Share

Bab 5. Pesan Teror

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 23:44:48

Tring!

Suara ponselku tanda ada pesan masuk.

[Pagi! Jangan lupa senyum yang cantik]

Entah dari siapa, mungkin orang iseng, dari nomor ponsel yang belakangnya angka tujuh dua. Aku abaikan saja, pesan tidak penting.

Ponselku memang tidak berhenti ada pesan masuk, tetapi itu pesan dari marketplace tempat aku jualan saus. Ada tiga marketplace yang aku pakai.

Alhamdulillah, orderan masuk dengan lancar. Stok selalu habis terjual, padahal aku setiap hari membuatnya. Sengaja tidak lebih dari satu panci besar, selain keterbatasan tenaga, aku lebih menekankan kualitas. Sebelum pengemasan, dipastikan rasa tetap sesuai standart yang aku tetapkan.

Padahal baru dua bulan aku memulai usaha ini, aku sudah kewalahan. 

Menyesal aku membuang waktu empat bulan sebelumnya, setelah menikah. Di waktu itu kegiatanku hanya di dalam rumah saja, meratapi nasib berpisah dengan Mas Faiz. Berpacaran dalam waktu lama, tidak menjamin suatu pernikahan tidak gagal. Seperti aku ini, pacaran selama dua tahun, menikah cuma bisa bertahan tida tahun.

Aku dan Mas Faiz berpacaran ketika kami sama-sama kuliah di perguruan tinggi yang sama, tetapi berbeda fakultas. Aku Fakultas Pertanian dan Mas Faiz Fakultas Tehnik, Jurusan Mesin. 

Jaman kuliah dulu melihat anak tehnik terlihat bagaimana, gitu. Apalagi Mas Faiz saat itu menjadi pengurus senat. 

Uuh ... terasa silau!

Awalnya, kami bertemu karena Mas Faiz mencari temannya yang satu kost denganku.  Pertama dia titip salam, selanjutnya ingin bertemu, ngobrol dan jadian.

Seneng rasanya saat itu. Terasa mendapatkan keberuntungan. Dia lebih tua dua tahun di atasku dan sikap dewasanya membuatku semakin meleleh. 

"Suwit! Suwit ...! Yang punya pacar anak tehnik mesin .... Jaketnya anget ya, Mbak. Seperti dipeluk," goda temen kostku ketika aku memakai jaket Mas Faiz karena kedinginan. 

Jaket warna biru tua, dibagian punggung dilipit dan warna merah tersembul dari dalam lipitannya. Tanpa tulisan fakultas tekhik mesin pun, semua orang tahu itu jaket anak mana.

Apalagi, warna birunya mulai pudar. Tertanda empunya sudah senior. 

Uuh, my lovely pacar.

Rasanya seneng banget. 

Akhirnya punya pacar yang sesuai kriteria, keren, dewasa, pengurus senat dan anak tehnik pula.

Perpaduan yang kontras, anak pertanian dan anak tehnik. Aku yang anak rumahan, jan sama Mas Faiz yang rada begajulan. Aku seperti menemukan dunia baru.

Sesekali kami jalan ke luar kota, mencari pemandangan alam. Sekedar makan jagung bakar, ngopi terus pulang. 

Itu sudah pengalaman yang indah, luar biasa. 

Hubungan kami lancar-lancar saja. Kami berpacaran sehat, tidak aneh-aneh. 

Hobiku memasak adalah salah satu yang membuat dia tambah mencintaiku. Katanya aku adalah calon istri idaman. Hati mana yang tidak terbang ketika dibisikin kata seperti itu.

Sesekali aku ke kostnya untuk mengantar kue atau masakan spesial buatanku. Itu yang membuat aku mendapat dukungan dari teman kostnya yang lain. Ya, bagaimana tidak, mereka juga kebagian jatah makanan. 

Tahu, kan. 

Anak kost rakus akan makanan, apalagi gratis.

Tersenyum aku, mengingat masa-masa indah itu dan sekaligus hatiku teriris karena itu tinggal kenangan.

Tring!

[Sudah makan? Jangan senyum-senyum sendiri. Kalau kangen aku, bilang saja. Aku pasti langsung datang]

Pesan lagi dari nomor tujuh dua itu lagi.

Huuf! 

Orang iseng ini, niat banget, ya. Pagi, siang, sore bahkan tengah malam pun, dia kirim pesan. Selamat malam, dimimpi kita ketemuan ya, dan banyak lagi.

Seperti diteror, rasanya.

Aku cuekin saja, orang iseng kalau di tanggepin bisa bahaya.

"Dari siapa Tika? Dari tadi setiap baca pesan, kok kelihatan kesel," tanya ibu.

"Tidak tahu, Bu. Orang iseng!" jawabku sambil meletakkan ponsel ke dalam saku.

Kami berdua sedang memasukkan saus ke botol-botol yang sudah disteril. Setelah dimasukkan dan di tutup rapat, botol yang sudah terisi kemudian disterilkan lagi. Karena itulah, aku memilih botol kaca, selain itu kemasan terlihat ekslusive.

