Selanjutnya, cerita ini akan update setiap jam 11:00 jika tidak ada kendala.. Selamat menunggu chapter selanjutnya diesok hari Pemaca Qey sekalian.
Duh! Tingkah istri ngidam itu ngeri ya?! Vero jadi iri sama Justine, waktu Clara hamil anak pertama mereka. Boro-boro ngurusin Clara ngidam, tuh anak yang ada habisin waktu sama selingkuhan. Kenapa Stefany nggak kaya Clara yang lembut dan pengertian sih. Jadi envy kan Vero. "Istri kamu masih ngambek?" Vero menganggukkan kepala berulang kali. Kalau bisa copot aja deh sekalian kepalanya. Pusing abisnya. Ngidam kok hampir dua puluh empat jam. Hamil anak super kali ya si Stefany. "Daddy.. Dulu waktu Mommy hamil Vero emang ngidamnya nyusahin gini?" Ray menegang. Pertanyaan Vero bagaimana bisa ia jawab. Ia tak berada disamping sang istri ketika hamil. Tahu Vero ada nggak. "Oh lupa! Dulu Daddy nggak ada ya. Sibuk kerja. Tiba-tiba aja gitu ketemu di supermarket dulu. Eh ternyata Vero masih punya Daddy, nggak jadi meninggal ternyata." Vero melirik sekilas ke arah Ray. Ia jadi merasa bersalah melihat mata berkaca-kaca Sang Daddy. "Daddy, Vero nggak maksud gitu." lirih Vero ikutan sedih.
Di dunia ini apa ada lagi hal paling indah selain bisa terbangun disamping tubuh seseorang yang kita cintai?!Jawabannya nggak ada!Dan nggak akan pernah ada!Bagi Vero membuka mata sembari memeluk tubuh Stefany adalah hal yang selalu ia dambakan sejak dulu. Dia bahkan rela dikatai sebagai lelaki cabul oleh Justine karena sempat mengutarakan keinginannya.Kurang bucin apalagi? Sampe sekarang aja keinginan itu masih bersarang. Nggak ilang-ilang! Makin nambah parah malahan. ‘Gue pengennya sambil nggak pake apa-apa gitu, hahaha,’ batin Pangeran Husodo satu itu."Stef.. Kalau lagu Babang Iqbal Ramadhan tukang kuda itu masih ngehits sampai sekarang mungkin aku bakalan nyanyi deh." Vero menarik nafas, bersiap-siap untuk mengeluarkan pesona maut andalannya. "Kau bidadari turun dari surga, dihadap..." Vero membungkam bibir dengan tangan saat amukan Stefany menggema."Vero! Kamu berisik ih!”"Iya aku beri
“Daddyyyyyy!!” teriak Vero kencang ketika anak itu membuka pintu rumah. Amarahnya masih meluap-luap, membara membakar seluruh jiwa. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Justine memang manusia beruntung di dunia. Makhluk sinting tukang perkaos anak orang itu mujur terus.Dapet Clara yang punya Lambo Kuning. Jadi penerus satu-satunya keluarga Clara yang kaya raya. Justine tanpa jadi Pangeran Mahkota bisa naik tahta cepet. ‘Tahu gitu gue restuin sama Vale biar miskin terus dia. Big No! Dasar nggak setia kawan!’ kesalnya dalam hati. Kelakuan Justine ini Vero nilai sebagai bentuk pengkhianatan. Mereka tak lagi kepompong yang menunggu berubah menjadi ulat bersama.“Daddddyyyyy!!!”“Ver apa sih! Jangan teriak-teriak! Berisik tau!” Hardik Stefany sembari menutup telinganya.Gila Vero emang nggak bisa kalem sedikit. Kalau nggak bar-bar ya otaknya
Jerman?!Memang dipikir Negara Om Hitler itu deket apa sekali langkah langsung sampai. Astaga! Stefany benar-benar tak habis pikir dengan isi otak Vero. Sayang saja pria itu suaminya. Jika bukan.. Beuh! Ingin rasanya Stefany kuliti hingga ke tulang-tulangnya.Bukan Vero namanya kalau nggak buat kehebohan. Setelah sore tadi merengek minta dibelikan ijazah, kali Vero menggegerkan meja makan dengan permintaan lain yang tak masuk akal. Stefany heran bagaimana bisa mommy dan daddy mertuanya tahan memiliki anak seperti Vero. Ia saja ingin tukar tambah secepatnya.“Pokoknya sejam lagi Abang mau terbang ke Jerman..” ujar Vero dengan suara tegasnya. Ia tidak mau dilarang. Misinya untuk menemui Oma Justine harus segera terpenuhi demi masa depannya.“Makan Vero!” Peringat Mellia sudah hilang kesabaran. Terkadang Vero memang akan menguji kewarasan. Beruntung Mellia selalu memiliki stok lebih untuk menghadapi tingk
