Beranda / Romansa / Kisah Cinta Ludwina & Andrea / Bab 10 - Andrea & Adelina

Share

Bab 10 - Andrea & Adelina

Penulis: Josephine VDW
last update Terakhir Diperbarui: 2020-08-26 11:54:57

Adelina balas mencium Andrea dengan penuh cinta, dan semua kekuatiran yang selama ini menggelayuti hati mereka tentang masa depan perlahan sirna. Andrea dan Adelina hanya memikirkan rencana pernikahan diam-diam mereka di Singapura tiga bulan lagi dan rasanya semesta turut berbahagia dengan keberanian sepasang pemuda itu mengambil keputusan.

"Kita harus merayakan pertunangan kita!" Adelina mengeluarkan sebotol red wine dari tasnya dan menaruh di meja makan bersama makan malam yang telah siap dimasak. "I cannot wait to spend the rest of my life with you."

Malam itu adalah malam paling membahagiakan dalam hidup Andrea. Mereka merayakan cinta mereka yang sudah tumbuh sejak mereka berusia 16 tahun, dan tiga bulan lagi keduanya akan menikah diam-diam. Tak usah perduli lagi apa kata orang lain.

Andrea sudah punya kerja sambilan dan setahun lagi ia akan lulus kuliah dan bekerja, ia akan mampu membiayai kehidupannya bersama Adelina.

"Kita kan sudah mau menikah, aku mau menginap di sini malam ini." kata Adelina setelah mereka makan malam dan menghabiskan satu botol red wine yang dibawanya.

Ia sengaja membawa wine malam itu untuk memberinya keberanian. Adelina tahu, bahwa sekadar merencanakan menikah diam-diam tidaklah cukup. Ia harus tidur dengan Andrea dan memastikan bahwa mereka tidak akan bisa terpisahkan lagi, barulah orangtuanya akan mundur.

Ia duduk di pangkuan Andrea dan membelai wajahnya dengan penuh cinta.

"Adel...."

"Andre...mukamu merah banget... haha...tapi kamu tetap tampan seperti biasa," Adelina melingkarkan tangannya ke leher Andrea dan mencium bibirnya pelan. "Aku cinta kamu."

Andrea membalas ciuman Adelina dengan lembut dan kemudian menggendong gadis itu ke kamarnya. Ia mengerti rencana Adelina dan ia pun tak bisa membayangkan hidup tanpa gadis itu di sisinya.

Seharusnya semua berjalan dengan baik sesuai rencana. Andrea sudah menabung cukup banyak uang untuk mereka pergi ke Singapura, dan ia pun sudah membuat paspor.

Tetapi... seminggu sebelum mereka berangkat, tiba-tiba Adelina berubah. Ia menghindari Andrea dan tidak membalas semua telepon dan SMS-nya. Ia juga berhenti datang ke kampus, hingga Andrea terpaksa datang ke rumah mewah keluarga Surya di Menteng untuk menemui Adelina.

Adelina keluar dengan mata sembab dan setelah setengah jam tidak sanggup berkata-kata, akhirnya ia menceritakan apa yang terjadi....

"Mama kena kanker... " Adelina menangis terisak-isak sambil berusaha menghapus air matanya. "Aku nggak bisa menyakiti hati mama di saat seperti ini... Maafkan aku, Andre."

Dunia Andrea yang berputar untuk Adelina seketika runtuh. Ia hampir tak mendengar kata-kata gadis itu selanjutnya. Ia hanya ingat sedikit, bahwa demi ibunya, Adelina terpaksa harus memutuskan hubungan dengannya, membatalkan rencana mereka menikah diam-diam di Singapura, dan ia akan segera pergi ke Inggris untuk menemani ibunya berobat.

Adelina akan melanjutkan kuliahnya di Inggris, dan mereka tak kan bertemu lagi.

Di hari keberangkatan Adelina ke London, adalah saat pertama Andrea menginjakkan kaki di bandara. Ia menunggu gadis itu masuk ke bandara dan berusaha melihatnya untuk terakhir kali, atau bahkan berusaha mengubah pikirannya...

Adelina tiba di pintu masuk bandara ditemani ibunya. Karena ini adalah hari terakhir, Nyonya Surya mengalah dan membiarkan Adelina bicara dengan Andrea sebelum berangkat, ia masuk sendiri dan menunggu di dalam.