Baru setelah itu ditempel label dan ditulis tanggal produksi hari ini.

Aku hanya di bantu ibu saja untuk pembuatan saus ini. Masih belum kepikiran untuk memperbesar produksi. 

Fokusku masih menyembuhkan sakit hati ini. Ingin menyenangkan hati terlebih dahulu. Toh, penghasilanku sekarang sudah terbilang lebih dari cukup.

***

Uuh, lumayan capek!

Aku regangkan tubuhku untuk menghilangkan pegal. 

Hari ini lumayan banyak paket yang dikirim, dua puluh tiga paket, yang biasanya sepuluh atau paling banyak lima belas.

Jaman sekarang sangat dimudahkan. Jualan lewat online, pengiriman diambil kurir dan setelah sampai pembayaran otomatis masuk. 

Mudah, kan?

Tinggal kita fokus dengan produk yang akan dijual.

Setiap hari kurir pengiriman datang mengambil paket. Aku sudah siapkan sebelum waktu biasanya.

Tring!

[Kartika, pesanku kok tidak pernah dibalas?]

Satu pesan lagi menyusul. Siapa sih ini!

Gawat, dia tahu namaku. Berarti dia orang kampung sini atau kenal denganku. 

Iseng banget, sih!

Atau Mas Faiz?

Ah, tidak mungkin. Sejak aku menerima surat cerai darinya, aku ganti nomor ponsel. Aku tidak mau berhubungan dengannya lagi. Sudah aku tutup kisahku dengannya.

Tamat.

[Maaf dengan siapa? Tolong jangan ganggu!]

Bunyi pesanku, penasaran siapa sebenarnya orang yang iseng ini.

Satu menit, dua menit, belum ada balasan. Sampai satu jam kemudian juga belum ada balasan. Hanya notifikasi dari marketplace sana yang masuk. 

Sampai aku selesai menjawab chat di marketplace dan selesai merekap order untuk di kirim besuk, belum ada balasan darinya.

Kenapa aku harus nunggu balasannya?

Huuf, kesel aku! Terasa digantung.

Tring!

[Nungguin, ya?]

Astaga!

Balasannya cuma seperti ini. Bikin kesal saja!

[Mas! Kalau pengangguran cari kerja saja, daru pada gangguin orang!]

[Siapa juga yang nunggu kamu! GR!]

Balasku dengan cepat.

[Tuh, buktinya langsung balas. Wkwkwkwk]

Aduh! Mati aku!

Aku langsung block nomornya. Rasain!

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 59. Jawaban Doaku

    "Terima kasih, Sayang. Aku bahagia sekali!" ucapnya dengan menciumku bertubi-tubi. Di meja terlihat kotak yang terbuka dengan stik di tengahnya dengan garis dua berwarna merah di layarnya. Alhamdulillah. * "Kamu bahagia, kan?" tanyanya kembali. Kami sudah tidak duduk berhadapan lagi, kursi dia ganti dengan sofa panjang menghadap pemandangan alam dari lantai dua sambil menunggu pesanan makanan datang. Kami duduk berdampingan dengan tangannya merangkul pundakku. Proteksinya naik satu tingkat, makanan semua atas pesanan Mas Ilham, yang sebelumnya dipastikan di internet bahwa aman untuk ibu hamil. Termasuk minuman yang aku minum. "Lebih dari bahagia, Mas. Hatiku lega sekarang. Selama ini, terus terang aku tertekan," ucapku dengan menurunkan badan sedikit dan menyandarkan kepala di bahunya. "Yang paling lega itu aku." "Kenapa?" "Karena, mereka serius latihan berenangnya. Ini buktinya!" selorohnya sambil tertawa. Aku tersenyum mengingat bagaimana usaha kami untuk tujuan ini. Set

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 58. Kejutan Buat Suamiku

    Mas Ilham memandang Pak Lurah, kemudian berganti memandangku. Dibukanya amplop tersebut dan dibaca kertas yang ada di dalamnya. Senyumnya seketika mengembang dan menatapku seperti tak percaya."Iya kalian mendapatkan penghargaan sebagai pemuda yang menginspirasi di tahun ini. Minggu depan, kita bersama-sama ke Pusat!" ucap Pak LurahTernyata kiprah kami terdengar sampai pusat, dan itu kebanggaan tersendiri untuk kami."Baiklah, Pakde Lurah. Kami permisi dulu," permisi kami sebelum meninggalkan Balai Desa.***"Mas Ilham, aku ke cafe yang kita pernah ke sana. Yang ada pisang krispynya," ucapku sambil menggelendot manja di lengannya. Hari ini hari minggu, jadi hanya ada kami berdua di sini. Waktunya, aku bermanja tanpa takut terpergok seseorang."O, yang di cafe itu. Kenapa? Mau napak tilas?" ucapnya berpaling ke arahku dan mencium sekilas pipi ini."Pingin pacaran.""Lho, ini sekarang sudah pacaran. Kurang mesra apa? Minta lebih?" ucapnya merengkuh tubuhku sambil menatapku dengan mata