“Napa sih lo Just?!” Asli Vero nggak habis thinking beneran. Justine tiba-tiba aja dateng ke rumah mewahnya tanpa diundang. Vero yang tadinya pengen banget bobok cantik meluk Stefany jadi terpaksa turun demi menemui pengganti Si Axel- Duo Sambel Ulegnya. “Puyeng pala gue! Si Cla bawaannya emosi mulu.” “Yeee.. Wajar keleus!” nyinyir Vero. Namanya juga istri baru lahiran, pasti sensitif-lah! Stefany yang hamil aja udah bikin darah tinggi kumat apalagi Si Clara. “Berantem lagi lo?!” “Kagak! Cuman disuruh minggat aja gue, bentaran. Katanya Clara eneg liat muka ganteng gue.” Hoek!! Vero langsung berlagak muntah. Tingkat narsis Pangeran Darmawan yang terbuang emang nggak ada lawan. Vero kayaknya harus kirim kaca sepabrik buat nyadarin mantan calon adik iparnya yang satu ini. “Ver.. Kita bobok bertiga-lah! Biar gue nggak kesepian..” Plak!! Pukulan maut Vero layangkan ke kepala Justine. “Jangan ngadi-ngadi ya lo Maemunah! Lo pikir apaan bobok bertiga. Mau jadi Perebut Bini
Bola mata Vero bergerak awas. Ia menggenggam jemari Stefany erat, seolah-olah takut istrinya dicuri. Kan nggak lucu kalau ada daun muda tukang colong bini orang. Mana didepan mata lagi. Ah! Vero nggak like kalau beneran kejadian. Pengen Vero mutilasi aja itu ntar tersangkanya. “Ver apa sih! Lepasin ah!” Kepala Vero menggeleng cepat, “nggak mau! Nanti kamu kabur!” ujar Vero bebal. Ia tak peduli jika mereka menjadi tontonan seluruh manusia Maesaty. Sah-sah aja kok. Yang penting nggak berbuat asusila dan mencoreng nama baik kampus. “Aku berasa kayak tukang pijit Ver..” geram Stefany. “Kan kan emang.. Punya aku tapi!” kekeh Vero geli. Ia membayangkan setiap malam Stefany akan menjadi pemijat plus-plus miliknya. "Pelanggan setia kamu ini aku, Stef. Hehehe…" matanya mengerjap berulang kali seperti orang terjangkit virus cacingan. Woah sekata-kata.. Tak terima, Stefany langsung mendaratkan pukulan maut. “Ngarang banget ya kamu!” amuknya membuat Vero terkekeh. Ia jadi gemas dengan re
Ke Jakardah beli Tolak Angin.. Males, ah! Gue dikacangin. Sial! Vero merasa nasibnya selalu apes. Status saja sudah berubah, naik tingkat ke paling atas. Kondisi mah tetep aja kayak nggak dianggap. "Kau jadikan aku… suami bayangan…" nyanyi Vero sembari menghentak-hentakan kakinya ke atas lantai. "Stef.. Teganya-teganyaaaaa…." Ia memang mengetahui banyak sekali genre musik. Pop, jazz, dangdut sampai keroncong pun Vero pernah dengar. Lagu-lagu nyeleneh seperti tali ku*tang mudah sekali Vero hafalkan di dalam otaknya. "Diem ya Vero.. Aku lagi rapat buat serah jabatan nanti. Jangan sampai kamu aku gampar bolak-balik!" Vero bergidik. Kedua tangannya terangkat ke udara- sebagai tanda bahwa dia telah menyerah. Ngeri juga kalau sampai Stefany nekat mau durhaka. Bukan hanya istrinya yang masuk neraka, tapi ia juga. Secara nggak bisa membimbing Stefany ke jalan yang benar. Ih nggak like Vero.. Kan mau happy-happy sama tujuh bidadari- sungutnya dalam hati. Vero mengambil tempat di sam
Vero melihat kanan dan kiri. Seperti Dora the Explorer, Vero tampaknya butuh Booths dan juga peta untuk menemukan sang istri. "Jadi kemana kita selanjutnya?!" Ujar Vero bermonolog. "Katakan peta.." Anjir gue kayak orang gila!- batinnya mengomentari aksinya sendiri. Vero membuka ruang rapat Stefany, tapi wanita yang teramat ia cintai itu tidak duduk rapi di singgasananya. "Ada yang tahu bini gue kemana?!" Heran Vero. Licin sekali perasaan seperti belut. "Cari lo tadi katanya.." Kenapa jadi mirip film India. Vero nggak habis thinking. Masa dia perlu sewa detektif hanya untuk mencari Stefany yang hilang di kampus sih.. Apa kata dunia nanti. "Telepon aja.. Bawa HP dia.." Wey.. Kenawhy gue nggak kepikiran, Combro!, "Thanks sarannya. Gue dukung lo kalau mau naek. Tenang! Promo sama konsumsi gue yang tanggung pas kampanye.." ujar Vero menyejukan hati sosok yang baru saja memberikan saran padanya. Alvero Husodo memang terkenal sangat royal. Tentu tidak pada semua manusia