"Adel... tunggu aku ya... Aku akan jadi orang sukses dan menyusul kamu ke Inggris." kata Andrea di sela-sela airmatanya. Tadinya ia ingin membujuk Adelina agar jangan pergi, tetapi di saat terakhir, ia tahu diri.

Sebagai laki-laki yang baik, ia tidak boleh mengekang seorang perempuan kalau sayapnya sudah terbuka dan siap untuk terbang. Justru ialah yang harus meningkatkan dirinya agar bisa turut terbang seperti Adelina dan menjadi layak untuk menjadi pasangannya.

Adelina mengangguk tanpa berkata apa-apa. Airmatanya mengalir deras saat ia akhirnya melepaskan rangkulan Andrea dan masuk ke dalam bandara.

Itulah terakhir kalinya Andrea bertemu Adelina, cinta pertamanya. Tiga tahun yang lalu.

Setahun pertama adalah masa yang paling berat dan Andrea yang selalu menjadi bintang kelas mengalami kesulitan untuk menyelesaikan kuliahnya dan lulus.

Balasan email dari Adelina semakin jarang dan akhirnya berhenti sama sekali setelah ia mengaku bahwa di Inggris ia jatuh cinta kepada seorang laki-laki bernama Ronan dan sudah hidup bahagia bersamanya. Ia meminta Andrea melanjutkan hidup dan melupakannya.

Setelah lulus, Andrea mencurahkan hidupnya pada pekerjaan. Ia membuat beberapa program security yang sempat menjadi buah bibir di kalangan pakar keamanan digital dan sebuah perusahaan IT di Singapura mengundangnya untuk wawancara kerja di tempat mereka. Itulah sebabnya hari ini ia kembali menginjak bandara.

Akhirnya ia akan ke Singapura juga.

Pikirannya penuh berisi kenangan masa lalu saat ia melihat papan berisi jadwal penerbangan, untuk mencari gate-nya, ia tidak memperhatikan saat berbalik arah, seorang gadis berjalan dengan wajah tertunduk mengarah tepat ke hadapannya, dan keduanya pun bertubrukan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 58 - Akhirnya Bahagia

    "Aku sayang banget sama kamu, Andrea," bisik Ludwina ke telinga Andrea, "Aku ingin menghabiskan setiap hari mencintaimu."Andrea membantu Ludwina membuka pakaiannya dan dengan sangat hati-hati mencumbu istrinya. Ia sungguh merindukan tubuh Ludwina dan bercinta dengannya. Ia selalu menahan diri setelah mereka berkumpul bersama karena takut membuat Ludwina sakit, tetapi hari ini istrinya yang berinisiatif untuk bercinta dan ia tidak akan mengecewakannya.Mereka bercinta dengan sangat lembut dan menikmati setiap detik kebersamaan itu, jauh lebih syahdu dari biasanya, karena mereka tahu setiap detik mereka bersama adalah sangat berharga.Andrea sangat lega melihat rona wajah kemerah-merahan Ludwina yang diliputi rasa bahagia saat mereka tidur malam itu. Ia berharap dapat membekukan momen itu selamanya.***Bu Inggrid, Pak Kurniawan dan Johann kaget setengah mati ketika akhirnya Andrea memberi tahu mereka tentang penyakit Ludwina. Atas permintaan istrin

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 57 - Ludwina Ingin Sembuh

    Mereka tiba di coffee shop langganan mereka dan barulah Andrea meletakkan Ludwina di kursi. Ia memesan kopi favorit keduanya lalu duduk di samping Ludwina sambil menggenggam tangannya. Ia tak mau melepaskan gadis itu sama sekali. Takkan pernah lagi!"Kamu mau berapa lama di New York?" tanyanya saat mereka sedang menikmati kopinya. "Aku mesti beli baju banyak kalau kita akan lama di sini.""Aku nggak tahu..." jawab Ludwina. "Aku mesti ketemu dokterku untuk konsultasi lagi besok.""Oke, aku ikut ya." kata Andrea cepat.Ludwina mengangguk.Mereka tidak membahas penyakit Ludwina sampai keduanya tiba di hotel. Andrea merasa lebih baik jika ia mendengar langsung dari dokter. Ia tak ingin membuat istrinya stress dengan berbagai pertanyaannya.Setelah memastikan Ludwina beristirahat, Andrea pergi ke toko terdekat dan membeli pakaian. Ia menolak ditemani karena tidak ingin Ludwina menjadi kelelahan. Setelah kembali ke hotel ia memesan makanan dan mer

