Saat sesi foto telah selesai, Rian mencoba menghubungi Niza namun tanpa Rian duga nomornya di blokir oleh Niza, bukan hanya nomor telpon namun akun media sosialnya juga di blokir oleh Niza.
Rian mengerutkan alisnya lalu menghela nafas tak berdaya. Ingin rasanya Rian menemui Niza secepatnya namun ia sadar saat ini Niza sedang marah besar dan mereka sudah punya janji untuk makan siang di tempat yang telah di pesan oleh Syahrina.
Lalu Rian kembali kerombongan dan menunduk pasrah. Syahrina menyadari kesedihan Rian dan mendekatinya.
"Kak Rian ayo kita pergi ke Restoran Nelayan Laut. Aku sudah memesan sebuah ruangan yang bagus untuk kita."
Rian hanya mengangguk dengan ajakan Syahrina, Dira pun mengerti dengan ketidak berdayaan anaknya dan segera menghibur Rian.
"Rian, hari ini kau dan Ramli telah menjadi seorang sarjana, ayo kita melupakan masalah untuk saat ini dan bersantai. Ayo kita pergi ke Restoran Nelayan Laut, tidak baik kita tidak perg
Saat tiba di rumah setelah kembali dari Restoran Nelayan Laut, Burhan dan sekeluarga pun masuk ke rumah sementara Rizal mengantar Siska dan ke 2 anaknya pulang. Setelah beberapa saat Rizal pun datang menyusul Burhan dan keluarga tersebut di rumahnya. Saat semua sedang bersantai di ruang tamu Burhanpun bertanya sekali lagi kepada Rian tentang keinginan Burhan agar Rian segera memimpin perusahaan yang di milikinya. "Rian apa kau sudah memikirkannya, apa kau tidak ingin pergi bersama Papa sore ini ke Ibu Kota Karta Negara? Jika kau ingin pergi berkemaslah segera agar kita berangkat sore ini." "Paa, izinkan aku disini untuk beberapa bulan sembari menunggu Indah lulus Sekolahnya." "Baiklah jika itu sudah keputusanmu, Papa akan menunggumu di Ibu Kota Karta Negara, dan paman Rizal akan menjemput kalian jika saatnya tiba" "Ia Paa, aku ingin menjalani kehidupan seperti biasa untuk saat ini dan aku ingin melamar pekerjaan dengan usahaku. Aku ingin
Saat sore tiba sebelum Burhan pergi kembali ke Ibu Kota Karta Negara Burhan pun pamit dengan keluarganya. "Istriku, aku akan menunggu mu bersama anak-anak di Ibu Kota karta Negara dan jika waktunya tiba Rizal akan menjemput mu. Bawalah barang seadanya dan yang lain tinggalkan saja, aku rasa beberapa pakaian sudah cukup." "Baiklah Burhan, jaga kesehatanmu dan makanlah teratur. Jangan terlalu lelah bekerja, jika pekerjaan mu terlalu banyak mintalah adik mu Rizal untuk mencari seorang sekertaris, kelak sekertaris itu juga akan menjadi sekertaris Rian." "Ide bagus Dira, aku akan mencari seorang sekertaris muda yang terbaik dan aku akan mengajarinya semua bisnis kita agar kelak Rian di bantu olehnya." Burhan menoleh ke Indah, " Indah papa punya sesuatu untukmu" "Apa itu Paa, aku sudah tidak sabar" Burhan mengeluarkan sebuah kotak kecil dan mengambil sebuah kalung emas yang indah dan liontin dari kalung tersebut berwarna merah darah.
Skuter matiknya terus melaju dan tibalah dia di kediaman Ramli. Saat Rian sampai dan kebetulan ramli sedang mencuci sepeda motornya di halaman rumah. Ramli melihat Rian datang dengan wajah yang tidak sedap di pandang."Hai sob, kebetulan kamu datang, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan, dan sepertinya kamu sedang ada masalah Rian?"Rian pun menghampiri Ramli dan duduk di bangku depan teras rumahnya."Ini semua tentang Niza yang marah padaku, saat aku ke rumahnya Tante Widya bilang Niza pergi kerumah tantenya.""Kenapa tidak kau susul saja dia kesana?""Tante Widya minta aku menunggunya pulamg, karna dia sedang marah jadi tante minta aku membiarkannya agar marahnya reda.""Mau gimana lagi, kamu sih terlalu dekat dengan Syahrina, sampai-sampai kamu di ciumnya di depan Niza. Jika aku jadi Nuza mungkin Syahrina akan aku cekik sampai mati, ckckck.""Kau ini, orang lagi sedih bukannya di hibur malah di becandain.""Ea deh maaf, ya s
