Eittss!!! Tenang, kawan..
Karena ini bukan cerita ber-genre misteri, jadi segera singkirkan hal-hal yang berbau horor dipikiran kalian. Hahahaha?!?
Vita berhasil masuk kamar dan mendapati Adi sedang menggigil, wajahnya sangat pucat dan berkeringat dingin. Bibirnya terlihat kering dan suaranya merintih kesakitan. Seketika itu dengan sigap, Vita memberikan kompress di kening Adi.
Dengan posisi Vita yang berada dalam kamarnya, Adi seketika terhentak sedikit kaget. Apalagi Vita sudah seperti seorang istri yang sedang melayani suami yang terbaring sakit.
" Ehhmmm...aku baik-baik saja, Vita. Hanya sedikit demam, bentar lagi juga sembuh. Kamu tak perlu repot-repot mencemaskan aku. " Adi memulai obrolan, meski dengan sikap acuh karena rasa kesalnya kemarin pada Ayah gadis itu.
" Udah, mas. Kamu jangan banyak gerak dan bicara dulu. Lebih baik sekarang kamu makan bubur yang sudah aku siapkan, trus minum obat!" Vita juga sedikit kesal namun berusaha menahan.
Dari nada bicara Vita, sudah jelas bahwa dia tersinggung dengan ucapan Adi. Dengan sedikit menghela nafas, dia sudah bisa berpikir agak tenang. " Keadaan kakimu bagaimana?? Maaf. .kemarin aku gak bisa nemenin kamu." Adi sedikit berusaha menatap ke arah kaki Vita yang diperban.
" Gapapa mas. .jangan khawatirkan aku, ini udah mendingan kok. Sekarang ini, kamu jangan kebanyakan pikiran dulu mas, nanti malah tambah parah loh sakitnya? Ini buburnya, dimakan trus segera minum obat! "
Setelah membantu Adi, Vita kembali ke ruang tamu meninggalkan lelaki itu untuk bisa beristirahat lagi. Sementara itu, Adi merasakan seakan kepalanya berputar-putar. Dia berusaha memejamkan mata sekuat mungkin. Entah pikiran macam apa yang menghinggapi kepalanya, yang pasti Adi merasakan hal yang belum pernah dia alami sebelumnya. Mungkinkah ini yang namanya depresi?? Dalam kekhalutan itu....
***
Adi melihat wajah Veny seakan semakin jelas menatapnya, dia tersenyum memandang Adi. Dan perlahan mendekat tepat dihadapan Adi.
' Aku cinta kamu, mas.' merah merona tampak pada kedua pipinya.
' Aku juga cinta kamu. ' senyum terurai dari bibir Adi lalu mendekap erat tubuh Veny hingga ia merasakan hangat yang nyaman menusuk kalbunya.
Namun ada perasaan berbeda saat itu, bukankah Veny kemarin udah meninggal?
Bagaimana mungkin perasaan ini begitu terasa jelas??
Aroma tubuh, dan rasa dekapan itu begitu nyata. Yang sedikit berbeda di rasakan Adi hanya tonjolan didada gadis itu sedikit berbeda. Veny tak seperti ini! Dekapannya sedikit 'berasa'. Lalu siapa yang didekapnya?
Ahhhh. . Sudahlah, mungkin Adi yang terlalu berpikiran mesum. Tadi dia melihat dengan jelas bahwa Veny yang ada dihadapannya. Hangat pelukan yang dia rasa sudah sedikit memberinya ketenangan. Lalu dia pejamkan matanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia rindu sekali berada pada suasana seperti ini.
Sementara jari tangan kirinya mengapit pada jari jemari gadis itu, tangan kanannya sedikit 'nakal' meraba hampir seluruh bagian punggung gadis itu. Sampai barulah berada tepat dipinggang, dia menekannya bertujuan untuk semakin mengeratkan pelukannya. Dann...pastinya juga ingin sedikit menempelkan' torpedo 'nya yang mulai menegang agar bisa merasakan sensasi sesuai hasratnya!! Dasar lelaki!! Hahaha.
Sebaliknya, gadis itu hanya diam. Sekalipun dia merasakan 'sesuatu' itu mengganjal disekitar bagian bawah perutnya, dia hanya bisa sesekali menghela nafasnya. Begitu lama mereka berdua berpelukan, Adi berusaha agak 'berani' dengan mencoba meraba bagian dada gadis itu. Karena ingin memastikan sendiri apa yang ada di pikirannya tadi.