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 56 - Pertemuan Di Central Park

    Karena Ludwina tidak mengangkat ponselnya, Andrea akhirnya menghubungi Johann untuk mencari tahu keberadaan istrinya. Dari Johann ia mengetahui bahwa Ludwina sudah berangkat ke New York. Andrea segera memesan penerbangan ke sana tetapi kemudian ia sadar bahwa visa Amerika yang ada di paspornya baru saja kedaluwarsa.Ia ingat 5 tahun lalu mengajukan visa Amerika karena berniat traveling ke sana bersama Ludwina tetapi mereka malah menikah di Bali dan baru berangkat setahun kemudian. Visa yang diperolehnya valid untuk 5 tahun dan baru berakhir minggu ini.Sungguh mematahkan hati. Ketika akhirnya ia mengetahui apa yang terjadi dengan Ludwina, Andrea tak bisa segera menyusulnya.Andrea buru-buru pulang ke Inggris dan mengajukan visa Amerika lewat kedutaan Amerika Serikat di London. Ia sangat gelisah dan tidak bisa tidur sambil menunggu visanya diproses. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari Ludwina dengan bekerja, tetapi tidak berhasil."Joe, aku perlu bicar

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 55 - Andrea Ke Singapura

    Sebenarnya Ludwina patah hati saat meninggalkan Andrea di pantai. Ia tak pernah melihat suaminya menangis sebelumnya dan hatinya tercabik-cabik saat ia harus menampilkan wajah dingin dan pergi meninggalkannya begitu saja.Ini demi kebaikan Andrea, berkali-kali ia meyakinkan dirinya sendiri.Ludwina segera memintaconciergememesankan taksi untuknya dan kembali ke Hotel Kanawa. Setibanya di sana ia segera masuk ke kamar dan mengurung diri. Tubuhnya merasa sangat lelah dan ia tak mampu bertemu siapa pun. Telepon dari Mbak Ria, editornya, pun harus ia tolak. Ia hanya mengirim SMS bahwa ia akan datang ke sesinya di UWRF besok dan hari ini ia ingin beristirahat dengan tanpa gangguan.***Andrea sebenarnya tergoda untuk datang ke UWRF dan melihat Ludwina lagi. Tetapi setiap mengingat betapa gadis itu masih belum memaafkannya, Andrea merasa sakit dan mengurungkan niatnya. Sepanjang hari ia hanya mencoba menghilangkan ke

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 54 - Pertemuan Dan Perpisahan Di Bali

    Ludwina yang tiba di Hotel Hilton keesokan harinya mengira guest relation officer yang menemuinya juga mengenalinya sama seperti beberapa penggemar yang ia temui di Central Park. Ia mengikuti saja ketika staf itu membawanya ke kamar cantik menghadap laut yang ditinggali Andrea.Ia sebenarnya sudah check in di Hotel Kanawa milik ayahnya, sehingga ke Hilton hanya dengan membawa tas tangannya. Ia ingat bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dengan Andrea. Mungkin ia akan menerima untuk makan malam bersama Andrea terakhir kalinya sebelum meminta dokumen perceraian itu dari suaminya dan mengakhiri pernikahan mereka.Ia melihat bunga dan prosecco dengan pita merah di kamar itu. Hatinya seketika terasa sakit, ia masih ingat dengan jelas malam itu ketika Andrea melamarnya. Ia melihat dua kemeja Andrea yang dibelikannya sebelum suaminya itu berangkat ke London dan pertahanannya runtuh.Ludwina kembali menangis untuk kesekian kalinya. Tadinya ia sudah mampu bersi

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 53 - Ludwina Mampir Ke London

