Nyonya Keiyona berjalan ke arah kamar Alindra pagi itu. Langkah kakinya terdengar terburu-buru dan tatapan nanar muncul dari wajahnya. Ia benar-benar tidak kuat menahan amarah yang kini tengah menyiksa hati dan relung jiwanya.
Ya, pagi itu Nyonya Keiyona dikejutkan oleh berita kehamilan Alindra. Bagaimana bisa gadis itu begitu ceroboh?! Kali ini, Nyonya Keiyona tidak ingin mengampuni anak semata wayangnya tersebut. Ia benar-benar tengah mempermalukan keluarga ditengah-tengah perjodohan yang telah diumumkan.
“Alin!” Panggil Nyonya Keiyona dengan intonasi penuh penekanan.
Terdengar suara Alindra muntah-muntah dari dalam toilet. Hal itu membuat Nyonya Keiyona semakin naik pitam. Semua sesuai dengan apa yang dilaporkan padanya!
“Alindra, kenapa kau?!” tanya Nyonya Keiyona lagi. Nada keras terdengar dari intonasi yang beliau lontarkan.
Alindra pun keluar dari k
(Konten 25+ mengandung kekerasan seksual dan juga adegan yang tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur. Mohon kebijakan dalam membaca.)"Bingo!"Fabian tiba-tiba menarik pergelangan tangan Syahna menjauh dari ruangan tersebut. Syahna berusaha meronta, ia sekarang benar-benar khawatir!"Kenapa memberontak?" Fabian menyeringai."Keparat! Lepaskan aku!" bentak Syahna.Fabian tidak mengindahkan. Ia membawa Syahna ke ruangannya yang lebih mewah daripada kamar yang ditempati Varsha. Beberapa Pengawal tengah bersiap dengan senjatanya."Todongkan senjata api kalian pada Syahna." Titah Fabian.Para pengawal itu menodongkan senjata apinya ke arah Syahna. Syahna memang pemberani, tapi untuk menyangkut nyawa... ia belum siap!"A-apa yang hendak kau lakukan?!" tanya Syahna.Fabian menggigit bibir bawahnya. Menyibakkan surainya yang jatuh ke wajah kemudian terkekeh."Layan
Varsha terdiam sambil memeluk lututnya. Seluruh tubuhnya gemetar menahan dinginnya terpaan AC di ruangan yang besar, dimana ia terdiam setelah melakukan aksi bejatnya.Syahna terkapar. Dengan seluruh tubuhnya yang menggigil. Dan aliran darah yang terus mengalir dari kemaluannya. Syahna memakai pembalut, namun rasanya lebih sakit daripada menstruasi.Kejam!Hanya itu yang bisa Varsha sumpah serapahi pada dirinya sendiri dan Fabian. Sementara itu, Fabian tengah asyik bermain judi di lantai satu. Bajingan itu memang tidak punya hati nurani. Entah bagaimana ia bisa memperlakukan orang lain itu hanya budaknya?Varsha menarik selimut agar Syahna bisa dibalut hangat. Gadis itu menggigil menahan sakit dan ketakutan. Pasti trauma mendalam tengah dirasakan Syahna."Varsh
Fabian masuk ke dalam kamar Varsha pagi itu. Mendapati Varsha yang tengah tertidur pulas. Ia menghela napas kemudian duduk di hadapan Varsha."Bangun." Titah Fabian dengan nada bariton khas miliknya..Varsha mengerjapkan mata. Semalam ia menjaga Syahna hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk pulang. Tubuhnya terasa sangat letih dan juga tidak bergairah."Ya Tuan." Varsha terbangun dengan badan letih, ia duduk menghadap Fabian yang tengah merokok."Gawat." Fabian menghela napas.Varsha menautkan kedua alisnya."Apa yang terjadi?" Tanya Varsha dengan keadaan setengah sadar.Fabian mengatupkan bibir."Sepertinya Nyonya Keiyona tahu atas pertukaran peran ini."