Saat mereka sedang asik mengobrol tiba-tiba telpon Rian berdering. Saat melihat nama di telpon genggamnya alis Rian mengerut ke atas, "Syahrina". Rian mengangkat telpon dan mengaktifkan mode loudspekernya. "Kak Rian, kamu dimana aku sedang di rumahmu tapi kamu tidak di rumah, kamu kemana?" "Aku sedang berada di rumah Ramli, ada apa Syahrina?" "Aku ingin kita makan siang bersama karna itu aku datang ke rumahmu dan membawa beberapa makanan untuk kita makan bersama keluarga mu." "Tapi kenapa kamu tidak mengatakan sebelumnya jika ingin ke rumah ku" "Apa untuk makan siang dan bertemu dengan mu aku harus buat janji?" Wajah Rian semakin jelek di pandang karna ocehan gadis di sebrang telponnya. Sementara Ramli memegangi perutnya dan menahan tawa karna obrolan mereka. "Syahrina, setidaknya jika kau memberi tahuku aku bisa menunggumu atau mengajak mu bertemu di luar. Tidak harus dadakan dan tiba-tiba sudah sampai di rumah.!" "Sud
Syahrina pun mengambil cake coklat yang di dalamnya terdapat selai Blue Bery yang sangat nikmat. Lalu Syahrina mengambil sepotong kecil cake dengan sendok dan memasukkannya ke mulut Rian. "Ini di cobain cake nya kak." Rian pun tersenyum pasrah dan memakan cake yang di berikan Syahrina." Dira yang berada di antara mereka hanya terdiam melihat tingkah Syahrina yang sangat perhatian pada anaknya Rian. "Sudah lah Syahrina, aku bisa memakannya sendiri malu di lihat Mama" Dira hanya tertawa kecil dengan tingkah pemalu anaknya. "Sudah lanjutkan saja, anggap saja Mama tidak ada, hahaha" "Lihat tu, Tante aja gak keberatan, makan lagini yang banyak." Syahrina terus menyuapi Rian tanpa perduli dengan omelannya. Dira lalu menyela adegan romantis itu dengan pertanyaan pada Syahrina. "Syahrina kamu sangat baik dan begitu penuh dengan kasih sayang, begitu beruntungnya kelak yang akan menjadi suamimu. Oh ya apa kamu sudah punya p
"Kak Rian, ayo temani aku ke pelelangan perhiasan di Vila Citra Garden. Aku ingin melihat-lihat pelelangan aku harap ada perhiasan yang menarik perhatianku."Rian pun melamun sejenak dan berfikir, "Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menawar perhiasan yang mungkin di sukai Syahrina, dengan hal tersebut bisa membalas kebaikan yang Syahrina berikan padanya.""Baiklah ayo kita pergi, kali ini aku yang akan membelikan perhiasan yang kamu suka."Syahrina tersenyum puas dan menggenggam lengan Rian dengan kuat dan menariknya untuk segera bergegas pergi."Jika kau memaksa aku tidak akan keberatan, semoga ada sebuah perhiasan yang aku suka di sana. Ayo kita pergi dengan mobilku."Mereka pun pamit dengan Dira untuk pergi dan Syahrina menyerahkan kunci mobilnya pada Rian agar Rian yang menyetir mobilnya.BMW Seri 3 berwarna putih itupun melaju menuju Vila Citra Garden di pusat kota.Citra Garden dikenal sebagai tempat pelelangan barang-
Rian hanya tersenyum pahit saat melewati ke dua pemuda tersebut sementara Syahrina wajahnya memerah karna marah.Syahrina sudah susah payah mengajak Rian untuk menemaninya tapi ada para kecoa busuk yang mengganggu, jika bukan karna menjaga sikap kepada Rian mungkin dua pemuda di hadapannya sudah habis di makinya.Syahrina tak mau ambil pusing dengan keduanya dan semakin erat merangkul tangan Rian, saat Syahrina dan Rian hendak pergi Fahmi menggoda Syahrina."Nona cantik, kenapa kau mau bersama pemuda kumuh ini? Lebih baik kau menemani ku duduk di bangku paling depan, dan jika ada perhiasan yang kau inginkan aku akan menawarkan perhiasan yang kau inginkan asal kau mau berkencan denganku setelahnya.""Berkencan denganmu! Bermimpi saja kau!"Fahmi tersenyum kecut, baru kali ini ada wanita yang menolaknya apa lagi sudah di tawari perhiasan apapun yang di inginkan wanita tersebut."Apa kau tidak menginginkan salah satu perhiasan disin
Pria berjas putih itu tak lain adalah Fahmi, dia tersenyum puas dengan tawarannya karna tak ada lagi orang yang menawar. Fahmi menoleh ke Syahrina yang berada dua baris di belakangnya."Nona cantik, jika kau menyukai cincin ini aku akan memberikannya untukmu asal kesepakatan yang aku katakan tadi kau penuhi."Syahrina hanya menjawab acuh tak acuh. "Aku sudah memiliki cincin seperti itu, jadi kau berikan saja dengan wanita lain yang bisa kau ajak berkencan sesukamu."Fahmi pun tersenyum pahit dengan ucapan Syahrina, "Baiklah jika kau menyukai apapun yang berada disini aku akan memberikannya untuk mu asal kau mau menemaniku.""Tak tahu malu!" Syahrina merasa kesal dengan semua ucapan Fahmi. Syahrina menyandarkan kepalanya di bahu Rian dan menggandeng erat lengan Rian.Karna tingkah yang dilakukan Syahrina yang demikian, Rian sadar semua agar Fahmi yang mengincar Syahrina menjauh. Lalu Rian membelai kepala Syahrina dan tersenyum."Syahrin