' mmmm...mulai deh!? ' gadis itu bergeming lembut.
' hehehe. ' Adi hanya membalasnya dengan senyum dan seringai nakal.
Saat Adi mencoba mulai beraksi, gestur tubuh dan tangan gadis itu berusaha mengelak namun perlahan akhirnya dia pun mulai pasrah.
' aahhhh!! ' desahannya terdengar jelas di telinga Adi hingga membuatnya semakin menjadi-jadi. Segera dia meremas buah dada gadis di dipelukannya itu.
Belum lama dia meremasnya, seketika dia berhenti. Dia berpikir ada yang aneh, dia tahu betul ukuran dada Veny dan seperti apa rasa serta sensasinya karena memang dia sering 'memainkannya'. Yang ini agak berbeda, dari tekstur dan ukuran besarnya serta rasa 'pegangan'nya sangat berbeda sekali dengan milik Veny.
' ada apa, mas? ' tanya gadis itu yang bersandar di dada Adi manja.
' enggak. .enggak apa-apa. ' jawab Adi gugup.
Saat perasaan itu semakin membuncah dan mata Adi sudah mulai bisa terbuka, sontak dia terhentak dan terkejut.
Dia melihat sedang berada dalam kamarnya. Kemudian dia mengalihkan pandangan pada gadis yang berada dipelukannya. Saat dia menyadari tangannya yang sedang memegang buah dada gadis dipelukannya itu, dia pun sangat kaget.
Segera dengan perasaan cemas melepaskan tangannya kemudian beralih memandang gadis yang sedang bersandar di dadanya itu. 'Siapa ini?? Kelihatannya tidak asing??' Gumamnya dalam hati.
Dengan kedua tangannya, dia meraih bahu gadis itu lalu berusaha melepaskan pelukannya. Dan benar saja!! Saat mereka bertemu pandang, Adi sontak terkaget!!
" Haaaaahhh?? "
Vita juga tak tahu harus bagaimana setelah mendapati dirinya tak kunjung datang bulan, yang dia lakukan hingga saat ini hanya menunggu untuk datangnya rutinan bulanannya itu keluar. Dia bahkan tak berani membeli testpack untuk mengetahui kebenarannya." Ini masih belum pasti, Lin. Dan akupun tak berani bilang pada Mas Adi. " Vita mengatakan itu sambil memegangi perutnya." Ahhh, sudahlah kalau begitu. Terserah kamu saja. Yang pasti aku tak mau terlibat apapun mengenai itu. Dan....." Belum sempat Linda melanjutkan kata-katanya, Dia terperanjat kaget ketika tahu bahwa ada seseorang dibelakang Vita.Saat Linda ingin mengetahui siapa orang itu, suara seorang pria terdengar dengan jelas. " Ohhh, jadi kejutan ini berlanjut??!"Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Adi. Dia memegang kotak cincin perak ditangannya bermaksud untuk memberikannya pada Vita. Namun saat ia kembali, dia mendapati Vita dan Linda sedang berbincang serius. Dan sekarang dia tahu apa
Setidaknya penjelasan yang benar-benar akurat adalah hal yang diinginkan Adi saat ini. Karena bagaimanapun, Desta adalah orang yang membunuh Johan dan Fanya. Ditambah lagi dengan nasib Kang Ujang yang saat ini masih dalam penjara. Ohhhh!! Sungguh, di negeri ini sudah hilang yang namanya keadilan. " Aku tanya sekali lagi, apakah kau benar-benar ingin berubah??" Adi menatap tajam ke arah Desta yang sejak tadi ingin berjabat tangan dengan Adi namun tak direspon sama sekali. " I..iya. Aku minta maaf. Sungguh minta maaf. Jika memang kata maafku tak bisa membuatmu memaafkanku, kau bisa melakukan apapun sesukamu padaku. Aku tak akan membalas. Bahkan jika kau menginginkan aku lenyap dari pandanganmu, aku bisa melakukannya sekarang di hadapanmu." Desta berbicara lalu mencari sesuatu di sekitar. Di menemukan bekas pecahan botol di bawah tempat mereka duduk, lalu seketika mengambilnya. Dengan perasaan bersalahnya, dia lalu menggoreskan di urat nadi lengannya. Tak