Varsha sudah siap pergi mengenakan jas hitam, sepatu kulit Italia dan juga rambut yang tertata rapi. Tangannya menggenggam sekeranjang buah dan juga sebuah buket bunga. Hanya itu yang dibawanya untuk menjenguk sang penguasa Triasono Group."Tuan, silakan ikuti saya," Frans berjalan mendahului Varsha setiba di Rumah Sakit.Varsha mengangguk. Ia mengamati langkah kaki Frans di hadapannya.Apa manusia ini benar-benar menyimpan rahasia yang tidak diketahui? Tapi bagaimana bisa ia terlihat santai dan tak peduli bahwa Fabian tengah mencurigainya?"Fabian ..." panggil Kakek dengan lirih.Sungguh iba Varsha melihat pria tua itu tengah menahan sakit tuanya. Namun, Fabian tetap meminta agar Kakek menyerahkan wasiat perusahaan. Ck, keparat itu! Bagaimana bisa ia tidak punya hati?
Rumah Varsha nampak sepi. Namun, ada beberapa orang berjas memasuki pemukiman padat penduduk itu dengan tergesa-gesa. Beberapa penduduk nampak terkejut."Siapa itu?" tanya beberapa penduduk yang mengintip dari celah jendela rumah.Berdiri, Presdir Suryakancana group di halaman rumah tersebut. Alvia yang tengah menonton televisi membelalakan mata saat melihat orang-orang itu mengetuk pintu rumahnya."Permisi, tolong buka pintunya." titah ajudan pada penghuni rumah.Alvia bergegas membuka pintu, Ibunya baru saja melaksanakan ibadah. Tatapannya ketakutan menatap ajudan-ajudan tinggi besar itu."M-mau cari siapa, Pak?" tanya Alvia."Apakah Bu Setio ada?" ajudan itu berbalik tanya.Alvia menggigit bibirnya. I
*Listen song Strange-August D ft RM, or Forever Rain-RM. Better for this chapter. Happy reading!*Langkah kaki Tuan Giandra tergesa-gesa memasuki area rumah Fabian malam itu. Ia benar-benar memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hidup kedua anak itu.Rahasia besar, bahkan Tuan Giandra berhasil menyembunyikan hal ini dari berbagai pihak selama bertahun-tahun. Triasono group akan segera menyerahkan tahta pada pewaris yang sesungguhnya. Karena itu, Tuan Giandra harus mencari sosok Varsha.Kediaman Fabian terasa sangat gaduh karena para pengawal berkumpul di depan kamar Fabian. Tuan Giandra berjalan menghampiri ruangan itu.Brak!Ruangan yang memuat dua anak manusia yang tengah saling menodongkan senjata itu terbuka. Keduanya menoleh ke arah pria beru
Varsha merasa tubuhnya lemas. Ia memejamkan mata, teringat bagaimana di masa lampau ia mengalami masa-masa sekolah yang buruk.Ia dirundung oleh sebagian kelompok anak sekolah, memperbudak, merampas uang jajannya, dan dijadikan pesuruh bagi mereka.Varsha menjadi kuat sejak bertemu dengan salah satu anggota Liondeath dan melatihnya bertarung. Sayang, lelaki itu tewas saat pertarungan antar gangster.Siapa sangka, Liondeath berdiri karena Tuan Giandra yang menyatakan bahwa dirinya merupakan Ayah kandung!"Jadi, kau membiarkan anakmu sendiri menderita. Sementara ia yang hanya bertugas menggantikanku memiliki segalanya, bahkan berambisi merampas semua kekuasaan?" Varsha menekan kembali sosok Tuan Giandra.Tuan Giandra mengatupkan bibirnya.
Frans memasuki ruangan Varsha dengan senyum. Entah mengapa, ia senang akhirnya hal yang ditunggu selama bertahun-tahun terjadi juga.Ia sudah menunggu dua puluh tahun agar bisa menjadi bagian penting bagi Varsha. Mulai saat ini, ia tidak akan lagi berada di pihak Fabian. Entah seperti apa kedepannya posisi Fabian dalam keluarga Triasono Group.Frans tertegun menatap Varsha yang masih berbaring. Hari itu, Tuan Giandra meminta agar Varsha bertandang ke kediamannya. Namun, anak lelaki itu terbaring lemah tanpa niat bergerak sedikit pun."Tuan, sudah pukul delapan. Tuan Giandra meminta anda untuk berkunjung." Frans mencoba membangunkan.Tak ada jawaban. Frans mencoba menepuk tubuh Varsha. Lelaki itu pun terlentang, wajahnya pucat pasi. Sepertinya benar-benarshockberat.