    Suasana menjadi syahdu dengan hujan rintik-rintik di luar jendela. Andrea lalu mengeluarkan sebotol wine dan dua gelas serta segelas jus untuk Ronan. Ia menuangkan wine untuk dirinya dan Adelina. Ia menyerahkan gelas berisi wine kepada gadis itu. Adelina menerimanya dengan sepassang mata masih berkaca-kaca."Sore-sore begini pas sekali untuk minum wine. Lumayan bisa membuat suasana hati menjadi lebih baik." Andrea mendentingkan gelasnya ke gelas Adelina dan meneguk wine-nya. "Minumlah... biar kau merasa baikan."Adelina mengangguk dan menyesap wine-nya. Wajahnya yang suram perlahan-lahan tampak mulai cerah."Wine makes adulting bearable(Wine membuat orang dewasa bisa bertahan hidup)." katanya dengan senyum mulai menghiasi wajahnya. Keduanya tertawa kecil. Andrea mengangguk juga, membenarkan."Aku tahu kamu perempuan kuat, tapi kalau kamu merasa sedang sedih dan ingin berbagi, tempatku dan segelas wine selalu siap menunggu," kata Andrea kemu

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 52 - It Was A Good Memory

    SEPTEMBER 2018.Sudah setahun Ludwina dan Andrea berpisah. Andrea sudah mulai menerima kenyataan bahwa mungkin Ludwina tidak akan pernah memaafkannya, tetapi ia sungguh sangat ingin bertemu istrinya satu kali saja, untuk berusaha meyakinkannya...Email dari panitia international cyber security conference di Bali tiba pada suatu pagi. Mereka mengundang Andrea untuk menjadi salah satu pembicara di acara bergengsi itu. Ia sudah dikenal sebagai pakar security terbaik di Asia Pasifik dan panitia sangat bangga bahwa di acara mereka akan hadir seorang pakar dari Indonesia.Tanggalnya bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-5. Seharusnya bulan depan mereka mengadakan pesta, untuk memenuhi janji kepada Bu Inggrid yang dulu sangat ingin merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran.Tiba-tiba kerinduan Andrea kepada Ludwina terasa menyesakkan... Ia hampir meneteskan air mata saat mengingat pernikahan mereka di Bali l

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 51 - Kau Carilah Istrimu

    Setelah enam bulan di London, Andrea masih belum menerima balasan dari email-emailnya. Ia tetap setia mengirim email setiap hari Minggu, tetapi kini ia sudah belajar untuk menerima kenyataan bahwa Ludwina tidak akan membalas.Kondisi perusahaan sudah stabil dan ia sudah bisa mengambil cuti. Andrea sangat tergoda untuk membeli tiket dan menyusul Ludwina di mana pun gadis itu sekarang berada. Ia menemukan akun instagram atas nama Ludwina dan setiap beberapa hari Ada foto yang menunjukkan keberadaan gadis itu. Mungkin sekarang Ludwina sudah kembali seperti Ludwina yang dulu, yang senang pamer foto travelingnya saat masih belum bersama Andrea.Kalau ia mengikuti keberadaan Ludwina dari akun instagramnya, ia tidak melanggar janjinya untuk tidak menguntit istrinya karena informasi yang dibagikannya di Instagram dibuat publik, demikian pikir Andrea meyakinkan dirinya sendiri"You want to take some leave(Kau mau ambil cuti)?" tanya Joe siang itu ketika An

  • Kisah Cinta Ludwina & Andrea   Bab 50 - I'm So Proud Of You

    Ludwina tidak mengira bahwa novel sejarah yang ditulisnya mendapatkan sambutan sangat baik. Ini membuatnya sedikit terhibur. Ia sudah tidak memiliki akun di media sosial, tetapi ia banyak membaca review positif di internet dan berbagai artikel yang memuji ceritanya. Hal ini membuatnya semakin bersemangat menulis.Setelah menenangkan diri di Italia, Ludwina memutuskan untuk ke Belanda untuk meneliti sumber-sumber sejarah untuk novel lain yang sedang ditulisnya. Ia sangat tertarik mengeksplor sejarah Indonesia pasca Perang Dunia 2 saat orang-orang keturunan Belanda, atau indo, dipaksa pergi dari Indonesia karena dianggap sebagai keturunan penjajah, padahal banyak dari mereka lahir dan besar di Indonesia, dan tak pernah mengenal negeri Belanda.Ludwina meminum banyak obat tetapi ia masih menolak kemoterapi karena ia tidak mau keluarganya mengetahui penyakitnya. Penampilannya setelah kemo akan sangat kentara dan ia tidak ingin mereka curiga karena tubuhnya akan menjadi san

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status