Sangat jelas sekali bahwa di dalam foto itu adalah Desta dan Vita yang bergandengan tangan." Terima kasih, Linda. Kau melakukan hal yang tepat. Akan aku beri kejutan untuknya atas kedatanganku kali ini. " Adi sedikit menyunggingkan senyum berkata pada Linda yang hanya terbengong melihat ekspresi Adi.Reaksi Adi sungguh berbeda kali ini. Meskipun terlihat gusar, namun ketenangannya dalam menangani masalahnya bersama Vita sedikit berbeda dari pada sebelumnya. Mungkin terlalu seringnya gadis itu berperilaku seperti ini kepada Adi. Jadi, Adi hanya mengekspresikannya dengan senyum pahit.Keinginannya memberikan sebuah kejutan, justru lebih dikejutkan lagi dengan apa yang dilihatnya dalam foto itu. Apalagi Vita bersama dengan seseorang yang seharusnya mendekam dalam penjara. Apa-apaan ini??Adi berusaha menelepon Vita, namun lagi-lagi ponselnya tidak aktif. Sesuatu yang sama berulang kali ketika dia akan memergoki gadis itu dengan pria lain.Karen
Terlihat banyak kerutan di dahi Adi saat mendengar pernyataan dari Tika. Itu karena keterkejutannya mendengar hal yang begitu tampak serius di mata Tika. " Ap...apa??" " Iya, aku akan berusaha sepenuhnya menjadi istri yang baik untukmu. Dan akan selalu menutupi segala kekuranganmu. Percayalah padaku! " Tika berkata dengan sesekali membelai lembut pipi Adi. Adi membalas dengan senyum lalu berkata, " Baiklah, tapi aku belum bisa memastikannya. Akan aku pertimbangkan, aku juga masih memiliki Vita, kau tahu?? Dia cinta pertama di hidupku. Meski tak bisa dipungkiri bahwa kau memang lebih darinya. " Meski Adi berkata demikian, dalam hatinya sebenarnya ragu. Dia sengaja berbohong untuk memastikan bahwa dia tak melukai hati Tika yang penuh harap. Setelah beberapa waktu, Tika pamit pulang. Dan sesaat setelah Adi kembali ke kamar, panggilan telepon dari Vita sudah puluhan kali terlewat. Adi kemudian beralasan bahwa ponselnya dicas dan dia tertidur
Tokk..tokk..tookkk.. Setelah terdengar suara motor yang berhenti di depan rumahnya, suara ketukan pintu menggerakkan Adi membuka jalan untuk gadis itu memasuki rumahnya. " Silahkan, masuk nyonya!" Canda Adi dengan badan sedikit membungkuk dan gestur seperti seorang bodyguard. " Dasar, pria polos!" Tika hanya tersenyum manja menatap Adi dan melangkah masuk. Hari itu ada sedikit perbedaan dari tampilan Tika. Biasanya rok mini selalu jadi andalannya saat bepergian kemana-mana. Tapi sekarang dia memakai rok panjang dengan corak dan pernak pernik khas cewek pada masa itu. Baju yang di kenakan juga lebih sopan dari saat terakhir kali bertemu. Sekitar 2 bulan yang lalu, Adi mengantarkan Tika ke Terminal. Karena dia akan menyelesaikan urusannya untuk resign dari pekerjaannya. Entah apa yang mendasari keputusannya untuk tidak lagi bekerja di sana. Yang pasti, Tika ingin mencari pekerjaan di sini dan memulai hal baru lagi mulai sekarang. " Udah
Mereka berdua sudah memesan makanan dan minuman pada saat Adi melihatnya dari kejauhan. Di dalam hatinya berkecamuk banyak hal. Perasaan yang tak mudah dideskripsikan dengan tulisan.Saat mereka berdua akan menempati salah satu meja yang memang di sekat sedemikian rupa, Adi memotretnya dan mengirim foto itu kepada Vita. Pada saat itu, ponsel berkamera sudah beriringan memasuki gerai handpone. Dan ponsel baru dengan fitur kamera lebih jernih di launching tiap minggunya. Itulah kenapa Adi bergegas melakukan itu, agar buktinya semakin jelas. Sungguh tekhnologi yang bermanfaat. Hahahahaha.Sangat disayangkan, ponsel Vita dimatikan. Dia lalu menuju kasir dan mencoba memesan beberapa minuman. Pesanan itupun merupakan kesukaan Vita." Mbak, bisa minta tolong?" Adi menyapa gadis pelayan di kasir itu." Iya, mas. Silahkan. Ada perlu apa?" Senyum ramah pelayan itu sangat profesional." Pesan satu Alpukat susu dan kentang goreng satu. Lalu tolong kirimk