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 57. Keseharian

    Hari itu merupakan langkah awal, desa kami untuk berubah. Agrowisata Tomat sudah di buka, dan usaha kami mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata datang menjadi saksi lahirnya pembaharuan ini. Semua berjalan lancar.Mas Ilham mendatangkan media cetak dan itu sangat tepat untuk promosi.Hanya hitungan minggu, Agrowisata Tomat ramai pengunjung. Kamipun sibuk memaksimalkan fasilitas yang ada. Memperbaiki beberapa sistem yang kurang.Mas Ilham berusaha merinovasi terus menerus sampai mereka pengelola dari desa bisa mandiri. Usaha ini buka tidak ada halangan. Pernah beberapa pengepul tomat datang untuk menyampaikan inspirasi. Mereka kawatir tidak akan mendapatkan tomat lagi dari petani. Pak Lurah dan Mas Ilham langsung turun tangan. Mas Ilham memberikan skema pemasaran tomat, mereka diajari untuk mengembangkan bisnis mereka. Sehingga tidak terjebak dengan usaha yang tanpa pengembangan.Para pengepul akhirnya kembali dengan rasa puas. Dari kejadian ini,

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab  56. Pasti Tiba Waktunya

    Kami memarkir motor di halaman dan langsung menghampiri Ibu di teras rumah yang tersenyum-senyum."Assalamualaikum, Bu!" ucap Mas Ilham dan mencium tangan Ibu. Tangannya langsung ditariknya ke dalam. Mereka meninggalkanku sendiri di teras, huh! Benar-benar mengesalkan."Nak Ilham pasti lapar, kan. Sudah saya siapkan soto daging. Makan sekarang?" "Sebentar saya ke kamar mandi dulu, Bu. Capek keliling desa!" ucap Mas Ilham dengan tersenyum, dia langsung bergegas pergi. "Tika! Suamimu itu diurus yang benar. Tadi pagi kamu kasih sarapan tidak? Sekarang kalian tinggal berdua saja, kamu jangan semena-mena pada suami. Diperhatikan kebutuhannya. Dulu di rumah Bu Aisyah, Mamanya yang memperhatikan. Sekarang dia tanggung jawabmu!" kata-kata Ibu mulai berentetan panjang sekali. "Sudah, Bu. Tadi pagi kami sarapan roti. Ibu tidak usah kawatir," ucap Mas Ilham setelah keluar dari kamar mandi. "Apa?! Cuma roti? Mana bisa untuk menambah stamina? Sudah sekarang kalian makan!" teriak Ibu. Aku dan

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda   Bab 55. Tersisih

    "Terima kasih atas kunjungannya ke Agrowisata Tomat di Desa Panggah Mulyo. Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang, boleh berjumpa di Agrowisata Tomat ini."Lela menutup simulasi pemandu wisata untuk pembukaan hari besuk. Disambut tepuk tangan Pak Lurah beserta perangkat desa.Walaupun sebagai sekretaris pengelola, dia juga ikut andil di lapangan. Mas Ilham menunjuknya sebagai pelatih dan mengawasi para pemandu. Ternyata kecerewetannya sangat berguna di program ini. Itulah kelebihan Mas Ilham, mengatur dan menempatkan orang sesuai kemampuan dan kemauan seseorang.Semua warga di sini bersiap menyambut hari besuk. Semua ketua RW dan RT mengatur warganya untuk berbenah bersih-bersih desa. Kelompok tani bersiap merapikan lahannya. Tumbuhan tomat dipangkas daun-daun kering dan dahan yang mengganggu. Para pemuda juga sibuk di pos yang sudah di tentukan. Para pelaku UMKM sibuk merapikan lapak dan produknya. Semua satu kampung sibuk, apalagi Pak Lu

  • Ketika Perjaka Terpikat Janda    Bab 54. Mau Berenang

    “Apa enaknya, tidak ada acara belah duren!" Celetukan itu yang membuat Pak Bambang kehilangan satu gigi depannya. Kejadian itu sempat membuat desa heboh, banyak yang menuding Pak Bambang keterlaluan walaupun di belakang tetap ada kasak kusuk membenarkan perkataannya. Termasuk aku sendiri."Mas Ilham, benar yang diucapkan dia. Seumur hidup kamu tidak mempunyai momen itu. Aku iklas, kalau kamu ingin menikah lagi," ucapku yang memang tidak mungkin memberikan dia sesuatu itu."Gila, kamu! Kau pikir aku kambing, yang asal kawin untuk darah perawan yang hanya sesaat itu!" teriak Mas Ilham."Mas Ilham, aku hanya tidak ingin kamu menyesal. Kenapa kamu marah? Kau pikir aku senang dengan menawarkan ide ini?!" "Dasar istri bodoh! Sini istri bodohku yang membuatku jadi orang bodoh juga," ucapnya merengkuh tubuh ini."Kok kamu ikutan bodoh?""Iya iya, lah. Ganteng gini dapet janda," ucapnya sambil berkelit dari cubitanku."Kartika, menikah itu bukan beralasan janda, perjaka ataupun perawan. Teta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status