentikannya tepat waktu karena dia sudah membanting kotak itu dengan keras ke lantai.Dalam sekejap, kotak itu pecah dan liontin di dalamnya hancur berkeping-keping.Hatiku hancur bersamaan dengan itu.Ini adalah liontin yang terbuat dari batu langka yang aku dapatkan dengan susah payah dengan meminta tolong kepada relasiku. Aku menghabiskan puluhan miliar untuk membelinya.Namun, Kinan bahkan tidak memberiku waktu untuk bersedih karena dia sudah berbicara lagi."Aku melakukan ini atas nama keadilan.""Gores juga wajahnya. Kalau sudah begitu, apa dia masih bisa merayu laki-laki lagi?"Adegan berdarah akan segera terjadi, jadi salah satu dari wanita itu sedikit khawatir."Apa mau merusak wajahnya? Ini melanggar hukum ...."Kinan menyela, "Kenapa, k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status